Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 23 Salah Menuduh
Suami Yang Ku Benci (23)
" Nanti aku jemput ya," pamit Kaivan pada Saphira.
Hari ini mereka mengantarkan Najma dan Ardi yang akan kembali menempati rumah yang penuh kenangan. Rumah dimana Kaivan dan kedua adiknya pun ikut banyak menghabiskan waktu di sana.
" Iya. Tapi, anak-anak di jemput siapa nanti?,"
Kedua adik Kaivan yang biasanya mengantar jemput sudah tidak bisa. Kaysan mulai mempelajari seluk beluk hotel yang akan menjadi tanggung jawabnya. Sementara Azzura sudah kembali ke luar kota.
" Kalau aku saja bagaimana?," usul Saphira. Ia merasa baik-baik saja. Tapi suaminya yang super protektif melarangnya mengendarai mobil.
" Nanti biar aku minta tolong Gala atau Bulan,"
" Tidak enak merepotkan orang, Mas. Kalau kirim supir saja bagaimana?,"
" Tidak. Mereka akan lebih aman jika ada orang dewasa lain selain supir,"
Kaivan hanya ingin menjaga kedua buah hatinya. Ia tak ingin sesuatu terjadi pada mereka.
" Baiklah,"
Kalau bukan pekerjaan yang menumpuk dan tidak bisa di tinggalkan, ia pasti akan menjemput sendiri kedua anaknya.
Sementara keributan sudah terjadi di pos satpam. Seorang perempuan memaksa masuk ke dalam gedung perkantoran, padahal ia sudah dilarang.
" Aku punya urusan dengan bos kalian. Lagi pula Aku dan dia saling mengenal. Tidak perlu janji sebelumnya," ketusnya.
Jeni, wanita itu datang ke kantor Kaivan. Semenjak videonya viral, semua kontrak akhirnya benar-benar di batalkan satu pihak. Denda pun sudah masuk ke rekeningnya.
Tapi, masalahnya, karirnya sudah tamat. Ia yakin Kaivan dalang di balik semua ini. Ancaman Kaivan terngiang-ngiang di kepalanya.
Hingga sebuah mobil masuk dan para security keluar untuk menyambut.
" Ada apa?," tanya Kaivan sadar pos keamanan begitu ramai.
" Wanita yang Pak Kaivan larang masuk ke kantor membuat keributan," jelas sang kepala keamanan.
" Van...." belum sempat Kaivan bertanya siapa, Jeni sudah keluar dengan sendirinya.
" Mau apa kamu kemari?," ketus Kaivan
" Van, kita perlu bicara,"
" Tidak ada yang perlu kita bicarakan,"
" Soal video itu. Itu ulahmu kan?," Ucapan Jeni mengehentikan langkah Kaivan yang sudah berbalik badan.
Kaivan ingat video itu. Video yang berseliweran di jahat Maya. Sangat mengehebohkan.
...******...
" Kenapa mendatangiku? kamu tidak salah alamat? Datanglah ke kantor polisi kalau kamu tidak merasa bersalah," ucap Kaivan.
Terpaksa ia membawa Jeni masuk ke kantornya. Tapi, mereka menggunakan ruang meeting yang saat itu kosong alih-alih di ajak ke ruangannya.
" Bisa kita bicara berdua saja?," pinta Jeni.
Malu kalau harus membahas ini dengan orang lain pula. Ya, di sana ada Desta juga Sintya yang senagaja Kaivan panggil.
" Aku tidak mau ada yang memanfaatkan keadaan dan membuat istriku salah paham lagi,"
Kaivan tidak mau mengambil resiko ada yang mengirim foto atau video pada sang istri. walaupun Saphira percaya padanya, tetap saja akan membuatnya kepikiran.
" Van .." Jeni memohon.
" Bicara atau tidak sama sekali. Terserah,"
Jeni mendengus. Mau tidak mau ia harus bicara.
" Kenapa kamu meng upload video itu?,"
" Aku tidak menguploadnya. Jangan asal menuduh," elak Kaivan.
Ia memang berencana melakukan itu, tapi masih berpikir ulang. Yang mengejutkan ada orang lain yang melakukannya.
" kamu bilang punya video itu," Jeni tak percaya.
" Aku memang punya. Tapi, bukan dengan laki-laki itu melainkan dengan Raja. Kamu ingat Raja kan?," sudut bibir Kaivan terangkat.
" Kalau dilihat-lihat, bukannya video itu terlihat masih baru. Potongan rambut kamu sudah berubah seperti sekarang."
Deg
Bagaimana bisa Jeni tidak sadar? Ia hanya fokus pada siapa yang mungkin mem-viral kan video itu tanpa menyadari jika itu bukan video lama.
" Kita bahkan sudah lama tidak bertemu,"
Jeni hanya diam. Ia semakin malu. Bukankah dia malah menunjukkan pada semua orang bahwa perbuatan tercelanya tigak hanya terjadi sekali saja?.
" Coba tanya istri lelaki yang pernah tidur denganmu. Mungkin dia dendam padamu." Kaivan menyandarkan punggungnya sambil menatap ke arah Jeni.
" Bukannya laki-laki itu seorang produser?,"
Terlanjur malu, Jeni langsung pergi begitu saja.
Bagaimana ia bisa menuduh tanpa bukti hanya karena pernah di ancam Kaivan.
" Bagaimana bisa kamu dulu tertarik pada wanita seperti dia?," tanya Desta menggelengkan kepalanya.
Video itu juga ia lihat. Membuatnya panas dingin.
" Entahlah. Sepertinya aku sedang tidak sadar,"
Jawaban Kaivan membuat Desta tertawa. Sementara Sintya malah sibuk memandangi sang atasan.
" Tolong jaga matamu, Sin. Ini peringatan pertama dan terakhir," Kaivan pergi tanpa melihat ke arah Sintya. Ia bukan tidak menyadari jika sang sekretaris malah memandangi wajahnya.
Desta hanya menghela nafas.
" Bekerja lah yang baik. Kaivan tidak pernah menarik ucapannya. Jika kamu di pecat, akan sulit mendapatkan pekerjaan yang lebih baik," pesan Desta meninggalkan Sintya yang masih terkejut.
Sintya tidak sadar ia ketahuan.
" Hah, apa salahnya jika menyukai atasanku sendiri?," gumam Sintya masih tak ingin di salahkan.
" Tidak salah kalau masih Single. Hanya saja atasannya sudah punya istri dan anak. " jawab Siti, office girl yang masuk ke ruang meeting untuk membersikan ruangan, entah sejak kapan.
" Ck .."
Sintya berdecak kesal. Tak ingin menggubris ucapan sang office girl, Ia pergi dengan kesal dari ruangan itu.
" Pasti berat untuk Bu Phira. Punya suami tampan dan kaya banyak yang mengincar," Siti hanya geleng-geleng kepala melihat sikap Sintya.
Dia pun mengangumi sosok Kaivan tapi, hanya sebatas kagum. Ia masih w@ras untuk tidak melakukan hal lebih dari ini.
...******...
Di apartemen, Jeni menumpahkan amarahnya. Ia menghancurkan benda yang ada di sekitarnya.
Ia tidak tahu dengan cara apa agar ia bisa kembali berkarier. Semuanya sudah tamat.
"Apa ini ulah wanita tua itu?," geram Jeni.
jeni masih menetralkan detak jantungnya. Nafasnya masih tersengal-sengal saking emosinya ia.
Ia baru ingat jika pernah di ancam juga oleh salah seorang istri dari laki-laki yang pernah meny3wanya. Istri pengusaha makanan ringan.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Semuanya hancur. Kerja kerasku selama ini hancur tak berkeping,"
Intan bahkan sudah mengundurkan diri. Ia tidak yakin Jeni bisa bangkit dan berkarier kembali.
" Halo!!," ketus Jeni saat nomor tak di kenal menghubunginya.
"Tawaranku masih berlaku jika kamu mau. Tanpa kerja keras kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan,"
Jeni kenal suara ini. Suara salah satu pengusaha yang pernah menjadikannya Brand Ambasador salah satu produk kecantikan.
" Akan aku pikirkan dulu,"
"Aku tunggu sampai malam ini. Jika kamu tidak menghubungiku, tawaranku berakhir. Masih banyak wanita lain yang mau posisi itu,'
Jeni melihat ke arah jam dinding. Sekarang masih siang. Ia masih punya waktu untuk berpikir.
Tawarannya memang menggiurkan tapi konsekuensinya berat kalau ketahuan. Batin Jeni
TBC
lanjut thor