Cinta Di Ujung Nestapa

Cinta Di Ujung Nestapa

Freya Larasati

Sinar matahari pagi begitu hangat menyapa pagi hari yang cerah.

Hari ini Freya si gadis cantik bunga desa yang selalu menjadi pusat perhatian dan incaran para pemuda yang ingin mempersunting dirinya.

Namun Freya tak pernah sekalipun memperhatikan ataupun memberi kesempatan kepada para pria di desanya yang ingin memiliki dirinya.

Freya memang memiliki paras yang sangat cantik dan berbeda dari orang kebanyakan yang tinggal di desa yang cukup maju tersebut.

Kulitnya begitu putih seputih susu matanya bersinar dan menyejukkan siapapun yang memandang, rambutnya terurai hitam legam dan bentuk tubuhnya yang tinggi semampai membuat Freya menjadi pujaan hati banyak orang,tak jarang juga yang iri dengan kecantikannya.

Freya tinggal bersama Paman dan Bibinya setelah kepergian kedua orang tuanya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih kecil.

Ayah Freya seorang pengusaha sukses di kota sementara Ibunya seorang wanita kelahiran Jepang maka tak heran jika Freya memiliki paras yang begitu cantik.

Paman Freya bersedia mengurus dan menjaga Freya karena wasiat kedua orang tuanya, untuk menjaganya hingga dewasa dan mengelola keuangan dan beberapa harta peninggalan kedua orang tua Freya.

Paman Freya mempunyai seorang anak laki-laki usianya lebih tua 5 tahun dari Freya yang bernama Dirga ia pun sangat menyayangi Freya karena memang Dirga ingin sekali memiliki saudara perempuan sementara sang Ibu tak bisa lagi untuk melahirkan setelah kelahirannya.

Freya hidup bahagia tanpa kekurangan kasih sayang orang tua ia tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar dan juga berbudi pekerti yang baik.

Meskipun mereka hidup di desa namun mereka menjadi salah satu keluarga yang cukup terpandang dan di hormati warga sekitar.

Paman Freya bernama Wira Raharja sementara sang Istri bernama Ibu Nilam Puspita mereka memiliki usaha di bidang pertanian dan juga toko sembako.

Wira sama sekali tak pernah mengusik harta warisan Freya mulai uang tabungan dan juga apartemen peninggalan orang tua Freya sementara rumah mewah orang tua Freya , Wira jual dan ia simpan ke dalam deposito atas nama Freya.

Hanya mobil yang selalu Freya pakai adalah mobil kesayangan sang almarhum Ayahnya yang selalu di pakainya kemanapun sementara kendaraan yang lainnya Wira memilih untuk menjualnya juga.

Hari ini seperti biasa Freya pergi untuk melihat kondisi perkebunan sawit milik Wira, meskipun hidup di desa namun Freya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan nilai dan lulusan terbaik sebagai sarjana Ekonomi.

Freya bersama sang Paman bekerja sama mengelola bisnis perkebunan sawit mereka yang kini mulai berkembang pesat setelah di kelola Dirga sebagai Direktur utama menggantikan posisi Wira yang ingin pensiun sementara Freya bertugas sebagai Wakil Direktur.

Banyak warga yang menggantung hidup dengan bekerja sebagai karyawan dan juga staf di perkebunan sawit milik Wira .

Sementara Ibu Nilam lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan membuka warung sembako untuk memenuhi kebutuhan para warga yang lumayan jauh menuju pasar kalau ingin membeli kebutuhan sehari -hari.

Nilam melihat peluang usaha dari jarak tempuh yang cukup jauh ke kota hanya sekedar untuk membeli kebutuhan, dengan idenya untuk membuka toko sembako membuat warga tak lagi harus bersusah payah menempuh perjalanan jauh.

Dengan koneksi yang di miliki Wira membuat Nilam tak harus repot memasok barang-barang keperluan toko.

Freya berjalan mengelilingi kebun sawit di temani Pak Bagas sebagai orang kepercayaan Wira.

"Maaf sebelumnya Non, apa Nona gak kepingin keluar dari desa ini? mengingat banyak pemuda dan pemudi di desa yang memilih untuk pergi mengadu nasib ke kota "

Tanya Pak Bagas sembari berjalan beriringan dengan Freya melihat kondisi perkebunan sawit yang memasuki masa siap panen.

Freya hanya mengulas senyum tipis mendengar pertanyaan Pak Bagas.

" Enggak kayanya Pak, soalnya saya betah disini dan juga saya tidak mau meninggalkan Paman dan Bibi"

" Nona memang berbeda dari gadis kebanyakan "

" Berbeda apanya Pak Bagas? Saya sama saja kok hanya pola pikir saya mungkin yang berbeda "

" Tepat seperti yang Nona katakan, di usia Nona ini banyak yang menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang bahkan ada yang sudah nikah loh , tapi Nona Freya malah betah tinggal di desa seperti ini"

" Saya mau tinggal demi Paman dan Bibi, lagi pula mau kemana saya tanpa mereka ?"

" Benar juga, Nona memang berbeda "

" Ya sudah, jangan bahas saya lagi , gimana persiapan untuk panen kita kali ini Pak?"

" Semuanya sudah siap kita tinggal menunggu waktu yang pas saja, seminggu atau dua Minggu lagi kita bisa panen"

" Alhamdulillah, semoga panen kita kali ini lebih banyak dari hasil panen sebelumnya ya Pak"

" Amin , semoga saja Nona"

Pak Bagas kembali menggiring Freya menuju area perkebunan yang lebih luas.

Nampak beberapa pekerja menatap ke arah kedatangan mereka dengan hormat dan kekaguman terutama pada sosok Freya yang cantik.

" Selamat pagi Nona Freya" sapa para pekerja.

" Selamat pagi semuanya, semangat bekerja ya semuanya " jawab Freya ramah.

" Terimakasih Nona, kami pasti akan selalu bersemangat bekerja di perkebunan ini"

" Iya, terima kasih untuk semuanya"

Freya kemudian melanjutkan kembali perjalanannya memeriksa perkebunan di temani Pak Bagas.

Menjelang siang hari Freya memutuskan untuk kembali ke pabrik, kali ini tanpa Pak Bagas pria paruh baya itu hanya bertugas untuk menemani Freya jika datang berkunjung ia akan kembali bekerja mengawasi para pekerja.

Freya menggunakan mobil jip tua milik Wira untuk ke perkebunan ia memang lihai dalam hal menyetir.

Butuh waktu sekitar tiga puluh menit Freya kembali ke pabrik.

Ia memarkirkan jip nya di halaman pabrik yang luas nampak beberapa kendaraan beroda besar terparkir dengan membawa hasil panen dari blok perkebunan sawitnya yang lain.

" Nona, anda baru datang?" sambut sopir truk pembawa hasil panennya.

" Iya, saya berkeliling perkebunan di blok selatan dulu"

" Oh begitu"

" Bagaimana, apa hasil panen yang di blok lainnya sudah selesai atau masih dilakukan?"

" Masih Nona, kita akan lama panen kali ini karena panen kelapa sawit kita kali ini benar-benar melimpah "

" Syukurlah, kalau begitu aku senang mendengarnya, kembalilah bekerja dan jika panen kita selesai sampaikan pada para pekerja ada bonus untuk mereka nanti"

" Wahhh...serius Nona? Semua pasti akan senang dengan kabar ini , terima kasih Nona saya akan segera memberi tahu mereka semuanya "

" Iya sama-sama"

Freya meninggalkan sopir pabriknya dan kembali berjalan menuju pabrik untuk memeriksa ke adaan pengolahan di dalam dan menuju ruangan kantor Dirga dimana sang Kakak bekerja sebagai pimpinan perusahaan milik Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!