NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

Rex menyapu dahinya yang berkeringat dingin, dimalam yang sudah cukup dingin. Kalau saja dia tahu bahwa Soraya tidak di rumah, dia bersumpah dia tidak akan mau masuk juga.

Tapi mau bagaimana, kini dia terjebak duduk bersama Nenek Soraya. Wanita tua, yang tidak mau berhenti menatapnya dari ujung kaki sampai ujung rambut.

“Kamu mau minum apa?”

“Eh tidak usah repot-repot Nek.”

Dahi Ros mengernyit mendengar panggilan Rex padanya. “Bukan Nenek, tapi Gamma.” Koreksinya.

Mendengar ini, Rex cepat-cepat mengangguk diikuti permintaan maaf. Tidak lupa dia mengulang panggilannya sesuai keinginan Ros, hingga membuat wajah keriput Ros yang tegang, perlahan rileks.

“Jadi, nama kamu siapa tadi?”

“Rex, Gamma.”

Jawab Rex yang masih membuat Ros tidak puas.

“Rex Kavilan.”

“Ah Kavilan rupanya. Bagus-bagus.” Tanggap Ros, kali ini sudah dengan senyuman. Cukup puas dengan latar belakang Rex. “... Sayang sekali Soraya sedang tidak ada saat ini Rex. Kemungkinan besar dia sedang di rumah temannya yang bernama … eh siapa itu, si bunga?”

“Melati.”

“Ah ya, si bunga Melati itu. Soraya selalu kesana setiap kali ada masalah. Biasanya dia akan disusul, tapi khusus kali ini, tidak akan.”

Alis Rex mengernyit kecil, jelas mendengar sesuatu yang tidak biasa. Beruntung tanpa perlu bertanya, Ros langsung menyambung kata-katanya. “Dia dibebaskan, karena ini akan menjadi kebebasan terakhirnya. Jika kamu Rex ingin bertemu, maka silahkan saja. Karena kedepan kecil kemungkinan kamu akan bertemu Soraya.”

Rex yang tadinya memangku dua siku di atas lutut, segera menegakkan punggung dibuat. Dipikirnya, Soraya akan mendapatkan semacam hukuman rumahan setelah ini. Tapi tunggu, sampai Ros benar-benar menyelesaikan ucapannya.

“Karena setelah ini, Soraya akan ke luar negeri.”

“What, … keluar negeri?”

Ros mengangguk mantap. “Ya, kamu tidak salah dengar.”

Melihat keterkejutan di mata Rex, Ros pun tidak menahan diri untuk bicara lebih. Berbeda dengan Rafael, Ros hampir tidak pernah melihat atau bicara dengan teman Soraya, selain Melati. Itu pun dia tidak pernah bicara lebih, karena merasa Melati tidak selembut namanya.

Awalnya Ros menduga Rex mungkin kekasih Soraya atau semacamnya. Namun mengingat kebodohan Soraya, Ros tidak yakin akan ada yang menyukai cucunya itu.

“Maaf Gamma, bukannya aku lancang. Tapi ujian kelulusan sebentar lagi, bukan hanya tanggung, aku tidak yakin kalau cantik, eh maksudku Soraya bisa pindah.” Jelas Rex yang tidak salah.

Tapi Ros, memiliki satu kemiripan mencolok dengan Soraya, yakni sama-sama percaya the power of money. Selama ada uang, apapun bisa terjadi. Bahkan kepindahan Soraya di waktu yang mepet sekalipun.

Mendengar bagaimana Ros menolak pemikirannya dengan rencana yang sudah sangat matang, Rex tidak mengerti, kenapa dia tiba-tiba menjadi gelisah. Walaupun dia menyayangkan rencana kepindahan ini, harusnya itu sebatas kasihan pikir Rex. Tapi dia tidak mengerti, kenapa alih-alih kasihan, dia justru sangat terganggu sekarang.

“Hah? tapi bagaimana bisa, cantik setuju dengan ini?”

Mendengar pertanyaan bernada ragu-ragu, Ros tertawa. Tanpa ragu dia menunjukkan bagaimana tetua seperti mereka menjalankan hidup.

“Kamu sangat lucu. Coba Gamma balik, apa perlu bagi orang tua meminta izin anak? Ya, tapi itu hanya dilakukan orang-orang kelas menengah ke bawah. Bukan orang-orang seperti kita bukan.”

Mendengar kesombongan dan sikap otoriter dimuntahkan sekaligus, Rex sedikit terguncang dibuat. Dia yakin sekali bahwa keluarganya bukan termasuk golongan menengah ke bawah. Tapi selalu ada aturan dalam keluarga, untuk menghormati pendapat satu sama lain, bahkan anak-anak sekalipun.

Jadi ketika Rex mendengar ini, dia menyadari satu hal tentang Soraya, bahwa gadis yang selalu ceroboh dan dikatakan tidak tahu malu itu, ternyata hidup dalam lingkungan yang memang bisa membuat karakter seperti itu.

Kini perasaan tidak nyaman Rex semakin bertambah, karena sekarang, selain gelisah tanpa alasan, dia merasa sangat kasihan kepada Soraya.

Merasa kasihan, mendengar sendiri bagaimana gadis itu kehilangan suaranya, dan bagaimana dia dibandingkan. Karena Rex yang baru saja duduk sebentar, sudah mendengar banyak sekali perbandingan Soraya dengan Rafael. Bahkan rasanya dia sudah mengenal kepribadian Kakaknya Soraya itu, hanya dengan mendengarkan cerita nenek mereka. Yang berat sebelah, tentunya.

•••

Di tempat lain, saat udara semakin mendingin dan hujan bahkan ingin menyapa tanah, Soraya hanya bisa membuang nafas panjang.

Setelah menunggu Melati berjam-jam, dia memutuskan untuk menyerah. Sebenarnya dia bisa menjadi tidak konyol dengan pergi ke rumah Melati, alih-alih menunggu dan mengkhawatirkannya seperti orang bodoh, ketika dia sendiri memiliki masalah yang juga tidak kalah pelik. Hanya saja, ada aturan tak tertulis dalam persahabatan mereka. Yakni kapanpun Ayah Melati ada di rumah, Soraya tidak boleh datang kesana.

Kata Melati, itu karena hubungannya yang tidak terlalu bagus dengan sang Ayah saat dirumah. Aneh memang, pikir Soraya kadang. Tapi dia percaya itu bukan urusannya.

“Bengek, ini ponselku atau ponsel perusahaan penyedia, seenaknya banget!” Kesal Soraya, karena ponselnya yang tidak akan bisa terkoneksi internet apabila ada di persentase baterai tertentu.

Tentu selain penantian yang sia-sia, Soraya juga menggunakan semua waktu yang lewat untuk memikirkan cara menangani masalahnya sendiri. Hanya saja seperti biasa, caranya bukan yang terbaik menurut logika pada umumnya.

Dia berencana memohon pada Ayahnya, tapi jika tidak bisa, dia akan membuat Rafael memohon untuk dirinya. Dia bahkan percaya, yang kedua lebih efisien.

Namun kini saat dia hendak pulang dengan rencana, hujan tiba-tiba mulai merintik. Tapi karena tidak mau menunggu lebih lama dengan kemungkinan akan menderas, Soraya memutuskan untuk membelah jalanan dengan motornya.

Tapi entah memang sungguh sial dia hari ini, hingga saat di pertengahan jalan, hujan semakin bertambah deras membuatnya mau tidak mau harus menepi.

Astaga, kalau tahu berhenti di tempat begini, harusnya aku tadi tunggu disana saja. Keluh Soraya dihatinya.

Dia harus menyimpan semua pikiran pribadinya saat ini, karena dia harus berdiri di sebuah pondok dengan beberapa orang lain yang berteduh. Tapi bukan pondok itu, atau banyaknya orang yang menjadi masalah, tapi karena pondok itu ada beberapa, berjejer dan menjual jajanan pinggiran. Ada jagung bakar, mie, dan bahkan kopi panas di sana, yang sangat pas dengan cuaca.

Satu-satunya yang tidak pas saat ini adalah isi dompet Soraya. Dia tidak memiliki uang tunai sama sekali saat ini, jadi dia hanya bisa mengikuti mata, pada orang-orang yang mulai masuk ke dalam.

Jadi bahkan walaupun isi rekeningnya tebal, dan mungkin paling tebal diantara orang-orang disana, tapi dia tidak memiliki akses untuk menikmati jajanan itu.

Bisa saja dia berinisiatif bertanya dan melakukan pembayaran transfer online melalui siapapun di sekitar situ. Hanya saja, ini melukai egonya yang besar. Dia merasa seperti pengemis elit, jika melakukan hal itu.

Jadi kendati sudah dipikirkan, dan kendati perutnya berbunyi, Soraya bertahan diluar sendirian.

“Neng masuk ke dalam, jangan berdiri disitu.” Ujar sang penjual yang menegur sapanya.

Tapi mungkin efek perut yang kosong, dan membuat mood-nya tidak baik, Soraya menulikan telinganya dengan kedua tangan di dada.

Tapi penjual itu berniat sangat baik, dan bahkan menawarkan minuman hangat gratis padanya. Tapi inilah yang membuat Soraya semakin kesal.

“Duh apaan sih, jangan sok asik ya Pak. Neng, nong, neng! Aku itu tidak menjawab, berarti tidak mau. Jadi nggak usah diajak bicara, anggap aja patung.”

Bukan hanya Bapak penjual, bahkan para pengunjung disitu terkesiap dibuat. Soraya terlalu seenaknya, untuk ukuran orang yang coba ditolong. Sementara dalam pikiran Soraya, meskipun dia menyebalkan toh, itu terserah dia.

Sangat kasar dan sombong, tapi tidak lagi sampai masyarakat mendidiknya.

BRAK.

Sang penjual memukul meja keras-keras, membuat semua orang tersentak termasuk Soraya. Wajah lembut kebapakan pria itu langsung pudar di telan amarah. Tangannya terangkat menunjuk Soraya.

“Dasar anak muda tidak tahu diri. Saya coba tolong kamu, tapi kamu malah ngatain saya sok asik, kurang ajar ya kamu!”

Jantung Soraya berdetak sangat kencang sekarang. Dia marah, tidak terima, dan takut sekaligus. Saat ini semua mata tertuju padanya dengan menghakimi, membuat tangannya bergetar.

“Ii-h, apa-apaan dih. Aku kan tidak minta di tolong, ngapain situ ngotot.” Balik Soraya tidak mau kalah.

Keduanya beradu mulut dari jarak yang cukup, hingga membuat volume suara mereka cukup keras. Si bapak penjual semakin emosi, hingga harus ditahan istrinya.

Tapi Soraya, dia sendirian dengan dada yang naik turun, mencoba untuk tidak goyah, dengan beberapa tambahan celaan dari beberapa orang di dalam.

“PERGI KAMU! JANGAN BERDIRI DISITU KAMU! PERGI SANA!” Ujar si penjual, yang membuat syok di wajah Soraya tidak terkendali.

Matanya mulai berair, sadar bahwa dia diusir dari tempat itu dengan hujan yang semakin deras-derasnya. Tapi ingat pikiran Rex, Soraya yang dia kenal adalah orang yang tidak tahu malu.

Meskipun dia sudah diusir, dia menolak untuk pergi. Tangannya terlipat di dada, dan dia menggeleng kepalanya dengan keras.

“Aku tidak mau! Memangnya siapa Bapak, ngusir-ngusir sembarangan.”

Pfffftt. Sontak saja, beberapa orang tidak bisa menahan tawa mendengar hal ini. Pertanyaan yang jelas dengan jawaban yang jelas pula, berhasil memuncaki sang Bapak penjual.

Melepas lap ditangannya, pria itu berjalan ke arah Soraya dengan langkah panjang. Inilah hukum masyarakat. Jika kamu tidak bisa mendidik dirimu, maka orang lain yang akan melakukannya.

Jantung Soraya berdebar dengan sangat kencang akibat rasa takut tersebut. Semakin dekat pria itu, semakin takut dia.

“Pergi sana kamu! Saya tidak mau lihat kamu disini.” Ucapnya dengan langkah maju, membuat Soraya terpaksa mundur.

Dengan jarak sedekat ini, nyali Soraya jelas menciut. Bayangan akan tamparan sangat nyata rasanya, apabila dia masih menjawab sekarang.

Jadi dalam diam, tangan terkepal, dan diantara sorakan orang-orang dalam pondok, Soraya menghentak kakinya marah berjalan keluar dari pondok itu.

Dia bersumpah, dia akan membalas pemilik pondok ini cepat atau lambat. Tapi sebelum dia melakukan pembalasan tidak masuk akal, alam sudah berkolaborasi untuk mendidiknya.

“AKKKKHH,” BUG.

HAHHAAAA~~~

Butuh beberapa detik bagi Soraya untuk menyadari apa yang terjadi. Tapi satu hal yang jelas, adalah suara tawa keras di sekitarnya.

Dirasanya, lutut dan bokongnya sangat perih sekarang. Seluruh tubuhnya mulai basah oleh hujan, dan pakaiannya telah kotor oleh becek tanah. Benar, dia baru saja terpeleset, dan tidak ada yang membantunya. Bahkan, semua orang memandangnya dalam tawa.

DEG. Hati Soraya ngilu, dan menjalar sampai pada tulang-tulang. Dia merasa sangat kesakitan dan kewalahan saat ini, bahkan sudah mulai putus asa, ketika sebuah tangan terulur padanya.

“Miskin?”

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!