Alya Revalina merupakan teman sekolah Rangga Setyawan semasa pendidikan SMA. Rangga selalu mengganggu Alya, Ia melakukan hal Itu sebab Rangga sangat menyukai Alya. Namun Alya yang bersikap datar membuat rangga merasa marah. pernah suatu hari, ketika mendekati kelulusan, Rangga memaksa Alya untuk datang ke rumahnya, Hal tidak terduga terjadi. Rangga memaksa Alya untuk melakukan hubungan intim namun Alya menolak. Meskipun Alya menolak, hal tersebut tetap terjadi. Hubungan terlarang itupun terjadi. Semenjak kejadian tersebut Alya pun hilang tanpa jejak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Samuel Christian Sitinjak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Rangga Pulang
Apa benar dia bukan kekasih Rangga? sayang sekali gadis secantik ini tidak menjadi kekasih putraku. Dia juga anak yang sopan dan lemah lembut. Batin bu Resti.
"Jadi Alya yang membawa Rangga ke rumah sakit ini dan menjaganya?," tanya bu Resti.
"Iya Tan, bisa dibilang begitu," kata Alya.
"Terima kasih sekali ya nak atas kebaikan kamu," kata bu Resti.
"Tidak perlu berterima kasih tan," kata Alya.
"Apakah kalian berdua sudah makan?," tanya bu Resti.
"Sudah tan," jawab Alya.
"Baguslah kalau begitu," kata bu Resti.
"Oh iya, bagaimana keterangan dokter mengenai keadaanmu ini Rangga?," tanya bu Resti.
"Aku masih belum bisa pulang mah, masih harus dirawat beberapa hari lagi," kata Rangga.
"Mamah berencana akan membawa kamu pulang Rangga. Mamah akan meminta dokter terbaik kenalan mamah untuk merawatmu," kata bu Resti.
"Tidak perlu mah, aku baik-baik saja. Hanya membutuhkan waktu sedikit lagi saja untuk aku bisa pulih," kata Rangga.
"Tidak Rangga. Mamah akan tetap membawamu pulang," kata bu Resti.
"Aku masih memiliki pekerjaan disini mah. Lagipula aku yakin sebentar lagi aku akan sembuh dan dapat kembali bekerja," kata Rangga.
"Kesehatanmu jauh lebih penting daripada pekerjaan yang kamu utamakan itu," kata bu Resti.
Sebenarnya bukan karena pekerjaan itu yang membuatku merasa berat untuk pulang bersama mamah, tapi karena Alya. Aku akan kehilangan waktu untuk bersamanya dan Alya pasti akan terbebani dengan pekerjaan itu. Batin Rangga.
"Mamah akan temui dokter sekarang. Mamah bilang akan membawa kamu ke rumah sakit rujukan agar tidak jauh dari pantauan mamah," kata bu Resti
"Ya sudah, Rangga tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kalau memang itu keinginan mamah, Rangga akan menurut," kata Rangga pasrah dengan keputusan ibunya itu.
"Oke, mamah akan temui dokter sekarang. Kamu temani tante ya Alya untuk menemui dokter yang menangani Rangga," kata bu Resti.
"Iya tan, mari!," kata Alya.
Bu Resti yang hendak berdiri dari kursinya dikejutkan dengan suara dering panggilan telepon dari pak Setyawan.
"Sebentar ya Alya, tante angkat telepon sebentar," kata bu Resti.
"Iya tan, silahkan!," kata Alya.
Bu Resti izin keluar dari ruang kamar Rangga sebentar.
"Bagaimana ini Al? aku akan kembali pulang bersama ibuku. Apa kamu tidak apa-apa?," tanya Rangga kepada Alya.
"Tidak apa-apa bang. Apa yang dikatakan mamah abang memang benar. Kesehatan abang lebih penting daripada pekerjaan ini. Lagipula abang bisa mencari pengganti abang untuk bekerja bersamaku dalam meninjau proyek itu," kata Alya.
"Benar kamu tidak apa-apa? Kalau begitu aku akan mencari tahu penggantiku segera," kata Rangga.
Alya tersenyum memberi jawaban.
Diluar ruangan, bu Resti sedang berbicara dengan pak Setyawan melalui sambungan telepon.
"Apa mamah sudah sampai?," tanya pak Setyawan.
"Sudah pah, sudah sekitar setengah jam," kata bu Resti.
"Kenapa tidak memberi tahu papah?," tanya pak Setyawan.
"Maaf pah, mamah terlalu fokus dengan Rangga sehingga tidak memikirkan apa-apa," kata bu Resti.
"Lalu bagaimana dengan keadaan anak kita mah? Apakah dia baik-baik saja?," tanya pak Setyawan.
"Rangga baik-baik saja. Lukanya tidak terlalu parah. Tapi pah, mamah ingin berencana membawa Rangga hari ini pulang," kata bu Resti.
"Kenapa mah? Apakah Rangga sudah pulih?," tanya pak Setyawan.
"Belum pah. Mamah ingin Rangga dirawat oleh dokter kepercayaan kita supaya perawatan Rangga lebih maksimal dan ia juga bisa cepat sehat," kata bu Resti.
"Apa yang mamah sarankan memang sangat baik. Bagaimana dengan Rangga? apa dia mau mengikuti saran mamah?," tanya pak Setyawan.
"Dia menolak pah, dia bilang dia masih memiliki pekerjaan penting disini. Tapi mamah bersikeras bahwa kesehatan dia lebih penting daripada pekerjaan yang ia maksud," kata bu Resti.
"Iya mah, kalau begitu papah akan ikuti saran papah," kata pak Setyawan.
"Baik pah, mamah berencana akan menemui dokter yang menangani Rangga. Mamah hendak menyampaikan keinginan mamah dan juga sekaligus konsultasi," kata bu Resti.
"Iya mah," kata pak Setyawan.
Bu Resti kembali kedalam ruang kamar Rangga setelah mengakhiri panggilan telepon dengan pak Setyawan.
"Barusan panggilan dari papah kamu. Dia bertanya apakah kamu baik-baik saja? mamah jawab kalau kamu dalam keadaan baik. Mamah juga berdiskusi dengan papah kamu mengenai rencana membawa kamu pulang dan merawatmu dengan dokter spesialis terbaik dan papahmu sangat setuju dengan rencana mamah itu," kata bu Resti memberi penjelasan.
"Iya mah, Rangga kan sudah bilang akan menuruti saran mamah," kata Rangga.
"Iya Rangga, terima kasih sudah mengerti mamah. Kalau begitu, mamah dan Alya akan menemui dokter sekarang," kata bu Resti.
Bu Resti dan Alya berjalan bersama menuju ruangan dokter yang menangani Rangga.
"Silahkan duduk buk dan mbaknya!," kata dokter mempersilahkan.
"Terima kasih pak," jawab Alya dan bu Resti secara bersamaan.
"Ada yang bisa saya bantu?," tanya dokter.
"Begini pak, saya ini merupakan ibu dari pasien yang bapak tangani yang bernama Rangga Setyawan," kata bu Resti.
"Iya bu, baik. Lalu?," tanya dokter.
"Saya datang jauh-jauh dari kota x menuju kerumah sakit ini untuk menjenguk putra saya dok," kata bu Resti.
"Iya bu, kemudian?," tanya dokter.
"Saya berencana membawa Rangga kembali pulang dan melanjutkan perawatan Rangga dirumah sakit terdekat dari tempat kami tinggal dok. Saya juga berencana meminta bantuan dokter spesialis kenalan saya," kata bu Resti menjelaskan.
"Kalau itu bisa bu. Lagi pula mas Rangga dalam keadaan yang sudah cukup membaik. Saya akan membantu pasien untuk dibawa pulang oleh ibu. Tapi saya mohon perawatan pasien harus dituntaskan ya bu dengan baik," kata dokter.
"Iya dok, pasti," kata bu Resti.
"Kalau begitu saya akan menyiapkan semuanya," kata dokter.
"Baik dok. Terima kasih banyak dok atas bantuannya. Saya izin keluar," kata bu Resti.
"iya bu, silahkan!," kata dokter.
Alya dan bu Resti meninggalkan ruangan dokter tersebut dan kembali menuju ruang kamar rawat Rangga.
"Bagaimana mah kata dokter?," tanya Rangga yang berharap dirinya tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit.
"Dokter mengijinkan kamu untuk dibawa pulang Rangga. Kita akan kembali sekarang juga," kata bu Resti.
Dokter mengijinkanku untuk pulang? kenapa harus sekarang?. Batin Rangga.
Rangga hanya terdiam.
"Bagaimana dengan barang-barang kamu Rangga?," tanya bu Resti.
"Alya yang akan membawa barang-barangku pulang mah. Lagi pula, tempat tinggal kita tidak jauh dari tempat tinggal Alya," kata Rangga.
"Sungguh? Apakah tidak akan merepotkan Alya?," tanya bu Resti.
"Tidak kok tan. Kalau memang itu keinginan dari bang Rangga aku akan melakukannya dengan senang hati," kata Alya.
harus di satu kan dong Thor