Jatuh cinta kepada seorang Arthur Mayer yang memiliki masa lalu kelam tidak dipermasalahkan Shannon Claire karena ia sungguh mencintai pria itu.
Namun bagaimana ketika terungkap dimasa lalu Arthur lah dalang dari peristiwa yang menyebabkan Shannon kehilangan orang yang disayanginya? apakah Shannon memilih bertahan atau meninggalkan Arthur? simak kisahnya di novel hasil menghalu dari Ratu Halu Base 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD #23
"Ternyata kau disini. kenapa kau tidak menerima panggilanku, Shannon?" tanya Arthur seraya membuka jas, dan menyematkan di tubuh Shannon.
Shannon mengusap pipinya dengan pelan, kemudian ia berdiri, menatap Arthur. "Aku tidak mendengarnya. Maaf" Jawab Shannon, memaksakan dirinya untuk tersenyum.
Arthur memegangi bahu Shannon, menelisik wajah gadis itu. "Kau habis menangis?" Arthur memelankan suaranya seraya mengusap sisa air mata Shannon. "Ada apa, hmm? apa ada seseorang yang melukaimu?"
Ada, kau adalah orangnya. Pria tua menyebalkan. Batin Shannon.
"Tidak, Arthur."
Arthur tidak mudah percaya dengan ucapan Shannon. Shannon menurunkan tangan Arthur yang berada di pundaknya, lalu ia melangkah.
"Kau ingin kemana?" Arthur meraih tangan Shannon, membuat gadis itu berbalik.
"Aku ingin berjalan-jalan sebentar, setelah itu pulang." Tidak menunggu respon pria itu, Shannon berbalik lagi melanjutkan langkahnya yang terasa sulit. Dilepaskan sepatu hellsnya, lalu menentengnya.
"Apa kakimu sakit?"
Shannon menulikan pendengarannya. Arthur meraih tangan Shannon menuntun gadis itu untuk duduk. "Duduklah!"
Arthur berjongkok di depan Shannon. Mengangkat kaki gadis itu, dan meletakkannya di atas lututnya lalu Arthur membersihkan pasir yang menempel pada kaki Shannon.
"Kakimu terluka, dan melepuh. Apa ini terasa perih?" Arthur mengangkat tatapannya bertemu netra hijau Shannon yang berkaca-kaca.
Shannon menguatkan dirinya agar tidak menangis lagi, terlebih di depan Arthur. "Tidak," jawab Shannon berbohong. Arthur kembali menunduk. Ia meniup luka di kaki Shannon.
Tindakan yang sangat manis, wanita mana yang tidak akan meleleh diperlakukan semanis Ini?
Ingatlah Shannon pria yang ada di depanmu seorang Don Juan. Melakukan tindakan seperti ini hal yang biasa dilakukannya untuk menaklukkan para wanita. Jadi, kau jangan besar kepala.
Shannon segera berdiri, dan tidak ingin terhanyut dengan perlakuan manis dari Arthur. "Jangan bertindak berlebihan, Arthur. Apalagi kau menunjukkannya kepada seorang pelayan sepertiku." Tandas Shannon sedang mencoba membentengi dirinya.
Meskipun selama ini, pria itu tidak mempermasalahkan statusnya, pelayan tetaplah seorang pelayan bukan? seharusnya ia sadar diri, dan tidak membiarkan perasaannya semakin tumbuh untuk pria yang tak lain adalah majikannya.
"Apa maksudmu?" tanya Arthur, dan Shannon lebih memilih diam. Berhadapan lama-lama dengan Arthur, Shannon khawatir tidak bisa mengendalikan emosinya. .
"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?“ tanya Arthur kemudian pria itu berdiri.
"Lupakan, " Shannon berjalan tertatih, mengabaikan rasa sakit di kakinya, dan juga hatinya.
"Why?" Arthur bertanya lagi dengan lembut. Suara pria itu sangat tenang, dan menghanyutkan.
Shannon enggan menjawab pertanyaan Arthur. Langkah Shannon berbelok menuju area hotel.
"Kau ingin pulang sekarang?" Shannon mengangguk cepat. "Aku akan mengantarmu." Arthur menahan tangan Shannon membuat gadis itu memberhentikan langkahnya.
"Tidak perlu, Arthur. Kau kembali saja ke hotel. Nona Viola pasti menunggumu." Shannon merasakan lagi sakit di hatinya menyebut nama wanita itu. "Kau tidak perlu cemas, aku bisa pulang menggunakan taksi."
"Sebenarnya ada apa denganmu?"
"Sudah aku katakan, aku baik-baik saja." Shannon memaksa dirinya untuk tersenyum lagi. "Kenapa kau bertanya lagi?"
Arthur berpindah posisi, berdiri di depan Shannon, lalu ia menelisik wajah gadis itu. "Kau sedang mencoba menghindari ku."
" Aku lelah, dan sangat mengantuk."
"Kau tidak pandai berbohong, Shannon." Arthur menatap lekat manik hijau gadis itu, dan dugaannya benar, ada yang disembunyikan gadis itu. Tapi apa..
"Minggirlah, Arthur. Aku ingin pulang."
Dengan tiba-tiba Arthur memajukan wajahnya, mengikis jarak, dan kemudian menyatukan bibirnya, dengan bibir Shannon. Shannon terkesiap, manik indahnya membulat sempurna. Tubuh Shannon mendadak membeku, dengan darahnya mengalir sangat deras. Serta, pijakan kakinya terasa lemas. Andaikata Arthur tidak merengkuh pinggangnya, mungkin ia akan terjatuh.
Shannon memejamkan matanya merasai sentuhan terlatih di bibirnya. Sekelebat bayangan Arthur berciuman dengan Viola hadir lagi. Maniknya membeliak, bergetar nampak nanar. Ia mendorong kuat tubuh Arthur hingga tautan bibir Arthur terlepas.
"Apa yang baru saja kau lakukan?" tanya Shannon mengusap bibirnya menggunakan punggung tangannya. Ia tersenyum lirih karena merasa dipermainkan. "Apa kau sedang menunjukkan kepiawaianmu menaklukkan wanita? dengarkan aku. Meskipun, aku seorang pelayan, aku tidak seperti wanita yang pernah tidur denganmu, Arthur." Ujar Shannon berusaha setenang mungkin.
Arthur mengernyit keningnya. "Kau mengatakan apa, Shannon? jelas saja kau berbeda."
Shannon tertawa sumbang. Ia seperti tidak ada harga dirinya mengingat bagaimana tadi, ia membiarkan Arthur mencium bibirnya bahkan ia sempat menikmati ciuman itu. "Ucapanmu sangat manis. Setelah kau berciuman dengan Nona Viola, kau menciumku. Apa kau kurang puas?!
"Kau melihatnya?"
"Pertanyaan bodoh. Aku ingin pulang!" Shannon melewati Arthur, dengan sigap Arthur menahan tangan gadis itu, menariknya hingga keduanya berdiri saling berhadapan. "Lepaskan aku, Arthur. "
"Aku tidak mau." Tolak Arthur, menatap Shannon dengan tatapan teduh. Tangannya bergerak, merapikan untaian rambut Shannon yang terurai karena tertiup angin, lalu menyelipkannya di belakang telinga. "Kau sudah banyak berbicara. Sekarang giliranku. Aku akan menjelaskan semua." Lanjut Arthur merangkup sisi wajah Shannon.
"Itu tidak perlu. Lagipula, kita hanya berteman, dan mengenai ciuman tadi, kau tenang saja aku akan melupakannya. Sekarang, singkirkan tanganmu."
"Dengarkan aku, yang kau lihat tadi tidak seperti apa yang kau pikirkan." Arthur menarik napas, lalu membuangnya perlahan. "Viola yang menciumku lebih dulu. Tapi percayalah, aku tidak membalasnya."
Flashback
"Yang perlu kau lakukan, kau tinggalkan pria itu."
"Ya kau benar Arthur. Aku harus meninggalkannya." Viola mengusap air matanya sambil tersenyum. "Terimakasih Arthur." Dengan tiba-tiba Viola mencium bibir Arthur.
Arthur mendorong tubuh Viola dengan kasar, tautan dari bibir wanita itu terlepas. Arthur mengeluarkan sapu tangannya, lalu menyapu bibirnya. "Apa kau sedang mencoba merayuku?" tanya Arthur menarik satu sudut bibirnya, meremehkan Viola.
Viola bergeming, menatap Arthur dengan tatapan tidak percaya. "Rayuanmu, sangat pasaran Nona Viola. Dan tindakanmu tidak membuatku tertarik."
"Kau!!" Viola marah mendengar penuturan Arthur yang mengejeknya.
"Selamat malam."
Shannon membuang wajahnya kesamping. Tidak dapat dipungkiri penjelasan Arthur cukup membuatnya merasa jauh lebih baik.
"Dan untuk ciuman tadi, aku melakukannya karena aku menyukaimu."
Shannon terkesiap. "Kau mengatakan apa? kau menyukaiku?" Shannon menatap manik legam Arthur, dan tidak ditemukan kebohongan di dalam sana.
"Iya, " Arthur tersenyum lembut seraya mempersatukan kedua tangan mereka. "Kau harus mempercayaiku. Ini terdengar menggelikan mengingat usiaku yang tidak lagi muda. Tapi, aku tidak bisa membohongi perasaanku, bahwa faktanya aku menyukaimu." Arthur menjeda kalimatnya, lalu ia membuang napasnya. Merasa lega, karena telah mengutarakan isi hatinya. "Jadilah milikku."
"Aku tidak bisa menerimamu." Jawab Shannon, bertolak belakang dengan isi hatinya.
"Kau menolakku?"
"Ya Arthur, apa jawabanku kurang jelas?"
"Kau pandai sekali menutupi perasaanmu. Aku tau, kau juga memiliki perasaan yang sama untukku."
"Kau terlalu percaya diri."
"Mari kita buktikan."
"Apa?"
Alih-alih menjawab, Arthur terdiam menatap Shannon dengan teduh. Ia menggulirkan jemarinya, mengusap wajah Shannon hingga berhenti di bibir Shannon.
Arthur segera melabuhkan lagi bibirnya di atas bibir Shannon. Tangannya bergerak ke belakang leher Shannon, menekan, memperdalam ciumannya.
Shannon ingin menolak, akan terapi tidak berhasil. Ia begitu saja tenggelam pada sentuhan Arthur di bibirnya. Pergerakan bibir Arthur sangat lembut, penuh perasaan dan Shannon begitu saja terbuai hingga maniknya ikut terpejam, menikmati sentuhan pada bibirnya.
Arthur menyudahi ciumannya, bersamaan itu manik Shannon terbuka, membuat keduanya beradu pandang. "Kau tidak menolak ciumanku."
.
.
.
Nah yang senyum senyum geje siapa hayoo?? 🤭
Kasih koment, like, dan jangan lupa rate ⭐ 5 biar mas Arthur ternganu2 🤭
👍👍
Shannon jangan lemah hadapi ulat bulu, Brantas ulat bulu Shannon
pasti dia tidak mau wanitamya dilecehkan dan pasti akan mnjaga wanitanya..