KAU TELAH MENODAIKU

Melihat Reina di dekati oleh pria asing Cristian bergegas menghampiri istri atasannya. Dia tidak mau lalai dalam tugasnya, karena akan berdampak pada pekerjaan. Apalagi kalau Jeffir mengetahui Reina dekat dengan pria lain.

Reina masih diam menatap sesosok pria yang nyebut namanya, dia berusaha mengingat orang itu. Sayangnya dia tidak ingat sama sekali pada pria yang saat ini berdiri di depannya, padahal dia sangat yakin kalau sosok ini pria yang tadi dia tabrak.

Melihat Reina hanya terdiam sambil menatapnya, orang itu tersenyum, "Kau tidak mengingatku?"

Reina segera berdiri sambil membawa keranjang belanjaannya lalu kembali menatap orang yang berdiri di hadapannya, ia sedikit kaget dengan pertanyaan orang itu yang bisa di artikan bahwa keduanya saling mengenal.

Reina mengamati penampilan orang itu, seorang pria tinggi mengenakan setelan jas mahal. Wajahnya tampan dan ramah apalagi saat ini tengah tersenyum padanya Reina berusaha mengingat-ingat siapa kiranya pria itu. Setelah beberapa saat sebuah senyuman merekah tersemat dari bibir itu.

"Rey? Reynaldi Hutama," tanya Reina untuk memastikan ingatannya, pria tampan itu terkekeh lalu mengangguk sebagai jawaban. "Astaga!" pekik Reina senang lalu memeluk pria tampan itu, saking senangnya dia mengabaikan jika sedang di awasi Cristian.

Kini kedua teman lama yang tidak sengaja bertemu itu duduk di kursi di sebuah restoran, lantaran Reynaldi mengajak Reina teman lamanya itu mengobrol, dan melepaskan rasa rindu sedikit lebih lama.

Sementara di seberang sana Jeffir menunggu kabar dari Cristian tentang Reina yang sedang apa saja saat ini.

Cristian yang sedang mengawasi Reina dan pria itu dari kejauhan tiba-tiba saja menerima pesan dari atasannya.

'Apa yang kau lakukan, Cristian? Di mana Sekarang kenapa tidak memberi kabar?' begitulah bunyi pesan dari Jeffir tersampaikan.

Cristian mengambil ponsel, dan membalas pesan dari tuannya. 'Tenang saja Tuan, Nona Reina baik-baik saja. Tampaknya dia mulai kembali normal,'

Jeffir kembali membalas pesan, 'Aku ingin melihat keadaannya, sekarang aku akan menelepon,'

'Tidak Tuan jangan sekarang,' balas Cristian.

Jeffir merasa ada yang janggal ketika bawahannya membalas pesan seperti itu, sekarang dia malah buru-buru bergegas menyusul mereka.

Sementara Reina masih mengobrol dengan Reynaldi dengan asyiknya mereka hingga lupa waktu, dan mengabaikan kalau di sana juga ada Cristian.

"Kau berubah begitu banyak, aku hampir tidak mengenalimu kau lebih tinggi... lebih tampan dan terlihat dewasa," puji Reina dengan tulus dan polos.

Reynaldi tertawa dengan renyah mendapat pujian dari Reina, kemudian menatapnya. "Kau malah tidak berubah sama sekali Reina, seolah kau tidak menua sedikitpun masih tetap cantik seperti dulu," goda Reynaldi.

Reina menyikut lengan Reynaldi, "Hey aku memang belum Tua! Tentu saja aku masih cantik itu karena kau suka padaku!"

Reina dan Reynaldi adalah teman lama, mereka berdua bertemu ketika masih bersekolah di sekolah menengah atas umur Reynaldi lebih tua dua tahun dari Reina. Ketika Reina duduk di kelas satu Reynaldi sudah duduk di kelas tiga.

Pada saat itu Reina pertama kali masuk sekolah menengah atas, dia terlihat cantik dan mungil menarik perhatian para senior kelas pria, pada siang itu Reina mendapatkan pembuliyan dari senior perempuan yang tidak suka dengan penampilan Reina yang begitu banyak mencuri perhatian pria.

Suatu kebetulan pada saat itu Reynaldi tidak sengaja melihat kejadian itu, bahkan baju Reina kotor dengan rok telah di sobek karena tidak suka padanya.

Reynaldi pada saat itu membuka seragamnya menutupi tubuh Reina yang terekspos, dan sejak kejadian itu mereka berdua berteman. Reina sendiri tidak habis pikir bagaimana mungkin dia bisa berteman dengan Reynaldi Hutama orang yang sangat populer mau berteman dengannya murid yang hanya mengandalkan beasiswa. Para senior perempuan mulai menatapnya dengan iri, bahkan tidak sedikit yang membenci Reina sejak berteman baik dengan Reynaldi murid populer dan paling kaya di sekolahnya.

Di depan Reynaldi tidak ada yang mengatakan membencinya, namun mereka sembunyi-sembunyi dari Reynaldi merundung Reina mengatakan gadis miskin seperti Reina tidak pantas mendapatkan perlakuan khusus dari Reynaldi anak konglomerat itu.

Namun, Reina tidak pernah ambil pusing. Karena dia hanya berteman dengan Reynaldi tidak lebih dari itu, lagi pula sangat tidak mungkin Reynaldi jatuh cinta padanya karena dia gadis biasa dan hanya dari keturunan orang yang tidak punya.

"Apa yang kamu lamunkan?" Reynaldi melambaikan tangan di depan wajah Reina.

Reina terkesiap kaget, "Ah tidak... hanya teringat masa lalu," setelahnya Reina terkekeh.

"Masa lalu?" Reynaldi tersenyum menggoda, "Kau pasti sedang berpikir aku yang dulu jauh lebih tampan dari aku yang sekarang, ia kan?" kekeh Reynaldi terus menggoda Reina. Sambil menaik turunkan alisnya terus menggoda Reina.

"Apa? Hahaha... rasa percaya dirimu sungguh tidak tertolong, kau benar-benar konyol," Reina tertawa terbahak-bahak, baru kali ini dia bisa tertawa lepas kembali melupakan segala masalahnya yang terjadi. Pasalnya, semenjak mengenal pria tampan bernama Jeffir hidup Reina hanya menangis, dan menangis sepanjang hari entah kapan itu berakhir.

Setelah empat tahun tidak bertemu akhirnya Reynaldi baru kali ini melihat Reina tertawa ceria lagi. Reynaldi tersenyum menatap wajah Reina yang manis, hatinya menghangat kerinduan yang selama ini membuncah pecah menjadi kebahagiaan.

Tanpa Reina ketahui sebenarnya Reynaldi sudah menaruh perasaan padanya semenjak pertemuan pertamanya di masa dulu, masa sekolah. Apalagi pada saat upacara penerimaan murid baru, rasa suka itu semakin tumbuh besar seiring mereka bersama menjadi sepasang teman. Tapi, tidak dalam hati Reynaldi, Reina bahkan lebih dari sekedar teman baginya. Reina adalah cinta pertamanya.

Cristian--yang sejak tadi mengawasi mereka semakin khawatir melihat kedekatan yang semakin intim, di antara keduanya. Bukan tidak mungkin tuannya akan marah jika melihat perempuan yang telah menjadi istrinya itu mengobrol akrab dengan pria lain.

Cristian datang menghampiri Reina, dan memperingatkan Reina karena waktu keluar dari rumah sudah sangat lama, Cristian takut kalau sampai Jeffir menyusulnya ke tempat itu.

"Nona Maaf," Cristian membungkuk dengan sopan, "Apa Nona masih lama mengobrol dengan Tuan ini?" Cristian menggerakkan tangan seolah menunjuk Reynaldi.

"Sebentar Cris," ucap Reina memohon penuh harap agar mengizinkannya tetap mengobrol dengan teman lamanya ini.

Reynaldi menatap pada Cristian, "Siapa dia Reina? Apa dia pengawalmu? Wah, tampaknya kau bukan Orang sembarang ya sekarang?"

Reina hanya tersenyum pada Reynaldi, tidak berniat memberitahu Reynaldi yang sebenarnya. Lantaran, dia malu jika harus mengakui penderitaannya selama ini.

Tanpa mereka ketahui tidak jauh dari mereka ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dari meja restoran di ujung sana meja pertama dari restoran itu. Matanya memerah karena amarah, dan tanpa sadar telah terbakar api cemburu. Jeffir memukul meja itu dengan keras.

"Sial!!!"

Suara pukulan keras itu membuat Reina, dan Cristian beralih menatapnya.