Fitri terpaksa bersedia ikut tuan Tama sebagai jaminan hutang kedua orang tuanya yang tak mampu mwmbayar 100 juta. Dia rela meski bandit tua itu membawanya ke kota asalkan kedua orang tuanya terbebas dari jeratan hutang, dan bahkan pak Hasan di berikan uang lebih dari nominal hutang yang di pinjam, jika mereka bersedia menyerahkan Fitri kepada sang tuan tanah, si bandit tua yang beristri tiga. apakah Fitri di bawa ke kota untuk di jadikan istri yang ke 4 atau justru ada motif lain yang di inginkan oleh tuan Tama? yuk kepoin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitri menikah
"apa? anak?" juragan wira menarik satu sudut bibirnya mengejek ke arah Devan. "anak tak berguna seperti kamu masih bisa menghamili?" ha.. ha.. ha..." juragan Wira tertawa terbahak-bahak, merasa apa yang dikatakan Devan suatu hal yang tak masuk akal.
"uwek... uwek...!!" Fitri kembali memuntahkan cairan keruh dari dalam mulutnya.
Semua mata tertuju ke arah Fitri, membuat sebuah teka teki yang harus segera di tuntaskan. Semua mata menatap Fitri dengan penuh tanda tanya, apakah kondisi muntah muntah Fitri ini ada hubungannya dengan kehamilan yang saat ini Devan katakan.
"mas Wira, jangan jangan Fitri benar-benar hamil anak Devan, mas?" seloroh Hera saat melihat kondisi Fitri yang saat ini terlihat pucat pasi, terlalu banyak memuntahkan cairan tentu saja membuat si pemilik tubuh akan lemas dan pucat.
"iya betul, honey. Masak iya honey akan menjadikan Fitri istri, lalu anaknya gimana? dia cicit atau anak, jadi bingung manggilnya." tambah Tasya.
Juragan Wira terdiam, ia masih ragu dengan apa yang baru saja di katakan oleh cucunya.
"kakek masih ragu? seharusnya kakek sudah bisa melihat buktinya. apakah kakek tega menikahi wanita yang tengah mengandung anak dari cucu kakek?" pekik Devan.
Desas-desus para warga mulai membuka suara. Mereka sudah mulai berani mengeluarkan komentar negatifnya tentang juragan Wira.
"kasihan sekali si Fitri, dia harus hamil cucu juragan Wira tapi akan di nikahi oleh juragan Wira sendiri. Kasihan nanti nasib anaknya, gimana?" kata salah satu para warga yang hadir.
"pa, apa papa masih tega melanjutkan semua ini setelah papa tau di dalam kandungan Fitri ada anak Devan? Dia pewaria kita, pa? bukankah papa menikahi Fitri karena alasan pewaris yang belum hadir? lalu kenapa papa harus menyakiti pewaris itu sendiri, pa?" Arumi terus mendesak suaminya agar membatalkan pernikahan itu.
Pendirian juragan Wira sudah mulai terlihat goyah, juragan tua itupun menatap Fitri yang terlihat pucat pasi. Gadis itu masih tertunduk, seakan tidak mau menunjukkan wajah sedikitpun kepada juragan Wira.
"Fitri, apa semua itu benar? kau hamil anaknya Devan?" tanya juragan Wira, tak mudah percaya kecuali ia mendengar langsung dari mulut gadis itu.
Fitri terdiam, ia tahu Devan berbohong demi membatalkan pernikahan ini. Meski tak habis pikir, apa sebenarnya alasan Devan melakukan ini semua, dalam keraguan yang tertunduk, Fitri mengangguk dengan mata terpejam. Dia rela memainkan sandiwara yang sama sekali ia tidak tau apa maksud dan tujuannya. Yang terpenting bagi Fitri, mungkin ini adalah jalan yang Tuhan berikan untuk menyelamatkan dirinya dari jeratan juragan Wira.
"bagaimana kau melakukan ini semua, Fitri? kau baru belum sebulan di rumahku. Kenapa kau sudah dekat dengan Devan?" juragan Wira masih ragu.
"karena aku yang meminta Fitri untuk merawat Devan. Dari situlah hubungan itu terjalin. Tidakkah papa lihat, semenjak kedatangan Fitri, Devan jauh lebih baik. Itu berarti keduanya memang sudah ada saling kecocokan dari awal." imbuh Arumi.
"tidak kusangka kau segampangan itu Fitri. padahal Devan hanyalah pria cacat yang tak bisa berbuat apa apa." Juragan Wira menyampaikan betapa kecewanya dirinya terhadap Fitri, perempuan yang ia angap teguh pendirian yang tak mudah untuk di jaman seorang pria, ternyata hamil dengan cucunya sendiri.
Fitri masih tertunduk dengan wajah pucat, sepertinya aktingnya kali ini benar-benar mengenai hati juragan Wira, keegoisan dan keangkuhan dari juragan tua ini sepertinya mulai meluruh. Dalam hati, Fitri tertawa bahagia, sekilas ia melirik ke arah juragan Wira yang mulai melemah tidak lagi terlihat se garang tadi.
"kalian semua telah mengkhianati aku." gumam juragan Wira lirih.
Arumi berjalan mendorong kursi roda Devan, semakin mendekat ke arah altar pernikahan, sambil berkata, "sudahlah, pa. Kami tidak menghianati papa. Justru kami mempermudah keinginan papa untuk mendapatkan pewaris. Jika seandainya Devan tidak sembuh, setidaknya masih ada anaknya Devan yang bisa kita andalkan. Papa tidak perlu repot repot untuk membuat pewaris lagi. Ingat, papa sudah tua. Sudah tidak sepantasnya papa melakukan pernikahan Tapi, marilah kita bersama sama menjaga pewaris kita, anak anak dan cucu cucu kita agar mereka semua baik dan sehat." kata Arumi.
Semua orang tampak mengangguk setuju dengan apa yang diucapkan oleh Aru membuat juragan Wira semakin tersudut. Ia tampaknya akan menyerah.
"bagaimana juragan? apakah pernikahan ini masih akan kita lanjutkan? waktu saya semakin sempit, saya masih ada kunjungan lain untuk melakukan pernikahan." Penghulu memperhatikan jam di pergelangan tangannya, memastikan bahwa waktunya masih bersisa di tempat ini.
"tentu, pernikahan ini akan terus di lanjutkan. Sudah tanggung, aku sudah mengeluarkan banyak untuk menghias tempat ini." kata juragan Wira dengan suara tanpa expresi.
Semua tampak tercengang, ternyata drama yang telah mereka buat tidak mempengaruhi keegoisan sang juragan. Pernikahan akan tetap di lakukan.
"baiklah, juragan mari kita laksanakan. Bagaimana pak Hasan?" tanya penghulu.
Pak Hasan dan bu Wati yang sedari tadi tidak ikut bicara, mereka hanya diam dan mendengarkan. Bingung, ia hanya merasa kasihan dengan nasib anak gadisnya yang seakan di permainkan oleh takdir.
"pernikahan ini akan di lanjutkan tapi bukan dengan saya. Tapi, Devan. Akal sehatku masih waras. Aku tidak mungkin akan menikahi perempuan yang tengah mengandung benih orang lain di rahimnya." sahut juragan Wira dengan suara berat.
Arumi, Devan, pak Hasan dan bu Wati, seketika mereka merasa lega, ternyata juragan Wira merubah haluan pernikahan ini.
Juragan Wira termundur, dia menarik Kursi roda Devan untuk menggantikan tempat duduknya. Arumi dengan bahagia membantu Devan turun dari kursi roda agar ia segera menduduki altar pernikahan menggantikan sang kakek.
Sedari awal ini sudah Arumi dan Devan rencanakan untuk membatalkan pernikahan sang kakek, namun sedikitpun tak pernah terbersit di hati Arumi bahwa sang cucu akan menggantikan posisi sang kakek dengan cara mengakui bahwa Fitri tengah mengandung. Entah drama apalagi yang akan di lakukan selanjutnya untuk menutup nutupi drama yang mereka buat kali ini agar tidak ketahuan oleh semua orang.
"Mari Silakan, nak Devan." kata pak penghulu.
Devan mengangguk, meski ia belum pernah tau bagaimana cara melakukan prosesi akad pernikahan, namun dengan bimbingan dari pak penghulu akhirnya proses ijab Qobul itupun selesai di lakukan.
"Saya Terima nikah dan kawinnya Fitria binti Hasan dengan mas kawin yang di sebutkan, dibayar tunai." kata Devan dengan suara lantang.
"bagaimana saksi? sah?"
"sah.. sah... sah..."
"Alhamdulilah"
Penghulu pun mulai membacakan doa kepada mempelai, agar menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warohmah.
Selesai acara ijab qobul maka semua orang di persilangan untuk menikmati hidangan yang ada. Meski di liput rasa kecewa yang besar, namun dalam hatinya, keinginan untuk mendapatkan keturunan telah meruntuhkan keegoisan di hati juragan Wira. Meski sedikit di paksakan, namun juragan Wira akhirnya mengalah kepada cucunya.
***bersambung***
dan dari seribu itu biasanya dan hasilnya ada yg mempan
ga mau bayangin lah Thor
mantan playboy ga mantan teh celup kan Thor
is ok nek ga dosa 😁😁😁😁