NovelToon NovelToon
Alone

Alone

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: NurFitriAnisyah

Arkan Pratama, putra kedua dari pasangan Azel dan Renata. Dia adalah anak tengah yang keberadaannya seringkali di abaikan oleh mereka. Tidak seperti kakak dan adiknya yang mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Hingga....

Penasaran?
Akankah Arkan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurFitriAnisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alone 12

"Hal yang paling sial dalam hidup gue adalah memiliki Lo sebagai adik gue!"

"Maafkan aku Bang. Aku akan segera pergi kok, dari kehidupan Abang. Dan aku gak akan mengganggu Abang lagi." Ujar Arkan pelan, dan melepaskan cengkraman tangan Arief dari pakaiannya.

"Setelah ini gak akan ada lagi yang membuat Bang Arief marah." Tambahnya.

"Kalau begitu, cepatlah pergi dari kehidupan Gue!"

"Ya... sabarlah, sebentar lagi Bang aku juga akan pergi untuk selamanya." Ujar Arkan.

"Maaf jika aku belum bisa jadi adik yang baik seperti Arhan yang selalu ada buat Abang." Ujar Arkan lagi dan berlalu pergi.

Arief yang melihat punggung Arkan menjauh, memikirkan apa maksud dari perkataan adiknya itu.

"Apa yang dia maksud dengan pergi untuk selamanya?" Pikir Arief.

"Ada apa dengan Bang Arkan? Kenapa dia terlihat sedih?" Tanya Arhan yang baru masuk.

"Abang tidak tahu. Bagaimana jalan-jalannya?" Ujar Arief mengalihkan pembicaraan.

Mendengar Jawaban Arief yang seperti itu malah Arhan teralihkan dan bertanya-tanya dengan sate yang di beli Arkan tadi mengapa berhamburan di lantai?

Di kamar Arkan membuka tasnya, dan membuang semua obat-obatan miliknya ke tempat sampah.

"Aku gak butuh obat-obatan itu lagi, aku akan pergi Bang... jika itu yang Abang inginkan."

"Lagi pula keberadaan ku disini tidak pernah dianggap." Monolognya.

Arkan benar-benar sudah menyerah. Dirinya tak lagi meminum obatnya selama beberapa hari. Sudah tak terbayang lagi betapa sakit yang dia rasakan. Sebab, dengan meminum obat saja kadang masih membuatnya kesakitan.

Tubuh Arkan semakin hari semakin pucat, berat badannya pun turun drastis dapat dilihat dari pipinya yang menjadi tirus.

"Arkan, apa kau sedang sakit?" Tanya Renata pada Arkan di meja makan.

"Buat apa kamu nanya dengan orang bisu sayang?" Ujar Azel karena Arkan hanya diam.

"Bang Arkan, baik-baik saja?" Kali ini Arhan yang bertanya.

Arkan hanya mengangguk kecil, menanggapi Arhan.

"Han, Abang mu ini bisu. Gak bisa ngomong." Ujar Azel yang mulai kesal dengan sikap Arkan.

"Biasa cari perhatian lagi dia." Sindir Arief.

Arkan hanya tersenyum mendengar perkataan Arief.

"Arkan, kami tidak pernah membuat mu kekurangan makanan. Tapi kenapa kau semakin kurus?" Ujar Renata Bingung.

"Kau seperti anak yang tidak terurus saja. Apa kau ingin membuat kami malu hah!?" Tambahnya.

Arkan hanya diam. Dirinya diam sebab menahan sakit di kepalanya yang begitu berdenyut, sambil mencengkram erat perutnya yang terasa begitu nyeri.

Dan diamnya itu, malah membuat Azel, sang ayah naik pitam.

BUGH!

Azel memukul Area mulut dan hidung Arkan. Saking kerasnya tinju dari sang ayah, Arkan sampai terjungkal dari kursinya hingga membuat hidungnya berdarah.

"Kalau orang bicara itu di jawab B4NGS4T!!"

Semua orang diam tidak ada yang berani berbicara atau pun bertindak saat Azel sedang marah.

"Ayah... tidak bisakah Ayah sedikit saja bersikap lebih sabar menghadapi ku?"

Ujar Arkan, berusaha bangkit sambil mengusap darah yang terus mengalir dari hidungnya.

"Sabar? Ayah tidak akan marah jika kau tidak berulah B4jing4n!" Ujar Azel dengan mendorong Arkan.

Azel mendorong tubuh Arkan hingga membentur tembok. Entah karena dorongan Azel yang begitu kuat atau tubuh Arkan yang begitu ringan.

"Cukup Ayah!" Ujar Arhan.

Arhan angkat bicara begitu melihat sang ayah menghampiri Arkan yang sudah terduduk lemas bersandar di tembok.

"Jangan ikut campur Han. Abang mu ini selalu saja memancing amarah Ayah."

Azel yang menghiraukan ucapan Arhan. Tanpa ampun terus menghujam Arkan dengan tamparan dan bogem mentahnya. Meskipun sang anak sudah tersungkur di lantai bersimbah darah.

"Ayah... tolong hentikan! Bang Arkan bisa meninggal. Kendalikan diri Ayah." Ujar Arhan memohon.

Azel menatap ke arah Arhan yang memohon dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Baiklah. Kalian semua pergi dari sini dan masuk ke kamar kalian sekarang!!" Ujar Azel.

Mendengar ucapan Azel, tidak ada yang berani membantah dan semua kembali ke kamar mereka masing-masing. Hingga tersisa Arkan sendiri di sana.

Tubuh Arkan terasa remuk. Dirinya hanya bisa menyeret kakinya sambil menyenderkan tubuhnya ke tembok untuk sampai di kamarnya. Dan sepanjang jalan tembok itu di penuhi oleh jejak Darahnya.

"Terimakasih atas semua luka ini." Batin Arkan sebelum menutup matanya.

Skip pagi hari.

Azel melihat noda darah Arkan di tembok.

"Anak itu benar-benar... selalu membuat masalah!" Ujar Azel mulai naik pitam.

Azel bergegas pergi menuju ke kamar Arkan. Di tendangnya pintu kamar sang anak.

Bang!

"Bangun!" Teriak Azel.

Sebab suara dari pintu yang di tendangnya tidak juga membangunkan Arkan.

"Cepat bangun dan bersihkan tembok yang kotor olehmu!" Teriaknya lagi,

kali ini Azel menarik tangan Arkan kasar hingga membuat tubuh sang anak terjatuh dari tempat tidur. Dan itupun tidak membuat Arkan terbangun.

Azel menyadari jika tangan Arkan yang dia tarik tadi terasa dingin.

"Tidak... dia tidak mungkin.... Arkan, bangun...." Ujar Azel gemetar dan mencoba meletakkan jarinya di bawah hidung Arkan.

"Tidak..... Bangun! Arkan Pratama, kau harus bangun!" Teriak Azel yang mendapati sang anak sudah tidak bernafas.

"Bangun... BUKA MATAMU!"

"Ayo Arkan, bangun Nak..."

"Arief, Arhan. Tolong Ayah!" Teriak Azel.

Arief dan Arhan yang mendengar teriakkan sang ayah dari kamar Arkan segera menghampirinya.

"Ada apa Ayah?" Tanya Arief begitu tiba di depan pintu kamar Arkan.

"Cepat siapkan mobil, kita bawa adikmu ke rumah sakit." Jawab Azel yang masih menangis.

"Ada apa dengan Arkan, dan mengapa ayah menangis?" Tanya Arief lagi yang bingung melihat Ayahnya.

"Adik... adikmu, dia tidak bernafas." Jawab Azel sesenggukan.

Arhan yang berada tepat di belakang Arief, seketika terduduk lemas saat mendengar perkataan sang ayah.

"I-itu tidak benar kan, Ayah? Bang Arkan pasti masih hidup! Ayah pasti salah...." Ujar Arhan bergegas masuk mendekat ke arah Azel yang memeluk tubuh Arkan.

"Mungkin Arkan hanya pingsan, Ayah." Ujar Arief mencoba memeriksa nadi Arkan.

"Bang Arkan, bangun Bang!" Ujar Arhan menggenggam erat tangan sang kakak yang sudah dingin itu.

"Arhan, ikhlaskan saja. Arkan sudah pergi." Ujar Arief setelah memeriksa denyut nadi Arkan yang melemah dan perlahan menghilang.

"Tidak... Bang Arkan gak boleh pergi." Ujar Arhan sedih.

"Ayo kita bawa Bang Arkan ke rumah sakit, gue yakin Bang Arkan belum meninggal." Ujarnya lagi dan segera mengangkat tubuh Arkan.

Sedangkan Azel sang ayah. Masih terduduk lemas dan tidak percaya dengan kenyataan yang ada didepannya saat ini.

"Ada apa dengan Arkan? Mengapa kalian semua menangis?" Tanya Renata yang baru saja tiba dengan bingung.

"Kita harus segera membawa Bang Arkan ke rumah sakit Bunda." Jawab Arhan cepat.

Arhan membawa Arkan yang ada di dekapannya melewati sang ibu. Dan bergegas membawanya ke rumah sakit.

Skip Rumah sakit 🏥

"Rangga... tolong selamatkan Arkan." Ujar Azel pada sang ponakan yang berdiri dihadapannya saat ini.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin Paman." Jawab Rangga dan segera masuk ke dalam ruang ICU.

Ruang ICU (intensive care unit) adalah ruangan khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan kondisi yang membutuhkan pengawasan ketat.

"Tolong bertahanlah gue butuh Abang... jangan tinggalin gue bang..." Ujar Arhan.

"Ini semua salah mu!"

"Kau terlalu keras pada Arkan. Jika sampai terjadi sesuatu padanya aku tidak akan memaafkan mu!" Ujar Renata menyalahkan tindakan suaminya.

"Maafkan ayah Arkan... maafkan ayah."

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

1
bbip20
Banyakkk banyak banget yg kamu dan keluarga g tau tentang Arkan
bbip20
Tapi emng selalu menjadi pertanyaan buat aku, kenapa? kenapa anak tengah/kedua tuh di gituin? di beda2in. rasanya tuh kit heart bangettt, punya keluarga tpi kyk sendirian 😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan jangan meninggal dulu, kamu harus kuat ayo bangun lah Arkan ada Rafi yang menunggu mu😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tidak mungkin.... ini hanya mimpi kan😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Semoga berubah beneran ayahnya
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Shalwa oh Shalwa lupakan perasaan mu sudah ada Arhan lho
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arhan tidak peka ini Shalwa itu masih mencintai mantannya
Syah Wardi
ok bro lanzud
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Padahal sakit yang kamu derita lebih parah tapi kenapa tidak ada yang perduli dengan mu Arhan😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan kamu juga harus sembuh, jangan buat dokter Ara om kamu dan pamanmu sedih melihat keadaan mu
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Sekarang kamu tau kan Dokter Ara gimana keluarga dokter Arkan
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan kamu memang hebat, tapi sayangnya keluarga mu tak pernah menyayangimu😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tak sanggup aku melihatnya😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Untung Tangga tau Arkan pingsan
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Asal kalian tau ya Arkan juga sakit kenapa selalu menyalahkan Arkan ini
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Semoga kamu bisa sembuh ya Rafi
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Ada apa ini kok kayak ada yang terjadi sesuatu
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Eh dasar anak somplak😁
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Ciyeee mengakuinya dokter Ara
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Wah ibu tiri nya Rafi ini😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!