Pergi Atau Menetap

Setelah kejadian itu Alana dan Archio tidak pernah bertemu selama seminggu.

Dan setelah kejadian dimana ia pergi kerja kelompok bersama Putra dengan menghiraukan larangan Archio, hubungan persahabatan meraka mulai renggang.

2 Minggu lagi ujian kelulusan SMA NEGERI 3 BANDUNG.

Archio yang memfokuskan diri pada ujiannya nanti tidak pernah muncul dihadapan Alana.

Alana pun sudah tidak menghubungi Archio lagi karena ia juga ingin memberi ruang untuknya.

Disaat Alana sedang mempersiapkan acara untuk event nantinya, ia ditelepon oleh mamanya.

Mom is calling........

Halo, shalom maa...

Tidak ada sahutan di seberang sana.

"Ada apa maa. Ini Ana sedang di sekolah lagi sibuk. Ntar kalo Ana udah di apartemen, Ana bakal hubungi mama lagi" lanjut Alana.

Hening........

Ana..... Isak tangis mama mulai kedengaran.

Maa... Mama kenapa? Tanya Alana dengan nada penuh khawatir.

Mama sama papa kamu mau pisah Na....

Tidak ada balasan dari Ana....

Ana kamu masih denger suara mama kan? Tanya mama Ana.

Hahahah... Mama gak usah becanda-in aku deh ma. Aku gak lagi ulang tahun. Balas Ana dengan nada sumbang.

"Mama gak lagi bercanda Na. Papa kamu selingkuh. Selingkuhannya lagi mengandung dan usia kandungannya udah memasuki 7 bulan" balas mamanya.

"Gak mungkin maa. Papa tuh cuman sayang sama mama.

Mungkin perempuan yang ngaku sebagai selingkuhan papa butuh duit maa, makanya dia ngomong kayak gitu" sanggah Ana penuh keyakinan.

"Minggu depan kamu balik Surabaya biar kita bahas nya di rumah saja. Maaf mama sudah menyita waktu kamu, dan jangan dipikirin yah soal omongan mama tadi. Kamu harus fokus belajar disana" timpal mamanya sambil cengengesan disana.

Tut..Tut..Tut...

Renata memutuskan sambungan sepihak.

"Gak mungkin papa ngelakuin hal bodoh semacam itu" batin Alana sambil terkekeh seperti orang gila.

Ia pun langsung menelpon sang ayah, namun nihil. Tidak putus asa ia mencoba sekali lagi.

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan. 

Cobalah beberapa saat lagi. The number you are calling is inactive or out of range. Try again....

Tut... Alana langsung memutuskan panggilan karena bukan ayahnya yang menjawab melainkan suara operator.

Alana berlari menuju toilet sambil menangis. Ia terduduk di lantai belakang pintu sambil terisak.

Gak mungkin papa ngelakuin hal keji kek gitu. Papa gak mungkin khianati mama. Papa udah janji sama Ana buat tetap stay sama aku dan juga mama. Kalo papa pergi ninggalin kami siapa yang bakal ganti peran ayah dalam kehidupan Ana. Kata Ana sambil menangis di balik pintu.

Yah pecah sudah suara tangisan Ana, ia tidak dapat membendung air matanya lagi. Tangisannya sampai sesenggukan.

Mata sembab, hidung memerah serta rambut yang acak-acakan.

Alana bagaikan mayat hidup. Keadaannya sangat berantakan.

Tepat saat itu bel istirahat pun berbunyi dan menyadari akan hal itu, ia langsung membasuh wajahnya yang kusam.

Setelah itu ia pun bergegas keluar, namun saat keluar ia dihadang oleh para nenek lampir alias Yani and the gang.

Sepertinya ada yang lagi sedih nih. Kata Elen temennya Yani.

"Yoi. Apakah ia ditinggalkan setelah dipake? Atau galau karena Archio yang lagi deket sama boss kita? " Balas Febby sambil tersenyum penuh kemenangan.

Alana yang tidak mau ambil pusing langsung mendorong bahu Yani agar tidak menghalangi jalannya.

"Kurang ajar bangat lu jadi cewek" tolak Yani tak terima akan perlakuan Alana.

Aku gak ada urusan sama kalian dan juga jangan terlalu ngarep sama Archio Yan, dia gak suka sama lu. Dia cuman jadiin lu bahan gabut nya aja. So, jangan kegeer-an jadi cewek. Di baper in dikit aja langsung melayang. Pungkas Alana sarkas.

Mendengar itu sontak mata Yani langsung melotot ke arah Alana. Dari sorotan matanya terpancar kebencian yang mendalam.

"Heh j*lang, gak usah belagu lu jadi cewek. Terus lu kira Archio juga suka sama lu? Dan lagian nih ya lu juga gak ada tandingannya sama Adinda. Lu sama Archio juga gak pacaran.

Kalo dia suka sama lu, kenapa kalian gak jadian aja? Kenapa dia masih nge gantung hubungan kalian? Memangnya lu jemuran? " Serang Yani bertubi-tubi diiringi gelak tawa dari temen-temennya.

Jemuran aja kalo udah kering diangkat. Lah lu?? Lanjut Febby sambil tertawa bahagia.

Dalam hati Alana membenarkan perkataan Yani and the gang dan sedikit sedih, namun ia menepis rasa sedihnya itu karena sekarang baginya itu tidak terlalu penting.

Malas meladeni, ia langsung menabrak mereka yang menghalangi pintu keluar dan langsung pergi menuju kantin.

Alana tidak memiliki teman karena dilarang oleh Archio. Sedangkan pria itu memiliki banyak sekali temen, meskipun cowok semua namun banyak juga cewek-cewek yang tergila-gila padanya.

Karena tadi banyak nangis dan menguras tenaga, maka ia perlu asupan untuk menambah energi biar kuat seperti Limbad. Hahahaha.

Ia memesan nasi goreng spesial dengan sambal diperbanyak. Yah, Alana ingin makan yang pedas-pedas karena selama ini ia dilarang memakan makanan pedas. You know lah larangan siapa.

Saat tengah mengunyah makanan, ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang.

Putra... Pekiknya kaget.

Iya, laki-laki itu adalah Putra.

"Boleh gue duduk disini? Tanya Putra was-was.

Boleh kok. Gak ada tulisan larangan juga di bangku itu yang bilang *dilarang duduk di bangku ini* " jawab Alana .

Putra terkekeh mendengar penuturan Alana yang menurutnya sangat manis dan menggemaskan itu.

"Ya kan biasanya ada pawang lu yang ngelarang An" balas Putra sarkas.

Tersadar akan penuturan Putra, ia langsung terkekeh sambil tersenyum malu. Alana membenarkan ucapan Putra barusan.

Tidak ambil pusing, Alana lanjut menikmati nasi gorengnya tadi yang sempat tertunda.

"Makannya kayak anak kecil tau gak. Belepotan dimana-mana" ejek Putra sambil membersihkan sisa nasi di sudut bibir Alana. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Putra langsung mengisi sisi nasi tadi kedalam mulutnya tanpa merasa jijik sama sekali.

Alana tertegun dibuatnya. Ia merasa malu secara bersamaan.

Putra yang melihat itu terkekeh sambil mengelus pipinya gemes.

Alana jadi salah tingkah dibuatnya. Semburat merah di pipi mulus nan putihnya terlihat.

Yah Alana blushing.

"Lu kalo lagi salting gini manis juga yah" kata Putra blak-blakan.

Alana merutuki kebodohannya sendiri.

"Ana stop salting. Lu jangan malu-maluin. Ya Tuhan kenapa aku kayak gini sih" Alana membatin.

Putra yang masih terus memandangi wajah Alana lekat-lekat, tiba-tiba.......

Brukkkkkk........... Putra terjatuh dari kursinya.

Kantin mulai riuh bukan karena bercerita melainkan berlari mengerumuni meja Alana

Sang pelaku langsung menindih tubuh Putra dan memukulnya secara brutal tanpa pengampunan.

Alana pun kaget atas kejadian tersebut.

Iyo, stop!!! Sontak Alana berteriak.

Mendengar Alana yang membela Putra membuat Archio semakin emosi dan memukul Putra dengan tidak waras.

Putra tidak tinggal diam. Ia pun membalas pukulan Archio. Karena Putra seorang  pemenang sabuk putih pada ilmu bela diri yakni karate.

Alana yang masuk tengah agar ingin melerai perkelahian mereka tiba-tiba saja terkena bogeman dari Putra.

"Alana" desis Archio penuh kekhawatiran.

Samar-samar Alana mendengar namanya dipanggil, namun penglihatannya menghitam dan ia tak sadarkan diri.