Arsen pria tampan berusia 33 tahun, akibat kekejaman ayahnya, membuat dia memiliki kepribadian kejam.
Dan ya jika dia mendengar nama sang ayah disebut, maka dia akan mengeluarkan sisi gelapnya, dengan menghukum diri sendiri dan juga orang sekitarnya.
Adelia putri, wanita sederhana, harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan akibat perbuatan ayahnya.
Dimana sang ayah lebih memilih pergi bersama dengan wanita lain, hanya karena wanita itu memiliki segalanya.
Bagaimana kehidupan Arsen dan juga Adelia, mari kita ikuti kisah selengkapnya di bab-bab berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdlanAdam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPMK: Balas dendam
Mari yuk mampir di Karya mak typo yang baru, semoga suka dan ikutin terus ya kisahnya, jangan lupa beri dukungan seperti like komen yang baik dan kritikan yang baik. 😊😊❤️❤️
Brak!!
Hanya satu kali tendangan, sudah mampu buat pintu kamar terbuka dan hancur. Lalu masuk lah 5 pria berpakaian hitam, dan juga bertubuh besar. Di susul satu pria lagi, dia pun berjalan santai mendekati pria yang saat ini ada di atas kasur.
"Siapa kalian?" tanya pria itu. Lalu ia turun dari ranjangnya, karena dia ingin mendekat pada istrinya yang ada di meja rias.
Dor dor dor
Bukan jawaban yang pria itu dapatkan, tapi sebuah tembakan pun mendarat di kepala dan juga perut pria itu. Membuat pria itu terjatuh dan tergeletak di lantai.
Brukk!!
"Tidaaak!!
Jerit seorang wanita, lalu dia menangisi suaminya yang sudah tergeletak di lantai, "Saya mohon jangan bunuh saya Tuan. Saya tidak salah apa-apa. Saya hanya seorang ibu, yang tidak tahu apa yang dilakukan suami saya diluar sana," ucap Wanita itu sambil menangis.
Karena dia mengira kalau mungkin suaminya memiliki musuh dan ingin membalas dendam pada suaminya, ya walaupun menang itulah kenyataannya.
Tapi pria yang memegangi pistol itu tidak perduli, dia malah melangkah semakin dekat pada wanita itu.
Dia terus menggelengkan kepalanya, saat pria itu terus berjalan ke arahnya. Mencoba untuk berjalan mundur, sambil mencari jalan keluar, tapi sayangnya dia sama sekali tidak menemukannya.
"Saya mohon jangan tuan." wanita itu terus memohon, bahkan sekarang, dia sudah berlutut sambil mengantong kan kedua tangannya.
"Heh jangan harap ada maaf untuk mu. Kau akan menyusul suamimu," balas pria itu. Seolah dia tidak perduli dengan tangis dan permohonan wanita itu.
Dor dor dor
Lagi-lagi Pria itu melepaskan pelatuk senjata apinya, dan mengenai wanita itu tepat di kepala dan perutnya, sama seperti suaminya tadi.
Brukk
"Mamaaa!!
Teriak seorang gadis, yang baru saja sampai di rumah, karena mendengar ada keributan di atas, membuat dia langsung menuju lantai atas. Dan menuju kamar orang tuanya.
Melihat ibunya yang sudah tergeletak gadis itu pun berlari pada ibunya lalu memangku kepala sang ibu, "Mah, apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan pada ibuku?" tanya gadis itu. Sambil menengadah kan wajah nya, agar melihat Pria yang dia ketahui telah membunuh ibunya.
Lalu dia melihat ke sisi lain, dimana sudah ada ayahnya yang tergeletak tak sadarkan diri. Lengkap dengan darah yang sudah melumuri seluruh tubuh ayahnya.
Dia pun meletakkan kepala ibunya, dan berlari ke arah ayahnya yang juga sudah tidak bernyawa, "Pah. Kenapa semua ini terjadi pada kalian?" tanya gadis itu sambil menangis.
"Sekarang giliran mu," ucap pria itu datar. Lalu dia pun mengarahkan senjatanya tepat di kepala gadis itu.
"Ya aku rasa itu lebih baik, karena kau sudah membunuh kedua orangtua ku! Jadi lebih baik kau bunuh aku juga. Ayo tembak aku secepatnya! Tunggu apa lagi! Aku sudah siap," balas gadis yang bernama Putri itu.
Ia pun memejam kan matanya, siap menunggu tembakan dari pria yang sudah membunuh ayah dan ibunya, "Aku rasa kematian terlalu mudah untuk mu. Lebih baik kau menerima penderitaan yang lebih sakit lagi dariku," ucap pria itu.
Dia pun menarik dagu Putri dengan senjatanya. Membuat gadis itu melihat ke arah nya, "Buka matamu!" perintah Arsya. Karena Putri terus mejamkan matanya.
"Tidak. Aku tidak mau melihat wajah pembunuh seperti mu!" tolak Putri. Yang masih terus memejamkan matanya.
"Hahahaha, kau tidak mau melihat wajah pembunuh Seperti ku." Arsya pun tertawa kuat. Tawa yang sangat menyeramkan bagi orang yang mendengarnya.
Kau tidak mau melihat wajah pembunuh! Tapi kau sudah hidup bertahun-tahun dengan pembunuh, bahkan kau sudah di besarkan oleh seorang pembunuh," lanjut Arsya.
Dia terus mengelilingi wajah Putri dengan senjatanya. Membuat gadis itu semakin ketakutan dan terus memejamkan matanya, karena dia tidak mau melihat wajah Putri.
"Apa maksud mu! Aku hanya tinggal bersama orang tua ku. Aku tidak pernah tinggal bersama orang lain, apa lagi itu seorang pembunuh!" balas Putri. Sebenarnya dia sangat takut pada Pria yang ada di depannya, tapi dia harus berani.
"Hahahaha!!
Arsya pun kembali tertawa, dia berjongko di hadapan Putri, "Ya karena pembunuh itu adalah ayahmu. Jadi kau tidak tau kalau kau di besar kan oleh seorang pembunuh," ucap Alex, membuat Putri terdiam menyimak apa yang Arsya ucapkan.
"Kau tahu, ayah yang kau katakan baik itu! Telah membunuh istri dan juga calon anakku. Jadi nyawa harus di bayar dengan nyawa," lanjut Arsya. Dengan wajahnya yang sangat menyeramkan. Tapi Putri tidak melihat itu, karena dia masih memejamkan matanya.
Mendengar itu Putri pun membuka matanya, dia melihat wajah Arsya. Satu yang dia lihat di wajah pria itu. Ya itu kemarahan dan juga dendam, "Tidak, itu tidak mungkin. Ayah ku adalah orang yang baik. Dia tidak mungkin membunuh," balas Putri.
Dia tidak percaya dengan ucapan Arsya, karena yang dia tahu ayahnya adalah orang baik dan sangat menyayangi keluarganya. Jangan kan membunuh manusia, yang Putri tahu ayahnya bahkan tidak berani membunuh seekor tikus.
"Kalau kau tidak percaya ya sudah! Itu urusan mu. Yang pasti mulai sekarang kau yang akan menerima semua atas perbuatan ayahmu!" Arsya pun langsung menarik rambut Putri, dia menyeret gadis itu, lalu membawa gadis itu, kebawah.
"Aaa sakit!" Putri pun hanya bisa merintih kesakitan, tapi dia sudah tidak lagi bisa melawan. Karena tidak mungkin dia bisa melawan Arsya, belum lagi anak buahnya yang lumayan banyak.
"Brukk!!
Alex melemparkan Putri, saat mereka sudah sampai di ruang tamu rumah itu, "Bawa gadis ini! Masukan dia di kamar tanpa cahaya sedikitpun!" perintah Arsya, pada Keny asisten pribadi sekaligus kaki tangannya.
"Untuk orang tuanya, ambil organ yang masih bisa digunakan, sisanya kau masukkan kekandang kucing besarku!" lanjutnya lagi, memerintah kan Bima.
"Baik Tuan." Patuh Keny. Lalu meminta anak buahnya untuk membawa Putri, dan juga menjalankan perintah kedua bosnya itu. Tak lupa juga dia meminta agar semuanya bersih tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Meninggalkan rumah itu, Arsya pun kembali ke rumah orang tuanya, karena hari ini adik laki-laki berulang tahun, dan mereka akan melakukan pesta.
Sampai di rumah, dia langsung masuk kedalam acara pesta yang sudah hampir selesai. Berjalan dengan santai dia pun menemui adiknya, "Nih, hadiah dariku. Sesuai yang kau inginkan," ucap Arsya datar. Dia pun melempar kan sebug mobil sport balap yang adik nya inginkan.
"Yess, terima kasih Bro. Lo emang abang klop gue deh. Yang terbaik," ucap Radit. Sambil mencium kunci mobil pemberian Arsya.
Pria itu tidak menawab dia hanya berjalan ke arah ayah dan ibunya, "Malam Mom, aku sudah datang untuk memenuhi janjiku," ucap Arsya, tapi hanya sebentar. Setelah itu dia melanjutkan langkahnya ke atas.
"Tunggu Ar! Kamu memang datang, tapi kamu datang terlambat. Beri Mommy penjelasan kenapa kamu terlambat," balas Diah. Dia meminta penjelasan pada Arsya.
"Tidak ada penjelasan apa-apa, Mom. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," balas Arsya santai. Lalu dia melanjutkan langkahnya, naik kelantai atas, tempat di mana kamarnya berada.
"Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," ucap Diah. Mengulang kembali ucapan putranya. Lalu dia melihat ke arah suaminya.
"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Reja pada istrinya.
"Lihatlah kelakuan anakmu itu. Bener-bener tidak ada sopan satunya, dan hormatnya pada orang tua," jawab Diah menggerutu.
"Dia juga anakmu!" balas Reja. Lalu dia meninggalkan istrinya yang masih terus menggerutu sambil menata-ngatain putranya.
Sedangkan Arsya yang sudah sampai di kamarnya. Dia pun terus berputar-putar dan melihat keadaan kamar itu. Kamar yang punya banyak kenangan bersama istrinya.
Lagi-lagi Arsya merasa marah, meskipun dia sudah membunuh penyebab Serly meningal, tapi tetap saja rasa dendam terus ada di hatinya. Tidak tahan dengan semua itu. Ia pun kembali keluar dari kamar itu. Lalu turun kebawah.
*
*
*Bersambung.