Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?
Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Rena menuruni tangga dengan pakaian rapi. Gadis itu bergabung dengan keluarganya untuk sarapan bersama di ruang makan. Sarapan kali ini tampak berbeda, karena ada satu anggota keluarga baru yang hadir bersama mereka.
“Pengantin baru mesra sekali sih,” goda Yohana kepada Flo dan Kevin yang duduk bersebelahan sambil sesekali menunjukkan interaksi romantis.
“Apa sih, Ma?” ucap Flo malu-malu.
Anggota keluarga yang lain hanya tertawa melihat reaksi itu.
“Rena, kenapa kamu kemarin pulang duluan?” tanya Hendra.
“Aku sudah lelah berada di pesta,” jawab Rena apa adanya.
“Tapi tetap saja, bagaimana bisa kamu pergi di tengah acara pesta pernikahan kakakmu?” tegur Hendra.
“Sudahlah, Pa. Tidak apa-apa,” ucap Flo membela sang adik.
Rena melempar senyum kepada Flo, yang dibalas dengan kedipan sebelah mata oleh kakak perempuannya itu.
“Tapi, bagaimana kamu pulang kemarin? Papa lihat sopirmu masih ada di pesta sampai akhir acara,” tanya sang papa.
“Diantar Kak Nathan,” jawab Rena sembari menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.
Hendra sempat mengingat-ingat nama yang terdengar cukup familiar, “Nathan? Teman Leo dan Flo itu?”
Rena hanya menganggukkan kepala tanpa menoleh. Jujur saja, ia sebenarnya lelah dengan sang papa yang tidak henti-hentinya bertanya kepada dirinya setiap ada kesempatan.
“Sejak kapan kamu dekat dengannya?” tanya Hendra lagi.
“Belum terlalu lama.”
“Kamu juga berteman dekat dengannya?”
“Tidak, kami tidak berteman,” ucap Rena sambil tersenyum misterius, “lebih dari teman, mungkin.”
Leo yang duduk di sebelah kanannya pun menyenggol lengan Rena sambil tersenyum jahil. Sedangkan sang adik hanya bisa tersenyum malu.
“Tidak boleh!”
Rena langsung menoleh mendengar ucapan tegas sang papa. Tidak hanya dirinya, bahkan Leo, Flo, dan Kevin ikut terkejut dengan perkataan Hendra.
“Apa yang tidak boleh?” tanya Rena tidak paham.
“Kamu tidak boleh punya hubungan lebih dengan Nathaniel,” tegas Hendra.
Semua orang saling melempar tatapan bingung, terutama Leo dan Flo. Selama ini mereka mendukung sepenuhnya hubungan Nathan dan Rena. Mereka tidak menyangka jika sang papa akan memberikan reaksi tidak terduga seperti ini.
Leo melirik wajah adik bungsunya yang sudah mulai masam. Emosi gadis itu bisa meledak kapan saja.
“Pa, kenapa papa melarang Rena berhubungan dengan Nathan? Nathan itu orang yang baik, Pa,” ucap Leo membela sang adik.
“Apa menurutmu sifat baik saja cukup untuk menjadi bagian dari keluarga Airlangga? Kita harus memperhatikan bibit, bebet, dan bobot juga. Papa tidak bisa menerima pasangan yang berasal dari keluarga sembarangan untuk anak-anak papa,” ujar Hendra.
“Tunggu, tunggu,” sela Rena, “sepertinya papa salah paham. Aku tidak sedang meminta restu dari papa. Aku juga tidak sedang meminta pendapat papa tentang hubunganku dan Kak Nathan.”
Ucapan Rena berhasil membuat Hendra tersinggung.
“Kamu ini anak papa! Papa punya hak untuk memberi restu atau menolak pasangan yang kamu pilih,” kata Hendra dengan nada yang mulai meninggi.
Rena memutar bola matanya malas, “papa bisa tidak, sekali saja, jangan terlalu ikut campur urusanku? Apa pun keputusan yang aku ambil, itu semua adalah hakku, bukan hak papa.”
Setelah mengatakan itu, rena langsung pergi tanpa menyelesaikan sarapannya. Nafsu makannya sudah hilang karena sang papa yang sudah membuat suasana hatinya menjadi buruk.
...----------------...
Rena melangkah memasuki gedung Arial dengan langkah cepat dan wajah datar. Suasana hatinya tidak begitu baik pagi ini akibat ulah sang papa saat acara sarapan tadi. Meskipun sedang kesal, gadis itu tetap menyapa para staf demi sopan santun.
Ia langsung menuju ke lantai 6 untuk melakukan meeting pra perilisan single debutnya. Rena melakukan meeting bersama dengan manajer, produser, dan yang lainnya selama 3 jam lamanya. Segala persiapan untuk debutnya sudah selesai, dan besok siang adalah jadwal rilis music video lagu pertamanya.
Setelah meeting selesai, Rena pun segera keluar dari ruangan. Saat berjalan di lorong lantai 6, ponselnya berdering menandakan pesan masuk.
...Mama...
/Nanti jangan pulang terlalu malam.
/Keluarga kita akan makan malam dengan keluarga besan kakakmu.
“Keluarga besan? Pasti akan ada Derryl juga,” gumam Rena.
Derryl, pelaku pembunuhan Alisa, adalah putra kedua menteri kesehatan yang kini menjadi kerabat dari keluarga Airlangga. Rena merasa lucu dengan situasi yang selalu mempermainkan dirinya. Saat tengah memikirkan hidupnya, Rena tersadar dari lamunannya ketika mendengar ponselnya kembali berbunyi notifikasi pesan masuk.
...Mama...
/Kamu tidak sedang bersama Nathan, kan?
/Dengarkan ucapan papa, ya. Itu semua demi kebaikanmu.
“Cih, kebaikanku, katanya,” decih Rena.
Tanpa membalas pesan itu, Rena segera memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang.
Gadis itu berjalan keluar dari gedung menuju halte bus. Tadi pagi, ia sudah meminta sopir pribadinya untuk tidak menjemput dirinya dengan alasan ingin jalan-jalan sendiri.
Saat sedang berdiri di halte menunggu bus sambil bermain ponsel, tiba-tiba ada sebuah mobil hitam yang berhenti di depannya. Rena dan beberapa orang lainnya yang ada di sana menatap bingung mobil yang berhenti di jalur pemberhentian bus itu.
Ting!
Rena melihat ponselnya yang baru saja berbunyi.
...Kak Nathan...
/Cepat masuk, sebelum busnya datang.
Mata Rena membelalak terkejut setelah menyadari bahwa mobil itu adalah milik Nathan. Gadis itu melirik sekelilingnya yang cukup ramai orang. Itulah alasan kenapa Nathan tidak menurunkan kaca mobil dan malah mengirim pesan kepada Rena. Jangan lupa, lelaki itu adalah artis terkenal yang tidak bisa sembarangan menampakkan diri.
Rena pun bergegas masuk ke dalam mobil hitam itu. Mobil itu pun segera pergi dari area halte bus.
“Kenapa kamu menunggu bus? Apa sopirmu tidak menjemput?” tanya Nathan sembari menyetir.
Rena menggeleng pelan, “tidak, aku hanya ingin pergi ke suatu tempat.”
“Kemana?” tanya Nathan.
“Mencari apartemen,” jawab Rena.
“Mencari apartemen? Kamu ingin tinggal sendiri?”
Rena mengangguk mantap.
“Kenapa? Bukankah lebih nyaman tinggal bersama keluargamu? Kamu tidak akan kesepian dan semua kebutuhanmu sudah tersedia,” ujar Nathan berpendapat.
‘Tck, nyaman darimananya,’ cibir Rena dalam hati.
“Aku ingin mencari apartemen yang dekat dengan kampusku, supaya tidak terlalu jauh kalau kuliah nanti,” jawab Rena yang tidak sepenuhnya bohong.
Awalnya, alasan gadis itu tinggal sendiri adalah karena dirinya ingin lebih menikmati kehidupan kampusnya nanti. Tapi melihat bagaimana sang papa yang terus saja membuat dirinya kesal di rumah, ia pun menjadi lebih bersemangat untuk segera pindah.
...----------------...