Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 Sedikit cerita
Kai menunggu Aya dengan sabar sambil membaca novel berbaring di sofa. Dia benar benar tidak menggangu Aya sama sekali. Mandi saat waktunya harus mandi. Lalu memesan makanan untuk makan malam dan menaruhnya di dapur sambil menunggu Aya selesai.
Huh!
Terdengar suara keluhan keluar dari mulut Aya saat dia melakukan sedikit peregangan setelah menyelesaikan tugasnya.
"Apa tugasnya sudah selesai?" tanya Kai agak ragu.
Aya menoleh, lalu mengangguk pelan, sedangkan raut wajahnya tampak sangat lelah.
"Kamu pasti lelah. Mau mandi dulu atau makan?" tanya Kai.
Bukannya menjawab, Aya malah melihat keluar dimana suasana yang tadinya terang kini telah berubah menjadi gelap. Kemudian dia melirik jam dilayar hp nya yang ternyata sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Aku lapar, tapi aku rasa tidak ada bahan makanan di kulkas." ucap Aya.
Kai tersenyum, lalu dia melangkah menuju dapur mengambil makanan yang tadi dia pesan, lalu membawanya ke ruang tengah.
"Kapan mas Kai pesan makanan?"
"Tadi. Kamu terlalu fokus menjahit. Aku tau kamu lapar, karena aku juga lapar. Jadi aku pesan makanan untuk kita makan malam." tuturnya.
"Ayo sini, kita makan malam dulu." ajak Kai dan Aya pun mendekat.
"Mas Kai."
"Hmm."
"Kapan mas Kai pulang?!"
"Ay, kamu selalu ingin aku pergi. Padahal, aku ingin selalu berada di dekat kamu."
"Aku cuma nanya. Nanti gimana kalau orangtua mas Kai atau adik mas Kai khawatir karena mas Kai gak pulang pulang."
Kalimat barusan membuat Kai tersenyum, dia merasa Aya mulai perhatian padanya.
"Kenapa malah senyum senyum?" tanya Aya bingung.
"Aku senang karena kamu mulai perhatian sama aku."
"Siapa juga yang perhatian. Aku hanya gak mau dituduh menjadi penyebab mas Kai gak pulang pulang." jawabnya gugup.
"Kamu tenang saja, Ay. Aku tinggal sendiri di apartemenku. Kania juga tinggal di apartemennya sendiri. Aku sama Kania jarang pulang ke rumah bunda sama ayah. Kalaupun pulang, itu karena ada acara keluarga aja."
"Apa mas Kai gak terlalu dekat dengan mereka?"
"Dekat. Aku sama Kania dan satu lagi Ken adikku, kami sangat dekat. Hanya saja, sekarang setelah dewasa, masing masing punya urusan sendiri. Kania karyawan di perusahaanku, pekerjaanya membuat dia sibuk. Sedangkan Ken, dia mahasiswa semester akhir dan sedang magang di perusahaan ayah."
Aya mengangguk paham, lalu dia lanjut menyantap makan malamnya, begitu juga dengan Kai.
"Hmm, apa kamu juga punya saudara?" tanya Kai ragu, takut menyinggung.
"Dulu. Namanya Cinta. Dia kakak yang sangat baik dan sayang sama aku. Karena kak Cinta juga makanya aku ingin menjadi fashion desainer." tutur Aya menahan rasa sedihnya.
"Lalu dimana dia sekarang?"
"Di surga." jawab Aya sambil tersenyum getir.
"Maksudnya, dia sudah meninggal?" tanya Kai yang diangguki oleh Aya.
"Lalu, kedua orangtua kamu..."
"Ayah juga sudah meninggal setahun lebih dulu dari kak Cinta. Sedangkan ibu... aku tidak tau apakah aku masih punya ibu atau tidak." jawabnya dengan suara berat dan menahan perasaan sakit serta kesedihan.
Kai yang dapat merasakan situasi itu pun mendekati Aya, mengelus punggung Aya lembut.
"Maafkan aku Ay. Aku malah membuat kamu harus mengingat masa lalu yang sepertinya menyakitkan untuk diingat."
Aya menggeleng cepat. "Aku hanya tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun sebelumnya."
"Kalau begitu anggap saja kamu tidak pernah cerita sama aku. Aku juga akan melupakan semuanya."
"Gak usah. Aku bukan tidak ingin bercerita, hanya saja tidak ada yang bertanya tentang itu. Mereka hanya menatap rendah gadis sepertiku."
Kai terdiam, menatap wajah Aya yang tampak menahan kesedihannya. Kai tidak menyangka gadis yang dia kejar ini ternyata punya luka yang sangat dalam. Meski Kai tidak tahu seperti apa tepatnya luka itu, setidaknya saat ini Kai tahu, Aya butuh seseorang untuk memeluknya dan melindunginya.
Selesai makan malam, Aya mandi dan berganti pakaian. Lalu dia menyiapkan selimut dan bantal untuk Kai.
"Apa ini, Ay?" tanya Kai bingung melihat Aya membawa bantal dan selimut keluar dari kamarnya.
"Mas Kai tidur di sofa."
"Apa?"
"Kita tidak punya hubungan apapun. Jadi aku tidak mau mas Kai tidur di kamarku."
"Loh, Ay. Bukankah kemarin kita tidur di ranjang yang sama."
"Itu karena aku demam. Aku tidak punya tenaga untuk mengusir mas Kai."
"Tapi, Ay. Aku janji gak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin tidur disampingmu."
"Gak mau." ucap Aya yang langsung berlari masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.
Kai tersenyum gemas dan merasa semakin jatuh hati pada Cahaya.
"Oke, tidak apa aku tidur di sofa. Toh suatu saat nanti, aku akan tidur dalam pelukanmu untuk selamanya sayangku." gumamnya.
Kai pun tidur dengan nyaman di sofa, sedangkan Aya malah tidak bisa tidur di kamarnya. Rasanya hampa. Seperti ada yang kurang.
"Stop Cahaya! Apa kamu sudah gila?!" Aya bergumam sendiri merutuki pikirannya yang terus memikirkan Kai di luar sana.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪