Kisah tentang Muhammad Athar Fauzan Zayn dan Shaquilla Arini , mereka dua orang asing yang terpaksa menikah, ... namun Allah begitu baik dengan menumbuhkan rasa cinta di antara kedua nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 22
Quila sudah sampai di sebuah apartemen yang dengan Athar . Tadi Quila ingin protes dan tidak ingin tinggal bersama dengan Athar , namun mengingat bagaimana wajah kecewa sang papi tadi , Quila jadi mau - mau saja di ajak pindah oleh Athar . Lagian Quila akan semakin bebas , jika hanya tinggal berdua dengan pria itu . Tidak akan ada yang mengatur nya ketika diri nya mau keluar main . Masalah Athar, Quila pastikan pria itu tidak akan betah menikah dengan diri nya . Quila akan memastikan jika dalam waktu dekat nanti Athar akan menggugat cerai diri nya , karena tidak tahan oleh sikap nya. Kita lihat saja nanti .
Cklek
Setelah meletakkan kartu Athar memutar handle pintu , lalu membuka nya secara perlahan .
Athar mengucapkan salam sebelum masuk , melangkah kan kaki nya masuk , lalu mengedarkan pandangan nya ke sana kemari , menyusuri tempat ini .
Tempat nya sangat mewah . Bahkan mereka sudah tidak perlu membeli barang apa pun, karena apartemen ini sudah di lengkapi berbagai macam perabotan .
"What ? Cuman ada satu kamar ! Is apartemen apaan ini ?" Gerutu Quila saat melihat di apartemen itu hanya terdapat satu kamar saja .
"Gue enggak mau ya sekamar sama Lo !"
Athar menghembuskan nafas nya kasar , lalu menggeleng kan kepala nya sesaat , melihat tingkah istri nya itu sungguh membuat kepala nya sakit .
Quila yang tidak mendengar jawaban dari mulut Athar langsung membalikkan tubuh nya , menatap tajam pria itu . "Lo budeg apa ? Gue dari tadi ngomong loh !" Omel nya , sambil bersedekap dada .
"Bahasa kamu Quila ! Saya tidak suka ! Saya sudah berulang kali memperingati kamu !" Desis Athar memperingati.
Quila memutar bola mata nya jengah . "Terus ? Kalau gue enggak mau gimana hm ? Suka , suka gue lah ! Enggak ada urusan nya sama Lo ! " Pekik Quila .
Athar meraup wajah nya frustasi . Kesal sekali rasa nya . Tapi diri nya harus bersikap sabar . Bagaimana pun gadis nakal itu istri nya . Terlebih dia seorang perempuan .
Athar yang tidak ingin terus berdebat dengan Quila , melangkah kan kaki nya pergi menuju ke kamar , diri nya akan mengecek kamar tersebut , jika memang hanya ada satu kasur terpaksa Athar akan membeli sebuah kasur kecil untuk diri nya tidur di bawah .
Mengalah . ? Ya kodrat nya pria bagi Athar memang mengalah , diri nya tidak mungkin membiarkan Quila yang tidur di luar . Athar lebih rela diri nya yang sakit , dari pada Quila . Bagaimana pun , Quila istri nya , tanggung jawab Athar .
Quila yang melihat kepergian Athar mendengus kesal . "Woi ! Gue belum siap ngomong ya ! Gue masih pengen ngomong sama Lo ! Gue sebenernya keberatan tau enggak ! " Menghembuskan nafas nya kasar . Quila menjatuhkan tubuhnya di atas sofa . "Kalau aja Papi enggak ngambek , mungkin gue bakalan enggak mau tinggal sama dia " sambung Quila frustasi .
•
•
•
Tok tok tok
Hadi dan Pramu sama-sama tersentak , ketika mendengar suara ketukan di pintu ruangan milik nya .
Pasal nya , selain Pramu dan sekertaris Hadi , tidak ada yang berani mengetuk pintu ruangan milik bos nya itu . Terlebih tadi sekertaris , Hadi tugaskan menemui Klain di sebuah Cafe , dan satu lagi yang berani , hanya Quila -- putri nya . Tapi sudah lama sekali Quila tidak pernah datang ke kantor Papi nya itu . Mungkin semenjak kejadian itu , Quila tidak pernah lagi menginjak kan kaki nya ke kantor sang Papi .
Trauma ? Jelas . Hadi saja trauma saat pertama-tama dulu . Sebab di sini lah tempat istri tercinta nya menghembuskan nafas nya terakhir . Sesak , itu yang Hadi rasakan setiap kali mengingat nya . Tapi Hadi berusaha tegar , demi sang putri semata wayang.
Quila butuh diri nya .
Lantas siapa yang mengetuk pintu ruangan kerja milik Hadi .
Pramu dengan sigap melangkah kan kaki nya menuju ke depan pintu , lalu membuka nya .
Pramu terkejut ketika melihat seseorang pria yang tidak asing bagi nya , dan Pramu sangat mengenal pria itu .
Lantas bagaimana bisa pria itu sampai ke lantai tempat di ruangan kerja milik bos nya ini .
Pria yang memakai kaca mata hitam itu tersenyum miring menatap asisten pribadi rival nya itu .
"Selamat siang bapak Pramu " sapa nya .
Pramu mendengus . "Ada keperluan apa anda kemari "
Pramu sangat muak dengan pria yang ada di depan nya ini . Tidak mau basa-basi , diri nya langsung to the point saja . Malas harus berhadapan dengan pria gila itu .
"Begini kah seorang asisten pribadi menyambut kedatangan seorang tamu hm?" Tanya pria itu .
Pramu menggeram kesal . "Kalau tidak ada berkepentingan , silahkan anda keluar ! Bos saya sibuk ! Tidak bisa di ganggu " ucap Pramu .
Pria yang tidak lain Johson itu tertawa terbahak-bahak . "Sibuk kah ? Bagaimana dengan saya ? Saya juga sibuk , lantas , saya masih bisa meluangkan waktu emas saya untuk datang kemari " sahut Johson.
Pramu mengepalkan kedua tangan nya . Sangat kesal dengan pria itu . Ingin sekali menghajar pria itu ,jika tidak mengingat status pria itu . Kalau saja pria itu bukan orang penting , mungkin sudah habis di tangan Pramu . Pramu juga masih punya pikiran menghabisi seseorang . Bisa-bisa diri nya terkena kasus , dan membusuk di jeruji besi. Dan tidak semudah itu menghabisi seorang Johson .
Hadi yang mendengar semua nya langsung mendekat , dan saat itu lah , Johson tersenyum menatap ke arah Hadi .
"Selamat siang besan "
Hadi langsung mengepalkan kedua tangan nya dan menatap tajam ke arah Johson, yang tengah tersenyum menyeringai .
•
•
•
Ting
Ting
Ting
Quila mendesah kesal , sedari tadi ponsel milik nya terus saja berdenting , dan Alphard tidak henti-henti nya menghubungi diri nya . Namun Quila sangat malas menjawab nya , ataupun membalas pesan dari pria itu .
Kesal ? Marah , jelas lah , itu yang Quila rasakan . Quila sangat marah dan kesal ketika mengingat kejadian tadi malam , yang berakhir membuat diri nya seperti sekarang .
Quila harus pergi dari rumah nya , dan lebih parah nya , Quila harus tinggal bersama dengan pria yang berstatus suami nya itu .
Dan terlebih Papi nya marah ? Ingin tidak perduli , tapi entah mengapa Quila merasa sesak , ketika mengingat bagaimana raut wajah kekecewaan sang papi tadi malam. Bahkan tadi pagi , rasa nya Quila merasa sangat bersalah sekali .
Ingin menjelaskan kepada papi nya , itu tidak mungkin , pasti papi nya sudah tau terlebih dahulu . Anak buah papi nya itu sangat banyak , dan pasti nya sahabat laknat nya itu juga sudah menceritakan semua nya .
Quila tau , tau sekali bagaimana watak sahabat laknat nya itu .
Sedari tadi juga Salma menghubungi diri nya , namun Quila abaikan juga . Malas sekali harus merespon gadis itu .
Ting
Satu pesan masuk , karena terlalu penasaran dengan apa yang di kirim kan oleh Alphard , ya Quila bisa menebak siapa pengirimnya , jelas tentu Alphard .
Quila meraih ponsel milik nya lalu menggeser icon menu wathsap ..
Seketika mata Quila membulat sempurna ketika melihat sebuah gambar yang baru saja di kirim oleh Alphard .
Tanpa membuang waktu , Quila langsung meraih kunci mobil yang tergeletak di meja , dan beranjak pergi . Namun langkah kaki nya terhenti ketika mendengar suara Athar .
"Quila kamu mau pergi kemana ?"