~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal sebuah kisah
Sekitar pukul 3 sore Kirana pulang dari tempatnya bekerja. Dia tidak ada rencana kemana-mana lagi setelah pulang, Kirana ingin langsung segera pulang ke rumah dan beristirahat karena pekerjaan hari ini cukup menguras otak dan tenaganya.
Sesampainya di rumah ternyata sudah ada Satya yang menunggunya.
Kirana langsung menghampiri Satya yang tengah duduk di teras depan rumahnya.
"Assalamualaikum, Mas, sudah lama ya di sini? kok tidak bilang kalau mau ke sini?" tanyanya.
"Baru kok ..., Aku habis ngecek barang di gudang, ada bahan kain baru yang datang hari ini, jadi aku sendiri yang memastikan agar tidak ada kesalahan, tadi aku dah chat Kamu, tapi sepertinya kamu tidak buka deh chat dariku," jelasnya dengan senyum.
"Oh ... begitu rupanya, mungkin tadi aku lagi di jalan, Mas, maaf tidak tahu," sahutnya lagi.
"Ya udah ... kamu pasti capek, mandi dulu gih biar segeran, aku tungguin di sini," kata Satya sambil mengusap lembut rambut panjang kekasihnya tersebut.
"Ya, Mas aku masuk dulu, mau bersih-bersih dulu ... asem ini baunya," jawab kirana sambil tersenyum.
Satya berada di rumah Kirana sampai hampir magrib, tidak melakukan hal penting, hanya saling bertukar cerita saja dan menghabiskan waktu bersama, dan itu sudah cukup membuat Satya merasa senang, bagi Satya sekecil dan sesederhana apa pun yang dilakukan bersama Kirana pastilah sangat berkesan untuknya, di tengah sibuknya Satya selalu meluangkan waktu untuk kekasih hatinya itu.
Malam harinya Kirana mengecek notifikasi dari akun X miliknya lagi, entah kenapa ia menjadi rajin sekali membuka aplikasi tersebut akhir-akhir ini.
Kirana tersenyum mendapati di kolom DM ada pesan dari Rangga kembali.
("Selamat malam ... Kirana, sedang apa?")
Kirana tersenyum sendiri membaca pesan singkat tersebut, entah bagaimana ceritanya tiba- tiba dalam waktu sekejap ia menjadi begitu antusias mendapat pesan dari laki-laki bernama Rangga ini.
("Selamat malam juga, ini lagi rebahan, kamu sendiri?)
("Masih di kerjaan.") balas Rangga sambil mengirimkan foto yang menampilkan kondisi meja kerjanya dengan laptop yang masih menyala.
("Serius ... Jam segini masih kerja? ini sudah malem loh, salut deh aku sama kamu, rajin banget.")
("Biasa saja kali, sebentar lagi juga pulang kok, kamu sudah makan malam belum?")
("Sudah tadi ... kamu pasti yang belum makan, ya kan?").
("Iya nih bener tebakan kamu, hari ini lumayan sibuk.")
("Ya sudah habis ini jangan lupa makan, okay.")
Balas kirana kemudian, dan seterusnya percakapan-percakapan ringan pun berlanjut.
Tidak tahu kenapa Kirana sangat suka berbicara dengan Rangga sekalipun hanya sebatas di dunia maya, Rangga yang begitu hangat dan tidak kaku seperti Satya membuat Kirana merasa begitu nyaman berbicara panjang lebar dengan Rangga.
Pesan masuk lagi dari Rangga.
("Oh ya, aku mau siap-siap pulang dulu, nanti aku DM lagi kalau sudah sampai rumah, tidak lama kok paling 30 menitan)".
("Okay deh ... hati-hati di jalan, dan satu lagi kalau misal nanti ada mbak-mbak di jalan minta tumpangan jangan dikasih, fix itu mbak kunti, ya.") balasnya dengan emoji tertawa.
("haha .. Kamu bisa saja, tapi kalo mbak kuntinya menyamar jadi kamu nanti pasti aku bawa pulang sekalian."). Candanya.
Begitulah percakapan mereka sebelum akhirnya Rangga pulang ke rumah.
sambil menatap lekat ponselnya Kirana tersenyum, menunggu dengan hati yang berbunga-bunga. Rasanya tidak sabar lagi ia ingin bercerita dengan Rangga sepanjang malam ini.
Kirana hampir mengabaikan pesan dari Satya karena hal tersebut, dan tiba-tiba perasaan bersalah itu muncul dan mencubit hati kecilnya, ia berfikir tidak seharusnya bukan ia merasa nyaman dengan orang lain selain Satya, tapi nyatanya apa, bahkan belum apa-apa saja Kirana sudah terjebak dengan rasa nyaman pada sosok Rangga yang bahkan belum pernah ditemuinya di dunia nyata.
Sebenarnya Kirana ingin menyudahi ini, dia merasa tidak pantas bagi seorang perempuan yang telah memiliki kekasih tapi masih memberi ruang kepada laki-laki lain. Tapi rasa penasaran itu menariknya begitu kuat, hingga dia tidak bisa menepis keinginannya untuk mengenal sosok Rangga ini lebih dalam lagi, dan celakanya seperti magnet yang saling menarik dengan kuat perasaan keduanya ternyata sama. Rangga maupun Kirana keduanya sama-sama tidak bisa menahan diri mereka seolah ada kekuatan misterius yang mengikat dan selalu mengarahkan ke mana mereka harus melangkah.