NovelToon NovelToon
Jerat Hati Sang Duda Dominan

Jerat Hati Sang Duda Dominan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / One Night Stand / Selingkuh / Teen Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lifahli

"Mengemislah!"

Awalnya hubungan mereka hanya sebatas transaksional diatas ranjang, namun Kirana tak pernah menyangka akan terjerat dalam genggaman laki-laki pemaksa bernama Ailard, seorang duda beranak satu yang menjerat segala kehidupannya sejak ia mendapati dirinya dalam panggung pelelangan.

Kiran berusaha mencari cara untuk mendapatkan kembali kebebasannya dan berjuang untuk tetap teguh di tengah lingkungan yang menekan dan penuh intrik. Sementara itu, Ailard, dengan segala sifat dominannya terus mengikat Kiran untuk tetap berada dibawah kendalinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lifahli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Awal Dari Penderitaan

...Happy reading!...

...•••...

Mereka melakukannya diatas pantry. Sungguhan gilanya Ailard memiliki ide menghukum Kiran bercinta ditempat yang seharusnya tersaji untuk makanan dan apapun kebutuhan dapur.

"Keep your mouth shut!" (Diamlah!). Begitu Ailard menghujaninya dengan milik pria itu, Kiran tak bisa berbuat banyak selain terbawa suasana dalam kenikmatan yang diberikan Ailard.

"Uhk..."

"Sekarang kamu tahu bagaimana saya marah Kiran, karena kamu perempuan peliharaan saya, beginilah kamu harus mendapatkan hukuman!"

Sensasi panas dibawah sana membuat Kiran menulikan pendengarannya, ia tak mau banyak mengambil ucapan sarkastik dari Ailard, itu tak penting untuknya. Jika begini caranya mendapati uang dari pria itu, ia tak masalah sebab ia hanya ingin memanfaatkan pria ini untuk menyelesaikan masalah finansial nya yang carut-marut gegara hutang keluarga, begitupula dengan Ailard. Si duda yang haus akan kehangatan perempuan.

"Fuck Kirana, kamu begitu hangat dan masih ketat saja didalam sana!"

Kirana rasa ia perlu ikut andil dalam permainan yang Ailard ciptakan, jika ia menganggapnya dominan berarti Kiran harus pandai menyentuh titik kuasanya.

Ia memeluk pria ini, tak ada lagi rintihan yang membantah dan ia sama menikmatinya. Bahkan desahan menggaung keras seakan menikmati sensasi bergetar setiap kali milik pria ini menggauli miliknya.

"Really? Kamu sangat menikmatinya sekarang slut?" Seberapa kali Ailard menyebutkan kata lacur itu untuk Kiran, ia tak memperdulikan.

"Harder Mas..." (Lebih keras). Mendayu suaranya bergaung didalam dapur utama itu, pantry sudah terlihat carut-marut akibat percintaan panas mereka.

Menggagas berbagai macam gaya dan sampailah ketika perempuannya diberdirikan dengan posisi tangan Kiran menyangga pantry dan pria itu asik bermain dibelakangnya.

"Uhh..." Ailard benar-benar kecanduan tubuh perempuan kecilnya, sensasi nikmatnya bahkan sangat berbeda dengan mantan istrinya sendiri. Dan ia perlu mengakui bahwa Kirana adalah perempuan yang pertama kali ia perawani.

•••

Setelah membuat kekacauan di dapur utama, Ailard membawa Kiran masuk kedalam kamarnya setelah mereka bercinta non stop selama dua jam lamanya. Perempuan itu langsung kelelahan dan berakhir tidur diatas ranjangnya.

Ailard menghembuskan asap rokok perlahan, pandangannya menerawang jauh ke langit malam yang sepi. Bayangan masa lalu terus menghantui pikirannya, membawa kembali memori saat ia masih bersama mantan istrinya. Dulu, cinta yang ia rasakan begitu besar, bahkan ketika ia tahu dirinya diselingkuhi, Ailard tetap memilih memaafkannya. Namun, kejadian yang menimpa putri mereka, Rosemary, menjadi titik balik segalanya.

"Aku sudah memaafkanmu berkali-kali... tapi setelah apa yang kamu lakukan pada Rosemary..." Ailard menggertakkan giginya, kemarahan mendidih dalam hatinya.

Dia bisa membiarkan banyak hal berlalu—perselingkuhan, kebohongan—tapi saat istrinya lebih memilih bercinta dengan laki-laki lain di rumah mereka, meninggalkan putri mereka sendiri tanpa pengawasan, Ailard tak bisa lagi menerima. Rosemary terabaikan, terluka, secara emosional, dan itu membuat luka dalam di hati Ailard yang tak akan pernah bisa sembuh.

Rokok di jarinya terbakar hingga ke ujung, hampir menyentuh kulitnya, tapi rasa sakit itu tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemarahan dan kebencian yang selama ini menggolak dalam hatinya. Ailard memadamkan rokok dengan kasar di asbak di dekatnya.

Pandangannya tertuju ke kamar, di mana Kiran tertidur lelah di ranjangnya. Di matanya, Kiran, yang tertidur di ranjang, tak lebih dari pion dalam permainan kekuasaannya. Meski Kiran sendiri yang datang, memohon dan meminta belaiannya demi uang, Ailard tahu dalam hatinya bahwa semua ini hanyalah pelarian—cara untuk melampiaskan kebencian yang tak pernah bisa ia lepaskan terhadap perempuan yang dulu ia cintai, mantan istrinya.

Membayangkan wajah mantan istrinya selalu memicu gelombang amarah yang tak bisa ia kontrol. Pengkhianatannya begitu dalam, menghancurkan hati dan kepercayaannya. Sejak saat itu, setiap perempuan yang mendekatinya dipandang rendah. Ia memperlakukan mereka dengan dingin, superioritasnya menjadi tameng agar tak ada lagi yang bisa menyakitinya. Baginya, perempuan hanya layak berada di bawah kekuasaannya—dibayar dan dimanfaatkan, tak lebih dari itu.

Kiran adalah contoh nyata. Ia mungkin tampak lemah, tapi bagi Ailard, dia hanyalah alat untuk memenuhi ego dan kebutuhannya. Dengan cara ini, ia merasa memiliki kendali atas sesuatu di hidupnya, meski jauh di dalam hatinya, ia sadar bahwa semua yang ia lakukan hanyalah bentuk penolakan terhadap rasa sakit yang tak pernah sepenuhnya hilang.

Ailard menyeringai pahit, memandang langit malam yang gelap. Tak peduli berapa banyak perempuan yang ia kontrol, luka yang ia rasakan tak akan pernah bisa terobati.

•••

"Cocok pakai dasi yang ini Mas," Kiran dengan telaten memakaikan dasi pilihannya untuk pria yang sedang berada dihadapannya ini. Pria itu tersenyum tipis sambil mengusap pipi Kiran.

"Malam ini tolong siapkan diri, saya gak janji bisa jaga sikap. Kamu paham?"

"Iya Mas. Aku akan siapkan diri sebaik mungkin malam ini."

"Good girl!" Ailard melumat bibir Kiran cukup singkat sebelum pergi ke kantornya.

Begitulah hari-hari yang Kiran jalani bersama Ailard juga sebagai baby sister putrinya. Selama ini, Kiran menjalani hidup di bawah kontrol pria itu, mengikuti semua aturannya. Ailard perlahan melonggarkan ketegangan yang biasanya melingkupinya. Ia tidak lagi semengerikan saat pertama kali mereka bertemu, tapi tetap saja, bayangan ancaman selalu menggantung di udara. Ailard bukan tipe pria yang mudah dipercaya, namun ada sesuatu yang membuat Kiran tetap bertahan, yaitu demi melunasi seluruh hutang keluarganya.

Mungkin karena semakin lama Kiran berada di sisi Ailard, ia semakin bisa memahami alasan di balik sikap tidak terkontrol pria itu. Ailard adalah pria yang hancur oleh masa lalunya, oleh seorang perempuan yang mengkhianatinya, membuatnya trauma dan penuh luka. Dan dalam luka itu, Ailard menciptakan dinding-dinding yang tebal, menolak untuk tersentuh oleh siapa pun lagi.

Kiran memandang Tata dengan pandangan datar. "Gue udah gak peduli soal cinta, Ta. Semenjak hidup sama Mas Ailard, gue jadi tahu satu hal, cinta itu cuma omong kosong. Hidup gak pernah tentang perasaan, tapi tentang apa yang bisa lo dapat buat bertahan."

Tata menghela napas panjang, menyadari bahwa sahabatnya sudah berubah. "Tapi, lo gak bisa selamanya hidup kayak gini, Kiran. Lo harus punya sesuatu buat diri lo sendiri, bukan cuma ngeladenin dia."

Kiran menggeleng pelan. "Gue gak butuh apapun lagi selain stabilitas. Mas Ailard kasih gue itu, dan gue kasih dia yang dia butuh. Hubungan ini jelas, gak ada bumbu perasaan. Lagipula, apasih yang diharapin dari perasaan picisan kayak gitu?"

Tata sungguh dibuat speechless oleh jawaban perempuan ini, Kiran benar-benar tidak mau diresahkan oleh perasaan hati baginya hidup yang harus dijalani itu adalah hidup yang bisa membuat dirinya tetap bertahan, di dunia yang penuh intrik seperti ini.

"Lo bener banget, Kiran," Tata akhirnya angkat bicara, dengan nada penuh keyakinan. "Perempuan tuh sering kali terlalu digiring sama perasaan, sampe lupa kalau yang paling penting itu bisa bertahan dan tetap berdiri di atas kaki sendiri. Lo udah lihat kenyataan hidup dengan mata kepala lo sendiri. Gak ada salahnya buat mikir logis dan buang jauh-jauh khayalan soal cinta."

Kiran tersenyum sedikit, merasakan adanya pengertian dari sahabatnya. "Iya, Ta. Gue gak mau jadi perempuan yang terombang-ambing perasaan. Hidup itu tentang bertahan. Dan gue udah lihat sendiri, cinta gak selalu berarti bisa bikin lo bertahan. Terkadang malah bikin lo rugi."

Tata mengangguk setuju. "Dan gue rasa, itu yang banyak perempuan gak sadarin. Mereka selalu terjebak dalam drama cinta, lupa bahwa logika itu lebih penting. Kalau lo bisa dapat stabilitas, bisa ngatur hidup lo, kenapa harus bergantung sama perasaan?"

"Exactly," Kiran menyahut, kini lebih yakin dengan apa yang ia jalani. "Gue gak perlu lagi cinta atau perasaan-perasaan yang bikin lemah. Yang gue perlu itu keamanan, kestabilan, dan cara buat terus survive. Dan itu yang gue dapet sekarang."

"Gue sih yakin banget sama lo, tapi gue ragu deh sama Mas Ailard. Kalau semisal dia jatuh cinta untuk kedua kalinya dan itu sama lo, gimana tuh?"

Kiran tertawa pelan, "ngga mungkin Ta. Laki-laki itu cuma punya nafsu sama gue, lagipula tingkat bencinya sama cinta itu udah terlalu tinggi," Kiran menyelesaikan kalimatnya dengan nada yakin. "Gue udah lihat sendiri gimana dia perlakukan gue. Mas Ailard gak punya tempat lagi buat memiliki perasaan picisan kayak gitu, apalagi sama gue. Yang ada di antara kita ini cuma hubungan transaksional. Dia butuh gue buat hal-hal yang dia mau, dan gue butuh dia buat kestabilan gue."

"Bagus deh, gue juga gak mau lo jadi perempuan yang gampangan berdalih ada perasaan sama partner lo. Gue sih gak pernah cape buat sampein ini sama lo Kiran, lo jangan pernah lupa buat minum pil kontrasepsi." Tata melanjutkan dengan nada tegas. "Gue cuma gak mau lo terjebak di situasi yang lebih ribet lagi. Lo harus tetap jaga kontrol atas hidup lo, Kirana."

Kiran mengangguk, mengerti. "Gue gak pernah lupa soal itu. Mas Ailard juga selalu main bersih, lagipula mana mau dia punya anak dari perempuan yang setiap kali bercinta dipanggil pelacur?  Tenang aja, gue selalu pastikan gak ada yang bisa bikin gue kehilangan kendali. Hidup gue udah cukup rumit tanpa ada hal-hal kayak gitu."

Tata tersenyum tipis. "Bagus. Lo harus teguh dengan pendirian lo Kiran."

"Ya, walaupun hidup gue segila ini gue juga kudu tetep waras apalagi menghadapi laki-laki otak selannka*gan kaya Mas Ailard, eh ralat kayaknya hampir keseluruhan otak laki-laki kaya gitu deh. Berdalih si paling suci tapi bisa aja berbuat jahat sama perempuan, miris banget emang."

Tata manggut-manggut mendengar penuturan Kiran yang sangat related sekali dengan kehidupan di zaman sekarang. "Jadi cara lo buat puk-puk Mas lo itu dengan cara di iya-iya aja Kiran? Sumpah lo nurut banget sama dia?"

Kiran tak langsung menjawab, ia teguk minumannya. "Dia itu lemah sama sentuhan, walaupun gue gak bisa kendaliin dia tapi setidaknya gue punya trik buat dia gak merasa di atas angin. Lo tahu kan, laki-laki kayak dia suka merasa punya kontrol penuh. Tapi di balik semua itu, gue tetap pegang kendali buat diri gue sendiri,” Kiran melanjutkan, menatap Tata dengan tenang.

"Ah seriusan gue lega banget dengernya. Gue gak sabar nunggu lo bebas sepenuhnya dari dia Kiran."

“Itu pasti Ta. Gue tahu apa yang gue hadapi dan apa yang gue perlukan untuk bertahan. Lagipula, dalam dunia kayak gini, lo cuma punya diri lo sendiri buat diandalkan.”

Tanpa sepengatahuan mereka, sosok yang sedang dibicarakan mendengar semua percakapan kedua sahabat itu dari balik earphone. Ailard memang sengaja memasangkan alat penyadap didalam tas Kiran setiap perempuan ini akan berpergian. Ia kira perempuan ini tidak akan banyak tingkah, ternyata ia salah sudah memperlakukannya dengan lembut sampai ia lupa akan posisinya sebagai perempuan simpanannya.

Ailard mengepalkan tangannya erat, menahan amarah yang bergejolak dalam dirinya. Rahangnya tegang, matanya memicing tajam saat mendengar Kiran dan Tata berbicara. Urat-urat di lehernya tampak jelas, seolah amarah itu hampir meledak kapan saja.

Sungguh, ia merasa tertipu. Selama ini, ia berpikir bahwa Kiran tunduk padanya, bahwa ia bisa mengendalikan perempuan itu dengan mudah. Namun, kenyataannya, Kiran ternyata lebih licik dari yang ia bayangkan—bermain peran dengan begitu baik, seakan patuh padanya, tapi di balik itu, ia merendahkan Ailard seperti seorang pria bajingan dan pria yang diremehkan.

"Dia pikir bisa mempermainkan saya?" gumamnya dengan nada rendah yang semakin mengeras. Tatapan Ailard tak lagi sekadar dingin, tapi penuh ancaman. Emosinya untuk Kirana kembali merayap, menguasai pikirannya.

Perempuan itu, pikirnya, akan tahu siapa yang sebenarnya memiliki kendali. Tidak akan ada lagi kelembutan. Ailard bertekad untuk memastikan Kiran tahu tempatnya—dan dia akan pastikan, tak ada lagi yang bisa membuatnya merasa di atas angin.

1
Nus Wantari
lanjut thor
Septanti Nuraini
kapan update lagi
nonaserenade: Sudah update tapi sedang proses penerbitan dari Novelton nya ya kak, palingan sebentar lagi terupdate. Terimakasih sudah menunggu bab selanjutnya🙏🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!