aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.
apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?
🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Istriku tersayang, aku harap kamu mau memakainya nanti malam. Aku sudah sangat menantikan hari ini datang. Aku sangat mencintaimu” isi dalam pesan darinya.
Ivander membuatku semakin salah tingkah dengan setiap kejutan yang tak pernah ku bayangkan. Aku pun tersenyum dan merasa sedikit malu jika membayangkan mengenakan pakaian yang tipis itu untuk menyambutnya.
“Apa aku harus memakainya? Hmph!” aku melihat pakaian itu dan menyentuhnya betapa lembut kain tersebut. Aku belum pernah mengenakan pakaian setipis itu sehingga aku merasa tidak yakin dan lama menatapnya.
“Nyonya, kenapa?” tanya Rose yang memperhatikanku dan mendekat. Aku pun menunjukkan pakaian berwarna putih itu. “Apa tidak ada yang lain Rose? Kamu yakin, aku harus memakai ini? Apa suamiku memang menyukai yang seperti ini?” tanyaku merasa malu.
Rose memperhatikan pakaian tersebut dan terkejut dengan hal itu. “Eum.. saya baru tahu selera Tuan yang seperti ini Nyonya. Sebelumnya Tuan tidak pernah memberikan hadiah seperti ini. Mungkin Tuan ingin mengenang malam pertama dengan Nyonya” jawabnya dengan senyum mencurigakan.
Rose dan pelayan yang lain tersenyum dengan senyum yang sama dan terlihat menggebu dalam setiap tindakannya. Mereka sangat senang menggodaku yang sedang bingung dengan hal baru yang pertama kali kurasakan.
“Benarkah? Apa aku akan terlihat aneh jika pakai ini?” ucapku merasa tidak percaya diri. “Tidak yang tidak cocok untuk Nyonya. Apapun yang Nyonya kenakan pasti selalu bagus dan cocok” jawabnya dengan keyakinan yang besar.
Mereka yang melihat juga mengangguk menyetujui ucapan Rose. “Nah, sekarang Nyonya harus melakukan serangkaian perawatan dan mandi bunga sebelum mengenakan pakaian yang indah ini” Rose dan beberapa pelayan lain merangkul tanganku dan membawaku ke kamar mandi dan mulai melakukan perawatan tubuh dan semuanya hingga aku merasa rileks dan kulitku terasa lebih sehat dan wangi.
Mereka dengan cekatan melakukan semua hal tanpa terlihat lelah dan justru tersenyum dengan yang mereka kerjakan.
Waktu pun berjalan dengan cepat dan tidak sesuai dengan keinginanku yang masih ingin mengulur waktu. Kini langit sudah menjadi gelap dan akhirnya semua rangkaian perawatan itu selesai dan tiba saatnya aku mengenakan pakaian itu.
Aku mencoba memakainya di bantu oleh Rose. Meski pakaian itu pendek dan tipis namun saat dikenakan terlihat sangat indah dan untungnya masih ada kimono untuk menutupi lengan yang terbuka.
“Apa ini yang dinamakan baju dinas istri? Aku bahkan tidak punya satu di rumahku, tapi ini memang sangat nyaman di pakai” ucap dalam benakku.
“Nyonya sangat cantik, Tuan pasti sangat senang jika melihat penampilan Nyonya. Sekarang tugas saya sudah selesai. Saya dan yang lainnya pamit keluar Nyonya” ucapnya memberi salam di ikuti dengan yang lain.
Mereka membungkukkan badannya dan menunduk sebentar dengan sopan dan pergi dari kamarku membawa semua peralatan yang sebelumnya di pakai.
Rasa gugup itu semakin menjadi saat di kamarku sudah tidak ada siapapun dan hanya ada diriku yang bersiap menunggu kedatangannya. aku berjalan ke kanan kiri dan berfikir namun aku tidak bisa bersikap tenang.
Aku melihat ke jendela dan sedikit mengintip dari balik gorden untuk mengetahui betapa gelapnya malam itu.
Tok.. Tok..
Aku tersentak mendengar ketukan pintu dan langsung menoleh lalu menutup kembali gorden kamarku.
“Istriku, ini aku” katanya di depan pintu. Semakin gugup dan tak siap saat suaranya terdengar dangat jelas. Aku menarik kimono yang ku kenakan dan menutupi tubuhku dengan rapat.
“Iya masuk saja” kataku setelahnya. Aku sudah tidak tahu lagi namun aku tidak bisa mengabaikannya.
Ceklek!..
Dia pun membuka pintu kamar dengan perlahan. Langkah kakinya terdengar semakin dekat namun aku masih belum bisa berbalik untuk menatapnya.
“Sayang, apa yang kamu lakukan disitu?” tanyanya semakin dekat. Ivander kini sudah berdiri di belakangku dan menyentuh kedua pundakku.
“Ah, aku sedang melihat ke jendela suamiku” jawabku gugup. Ivander menyandarkan kepalanya menempel ke pundakku. Dia mencondongkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya ke atas perutku.
“Istriku, kamu sangat wangi. Mmhh.. apa kamu tidak mau menunjukkan wajah cantikmu?” bisiknya dengan suara yang rendah.
Tangannya menarik ku hingga punggungku dapat merasakan tubuhnya menempel padaku. “Bu, bukan begitu suamiku” jawabku terbata-bata. Dia mengarahkan ku untuk berbalik dan menatapnya namun tanganku masih erat menutupi tubuhku dengan kimono yang ku kenakan.
Ivander tersenyum melihat diriku yang kini menghadap dirinya dengan tangan yang gemetar karena kegugupan yang terasa semakin berat. “Sayang, tenanglah… aku akan bersikap lembut dan tidak akan menyakitimu” katanya dengan suara yang rendah dan berat. Ivander menyentuh lembut wajahku dengan tangannya.
Kemudian tangannya beralih turun ke bawah menyentuh tanganku dan perlahan membuka tanganku yang melingkar dengan cukup erat. “Jangan, di tutup sayang. Biarkan aku melihat keindahanmu sayang. Aku ingin melihat betapa cantiknya kamu mengenakan pakaian yang indah ini” ucapnya sambil tersenyum menggoda.
“Tapi, suamiku. Aku malu” ucapku semakin gugup dan masih berusaha menutupinya. “Tidak apa-apa sayang, aku akan membuatmu merasa lebih baik” Ivander berhasil membuka tanganku dan kini dia bisa melihat dengan jelas pakaian yang ia berikan padaku.
Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya namun dia matanya di penuhi oleh nafsu namun dia masih bersikap tenang dan menahannya. “Kamu sangat cantik istriku, mmm” katanya dengan suara yang semakin berat. Ivander perlahan membuka kimono yang ku kenakan dan dia semakin mendekat. Dia menatapku dengan tatapan yang dalam lalu dia menyentuh daguku.
“Istriku, apa kamu sudah siap?” katanya dengan lembut memperlakukanku. Tidak ada alasan lagi untukku menolak ajakannya yang sudah terlalu jauh sampai ke tahap ini sehingga aku mengangguk.
Dia mendekatkan bibirnya lalu mengangkat daguku dan menempelkan bibirnya.”Cup.. mmhh” Ivander menciumiku dengan perlahan lalu dia menyentuh leherku dengan sentuhan yang menggelitik dan semakin ke atas menyentuh belakang kepalaku. Dia semakin mendekatkan wajahku dan ciuman itu terasa semakin dalam dan bergairah.
Tanganku melingkar ke lehernya dan membalas ciuman yang terasa lebih bergairah dari sebelumnya. Aku merasa saat itu aku semakin menyukai setiap sentuhannya terutama sentuhan bibirnya dan lidahnya yang hangat memenuhi mulutku, beradu dengan bergairah dan menggebu.
Tangannya kini beralih ke punggungku dan semakin ke bawah hingga ke pinggangku. Dia mengarahkan ku dengan posisi masih saling melumat bibirku. Dia mengangkat tubuhku dan berjalan menuju ke ranjang lalu dia menurunkan ku dengan perlahan.
“Ugh..” tubuhku terasa semakin anah saat berada di atas ranjang dan berbaring menatapnya.
“Haa” aku merasa nafasku terengah-engah usai ciuman bergairah itu di lepasnya sejenak. Ivander menyentuhku dengan tangannya yang besar dan terasa kasar namun dia menyentuhku dengan lembut.
Ivander sudah berada di atasku dan menatapku dengan tatapan yang dalam. Dia mencondongkan tubuhnya lalu mendekatkan kembali bibirnya. Dia mencium bibirku lagi dan menempelkan tubuhnya.
Ivander terlihat sangat menggebu namun ia berusaha bersikap lembut seperti ucapannya padaku.