Menjadi Suami Kilat CEO Cantik

"Kau tahu kenapa kontenmu selalu gagal?"

Daris mengkritik Firman yang membantu menarik motor keluar dari pintu pagar.

"Kau mengejar konten berkualitas. Padahal konten berkualitas tidak berbanding lurus dengan viewer."

Banyak konten bermutu sedikit yang menonton, di samping promosi yang kurang.

Minat viewer bukan hitung-hitungan di atas kertas, mereka sangat cair, bergantung pada mood.

"Aku menciptakan konten untuk melepas dahaga imajinasiku. Masa bodoh berapa viewer yang menonton."

"Prinsipmu membuka lebar jalan menuju kegagalan. Kau berkarya di channel publik, bukan di buku harian. Ciptakanlah karya unik dan menarik, di samping promosi yang kuat."

Daris mempunyai wajah menarik dengan suara unik, modal bagus untuk sukses.

Tapi kesuksesan tidak didapat secara instan selain keberuntungan yang besar.

"Kau lihat bagaimana aku jualan soto mie. Kedaiku sama besar dengan mereka, tapi omset jauh lebih besar, aku memanfaatkan jaringan."

Kerangka kesuksesan perlu dibangun secara kuat, kerapuhan menyebabkan bangunan gampang roboh, itulah yang terjadi dengan rumah tangganya.

Daris meninggalkan Firman dengan mimpinya, ia meluncur ke mini market di mana ia biasa belanja kebutuhan dapur.

Daris tidak pernah membiarkan ibunya jalan kaki keluar gang untuk belanja sendiri.

"Tumben Ibu tidak ikut," sambut pramuniaga di pintu masuk. "Akang bawa daftar belanjanya? Biar aku ambilkan."

Daris menyodorkan secarik kertas. Pramuniaga terbelalak seakan membaca kisah mengejutkan Big Little Lies, Liane Moriarty.

"Heboh banget," komentar Daris kecut. "Nggak bisa lebih alay lagi?"

"Akang mau jualan...?"

"Ya," sahut Daris singkat.

Ia enggan bercerita panjang lebar untuk menutup kepenasaran pramuniaga. Berita ini pasti sampai ke ibu-ibu julid karena mereka tinggal satu gang.

Daris masa bodoh. Hidup jadi ribet kalau mendengarkan kejulidan orang.

Daris membawa belanjaan ke pick up yang parkir di depan rumah warga. Tiap bulan ia bayar sewa.

"Kau jualan pembalut juga?" tanya ibu pemilik rumah. "Kau usaha rajin sekali, segala apa dipegang."

"Bandung sudah kayak Jakarta, Bu," sahut Daris sambil menyimpan beberapa dus pembalut di dalam pick up. "Telat sedikit memanfaatkan peluang, hilang selamanya."

Daris segera pamit. Urusan pembalut jadi panjang kalau ia tidak buru-buru pergi.

Ibu itu sudah siap dengan kamera ponsel. Daris sulit menolak kalau alasannya untuk promosi, padahal bergosip ria.

Daris melajukan motor dengan kencang di jalan raya yang cukup ramai. Ia hendak pergi ke rumah Rido.

"Semoga kios kosong miliknya belum disewakan," kata Daris. "Aku kira jualan soto mie di wilayahnya cukup potensial."

Rido menanam investasi di bidang properti, memanfaatkan lahan kosong di samping rumah.

Rido tentu masih di kantor. Daris bisa minta informasi kepada ibunya. Ia membuka toko kelontong di depan rumah.

Daris tidak melihat plank disewakan pada rolling door kios, barangkali sudah terisi. Ia memarkir motor di depan toko kelontong.

"Hei...!" Daris heran melihat Rido membantu ibunya melayani pembeli. "Kau gak ngantor?"

"Aku dipecat."

Daris terkejut. Rido manajer berprestasi, bagaimana sampai mengalami nasib buruk?

Rido mengambil dua botol minuman dingin di kulkas toko, lalu mengajak Daris duduk di kursi teras.

Wajah Rido tidak menunjukkan sebagaimana orang baru kehilangan pekerjaan. Ia kelihatan rileks.

"Sejak hari ini aku bukan lagi bagian dari kantor Felicia. Kau tahu gara-garanya apa?"

"Bukankah Felicia cuti bulan madu?"

"Cutinya dipersingkat gara-gara duit lima ribu. Sekretarisku kurang teliti bikin laporan keuangan, aku main tanda tangan saja, lalu muncul dugaan penggelapan."

Sebuah kesalahan kecil mendapat sanksi besar karena Felicia ingin menghapus circle bestie Daris dari kehidupannya.

Rido telah mempromosikan Daris secara berlebihan sehingga Felicia terperdaya.

Dan hukumannya adalah pemecatan.

"Aku sudah menduga karirku akan tamat, omonganku saat reuni adalah kesalahan tak termaafkan."

"Aku curiga kau dijebak sekretarismu. Ia tidak dipecat kan?"

"Sekretarisku adik dokter Hilman. Lima ribu rupiah tidak cukup untuk memecatnya, tapi cukup untuk mendepak atasannya. Itulah hidup."

"Dokter Hilman melemparkan adikku praktek di pelosok, padahal sebelumnya di rumah sakit dekat rumah."

Rido kaget. "Felicia juga menyasar keluargamu? Mereka tidak salah apa-apa."

"Felicia tidak mengukur kesalahan, ia mengukur dosaku dengan menyengsarakan orang-orang terdekat."

"Teman kita yang terlibat dalam pernikahanmu dipecat dari kantornya dengan berbagai alasan. Kemarahan Felicia ibarat banjir besar yang menerjang apa saja."

Daris prihatin dengan kejadian yang menimpa sahabatnya. Mereka dipecat gara-gara mencoret kata tukang menjadi pengusaha.

Mereka tidak mengeluh. Mereka tahu ada ancaman besar saat terjadi perceraian.

Daris sakit hati dengan arogansi Felicia. Dan balas dendam terbaik adalah membuktikan bahwa ia tidak serendah yang dikiranya.

Daris tengah merintis jalan menuju mimpi mustahil itu.

"Aku datang untuk menanyakan kios yang disewakan."

"Kau mau buka cabang? Pakai saja. Aku ingin merintis usaha kecil-kecilan. Tapi aku belum memikirkan usaha yang cocok."

"Kau ada skill untuk kerja di kantor lain."

"Direktur kepegawaian mempunyai link ke seluruh kota, aku sulit untuk mendapatkan kerja, kecuali jadi TKI."

Mereka saling bertukar informasi, rekomendasi kantornya pasti jelek, karena tujuannya untuk memiskinkan.

"Aku akan menempatkan orangku di kios, kita bagi hasil. Jangan bilang kalau mereka orangku. Kedaiku di Alun-alun diobrak-abrik dan harus membangun dari nol."

"Orang suruhan Felicia?"

"Mereka sangat ahli sehingga bukti mengarah kepada Hilda dan Elsa."

"Gila."

"Maka itu aku tidak mau memikirkan hal gila."

Daris ingin berjualan pastry selain soto mie, juga kue tradisional yang hampir punah.

Daris ingin membiarkan kedai di Alun-alun seolah terbengkalai, sementara ia membuka cabang di wilayah lain.

Kemudian Daris mengunjungi beberapa teman SMA yang menjadi korban pemecatan, dan pulang hampir senja.

"Kau sibuk sekali hari ini." Firman menyambutnya di depan gang. "Hampir keduluan pulang sama matahari. "

"Aku dan matahari mempunyai kewajiban. Nah, kewajibanmu apa? Menunggu istrimu selesai selingkuh?"

"Jangan begitulah, Kawan! Kita sekarang partner! Lagu Ku Memujamu meledak! Hingga jam 17.35 WIB sudah empat ratus ribu views!"

Daris tercengang. Bukan angka main-main untuk mereka. Konten Firman hanya dua puluh ribu kali tayang untuk tiga tahun!

Daris jadi tertarik untuk terjun ke dunia website. Punya modal satu lagu saja cukup.

"Kapan kau rekaman lagi? Aku yakin lagu Ku Tak Menipumu akan lebih meledak lagi!"

Daris merombak total lirik lagu itu. Firman terlalu banyak metafora dalam menuangkan perjalanan hidupnya, bait lagu menjadi absurd.

Firman mengagumi lirik baru itu, ia minta lirik lagu ketiga juga diganti, sehingga menjadi kesatuan di bawah trilogi cinta.

Daris kesal, lagu pertama saja belum satu hari sudah mau rilis lagi. Mengatur momen itu penting.

"Kita rekaman lagi kalau Ku Memujamu sudah tayang lima puluh juta kali."

"What?!"