Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Gebrakan Maura.
"Tante, Om, Eyang, mungkin saya wanita yang bukan populer, saya bukan wanita karir dan kurang melihat dunia luar. Karena selama ini saya hanya berada di dalam rumah dan hanya mendesain dan tidak mendapatkan kesempatan apa-apa untuk mengembangkan karir saya. Itu yang saya lakukan selama 24 tahun yang tidak terlalu mengenal banyak hal,"
"Jika Tante membandingkan saya dengan Jesslyn, pasti sangat jauh sekali bedanya. Dia cantik, punya pengalaman yang banyak, dia pintar dan bahkan karirnya dalam bisnis sangat bagus,"
"Tetapi jika itu alasan Tante untuk meragukan saya sebagai istri dari Rafa, saya juga tidak akan bisa mengubah hal itu atau harus bersaing dengan Jesslyn. Tetapi mungkin yang bisa saya janjikan saya akan memberikan kebahagiaan untuk Rafa dan juga untuk keluarga ini dengan cara saya sendiri," ucap Maura dengan mengumpulkan keberanian untuk berbicara dan bahkan seperti promosi.
Mendengar perkataan Maura membuat Rafa kembali tersenyum tipis. Mungkin sejak tadi dia memang sangat menunggu Maura untuk berbicara. dan sangat tidak disangka Maura bisa mengatakan semua itu dan berani berbicara seperti itu di depan orang tuanya.
"Jadi tolong Tante jangan halangi hubungan kami, hanya karena saya tidak setara dengan Jesslyn," lanjut Maura.
"Maura jangan kamu pikir standar menantu di rumah ini harus seperti Jesslyn. Saya juga tidak mengenal anak itu secara dekat dan secara internal. Kami juga tidak mencari wanita menjadi menantu di rumah ini harus wanita karir atau wanita seperti apa," sahut Jinan.
"Jadi Tante menerima saya apa tidak?" tanya Maura yang langsung to the point.
"Saya pikir-pikir dulu!" sahut Jinan yang meneguk air putih. Maura menghela nafas yang sangat berharap dirinya benar-benar diterima di keluarga itu.
**
Darius, Jesslyn dan Jessika yang sarapan seperti biasa di pagi-pagi seperti ini.
"Aku tidak melihat Maura sudah 2 hari ini. Di mana dia?" tanya Darius.
"Pasti keluyuran lah, mau kemana lagi," sahut Jessica yang mengambil setangkap roti dan memberi selai, lalu meletakkan ke atas piring Jesslyn.
"Jika aku menghukumnya maka dia akan berpikiran jika aku Ibu yang jahat. Padahal aku melakukan semua itu hanya demi kebaikan Maura. Lihat jika dibiarkan anak itu keluyuran terus dan tidak punya sopan santun, tidak pulang ke rumah dan semakin melawan," Jessica menggunakan kesempatan kembali untuk menjelek-jelekkan Maura. Jesslyn yang Mendengar hal itu tampak mendengar yang merasa puas dengan apa yang dikatakan Jessica.
Akan menjadi kebahagiaan untuk Jesslyn jika sang kakak mendapatkan penilaian buruk dari Darius.
"Terima kasih untuk hukuman Mama..." tiba-tiba terdengar suara wanita yang sangat tidak asing dan suara itu seolah sekarang menakutkan yang membuat pandangan mata ketiga orang yang di meja makan itu melihat ke arah suara itu.
Maura yang datang bersama Rafa, langkah Maura yang berjalan begitu elegan dengan senyum yang terus dia keluarkan. Maura yang seakan ingin menunjukkan kepada dua wanita itu jika dia baik-baik saja saat berada di luar rumah.
"Hmmm, berkat hukuman yang terus Mama berikan kepadaku membuatku banyak belajar dan mengambil hikmah dari setiap hukuman itu," lanjut Maura yang berdiri di samping meja makan di hadapan ketiga orang itu.
Jesslyn terlihat sangat kesal dan muak yang mengganggu selera makannya melihat pasangan itu datang bersamaan.
"Rafa, Maura.. Mumpung kalian sedang ada di sini, ayo bergabung sarapan," ajak Darius.
"Terima kasih Om. Tapi kami berdua baru saja sarapan di rumah," sahut Rafa.
"Rumah! rumah siapa?" tanya Darius. Pertanyaan itu juga membuat Jessica dan Jesslyn sangat penasaran dengan jawaban Rafa.
"Di rumah saya. Mama mengundang Maura untuk sarapan bersama keluarga," jawab Rafa. Jesslyn mengepal tangannya mendengar pernyataan Rafa.
"Apa selama ini kamu tinggal di rumah Rafa?" tanya Darius penasaran.
"Tidak! Aku tinggal di rumah yang disediakan oleh Rafa. Menurut Rafa aku memang harus tinggal di sana sampai kami menikah," jawab Maura dengan santai.
"Di mana kamu tinggal?" tanya Jessica dengan ketus
"Maa Mah! Rafa mengatakan aku tidak boleh memberitahu Mama dan Jesslyn. Karena Rafa mengatakan itu akan bahaya. Di sangat mengkhawatirkanku dan aku tidak ingin menghilangkan kepercayaannya kepadaku," jawab Maura dengan ekspresi sendu yang membuat Jessica mengepal tangan yang langsung kebakaran jenggot mendengar pernyataan Maura.
"Kau pikir Mama penjahat yang akan membunuhmu di rumah itu hah!" sahut Jesslyn yang tidak bisa mengendalikan diri dan tidak terima dengan perkataan Maura.
"Hentikan Jesslyn. Jaga sikap kamu di depan tamu," tegur Darius.
Maura hanya mengeluarkan senyum yang sangat bahagia dengan adiknya dimarahi di depannya.
"Aku tidak tahu ternyata syarat yang aku berikan kepada Maura membuat kalian tersinggung. Aku meminta maaf untuk hal itu. Aku hanya tidak ingin calon pengantinku kenapa-napa," sahut Rafa yang malah menambahi membuat dua orang itu semakin panas.
Maura dan Rafa seperti sudah orang benar saja yang benar-benar saling mencintai. Padahal mereka berdua hanya bersandiwara. Namun dengan skenario secara natural dan tidak ada dibicarakan atau dihafal terlebih dahulu.
"Kurang ajar!" umpat Jessica.
"Hmmm, Baiklah! untuk melanjutkan kenapa aku tadi diundang sarapan di rumah Rafa. Aku sampaikan saja langsung tujuan kami datang karena berhubungan dengan hal itu," sahut Maura.
"Mamang ada apa Maura?" tanya Darius.
Maura mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkan di atas meja.
"Ini undangan pernikahan kami," ucap Maura.
Mata Jessica dan Jesslyn melotot sampai bola mata itu ingin keluar mendengar pernyataan Maura yang tiba-tiba tidak muncul dua hari dan sekarang datang mengantarkan undangan pernikahan.
"Kalian sudah menentukan tanggal pernikahan?" tanya Darius.
"Benar Om, bukankah lebih baik dan lebih cepat dan keluargaku juga menuntut untuk melakukan hal itu secepat mungkin," jawab Rafa.
"Dan tadi pagi aku diundang ke keluarga Rafa selain untuk membicarakan pernikahan kami. Orang tua Rafa juga mengajak Mama dan Papa untuk bertemu yang pasti untuk membicarakan seperti apa pernikahan yang akan dilakukan," sahut Maura.
Brak.
Jesslyn berdiri dari tempat duduknya dengan memukul meja dengan telapak tangannya dan langsung pergi meninggalkan meja makan itu. Bagaimana tidak Jesslyn yang pasti tidak terima dengan pernikahan Maura yang akan terjadi. Maura sama sekali tidak peduli dan hanya tersenyum melihat kepergian sang adik yang seperti patah hati.
"Jesslyn!" panggil Jessica yang berdiri dari tempat duduknya dan hendak pergi.
"Masih ada tamu Jessica dan sangat tidak sopan kamu meninggalkan meja makan ini!" langkah itu tidak jadi bergerak saat Darius menegurnya.
"Tapi Jesslyn...."
"Duduklah!" tegas Darius. Jessica membuang nafas kasar dan mengapa tangan yang kembali duduk dengan terpaksa.
"Kapan orang tua kamu ingin menemui kami?" tanya Darius.
"Besok pagi Om," jawab Rafa.
"Baiklah saya akan mengosongkan jadwal untuk besok pagi bertemu dengan orang tua kamu," sahut Darius yang ternyata tidak mempermasalahkan hal itu.
"Mama pasti datang bukan?" tanya Maura dengan sengaja.
Kepala Jessica terangkat dengan melihat ke arah Maura, menatap tajam anak tirinya yang semakin berani dan seakan sekarang mengejek dirinya. Jessica Mbak seperti monster yang ingin menerkam Maura hidup-hidup.
"Aku yakin Mama pasti akan datang. Karena keluarga Rafa akan bertanya-tanya kenapa Mama tidak datang," lanjut Maura dengan santai.
"Kau benar-benar memuji kesabaranku Maura," batin Jessica dengan penuh kemarahan.
"Bagaimana? Sekarang kau melihat bukan siapa tandinganmu sebenarnya. Kau sekarang tidak akan bisa meremehkan, lihatlah anak yang kau anggap bodoh sekarang diterima di keluarga terhormat dan kau bersama putri kesayanganmu akan melihat bagaimana anak bodoh ini menjadi anak yang dihormati," batin Maura yang masih saling menatap dengan Jessica dengan senyum Maura yang begitu lebar.
Bersambung