Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Terbiasa
Selesai wartawan mengambil gambar mereka, Giani masih melepaskan tangan Jeronimo. "Kak, mau merasakan kopinya?"
"Boleh."
"Sebentar ya?" Giani meninggalkan Jero dan menuju ke dapur untuk menyiapkan kopi khusus bagi Jero.
"Begitu ya, sama sekali tak mau menyapa aku karena asyik berfoto dengan si pemilik restoran?" Tanya Finly mengejutkan Jero yang masih menatap ke arah dapur menanti kedatangan Giani.
"Finly?" Jero langsung tersenyum.
"Jero, aku kangen. Besok kita ketemu ya?"
"Nggak bisa. Besok aku ada janji ketemu dengan psikiater selesai jam kantor."
"Kamu sengaja menghindari aku, ya? Atau kamu sudah mulai tertarik dengan si upik abu itu?" Tanya Finly kesal.
"Finly, jangan seperti ini. Kalau ada yang dengar bagaimana?" Jero menjadi tak enak hati karena ia memang audah berjanji pada Giani untuk menjaga jarak dengan Finly.
"Sayang....!" Giani mendekat sambil membawakan segelas kopi capucino. Melihat Finly, Giani berpura-pura kakinya tersangkut pada kabel yang memang ada di dekat situ. Nampan yang dipegang Giani langsung terlepas dari tangannya dan akibatnya kopi itu tersiram di gaun putih Finly mulai dari pinggang sampai ke pahanya.
"Aow....! Giani, ini panas!" teriak Finly membuat para pengunjung restoran yang sedang menikmati kue dan kopi, menatap ke arah mereka.
"Maaf, kak. Aku sungguh tak sengaja. Kakiku tersangkut di kabel ini. Kakak tahu kan kalau aku tak biasa memakai hak tinggi." Kata Giani dengan wajah bersalah. Ia bahkan hampir menangis.
"Sudahlah, sayang. Giani kan tidak sengaja." Geraldo langsung mendekat melihat kejadian itu.
"Aku mau pulang!" Finly langsung melangkah pergi.
"Giani, jangan simpan di hati ya..." Geraldo menepuk bahu adiknya dan segera menyusul istrinya. Alexa dan pengasuhnya pun segera keluar.
"Kak, maaf ya, aku menumpahkan kopinya."
"Kamu kan nggak sengaja."
"Kubuatkan lagi ya? Kakak duduk saja."
Jero hanya mengangguk. Entah mengapa ia merasa senang karena Giani memperhatikannya. Ia pun segera menuju ke tempat duduk kosong yang ditunjukan oleh Giani.
Di dapur, Giani tersenyum senang. Kau jangan berani menggoda kak Jero, Finly. Aku akan menyusahkanmu. Untung saja kopinya sudah agak dingin sehingga kulitmu di jamin tak akan melepuh. Paling juga merah sedikit. Maafkan aku, Tuhan. Kelihatannya aku ini sangat licik ya? Tapi Finly harus sadar bahwa kak Geraldo adalah pria yang sangat baik.
**********
Para tamu sudah pulang. Papa Denny dan mama Sinta pun sudah pulang. Giani memberikan instruksi pada beberapa pelayan untuk membersihkan ruangan dan menyiapkan meja dan kursi untuk besok hari.
Jero dan Beryl membahas hasil perusahaan mereka sementara Giani menyiapkan makan malam karena waktu sudah menunjukan pukul 7 malam.
3 piring mie goreng special ayam dan 3 gelas jus sirsak disiapkan Giani.Ia mengaturnya di meja yang akan besar.
"Sudah selesai rapatnya? Makan malam sudah tersedia. Walaupun hanya mie goreng. Karena hanya itu bahan yang ada di supermarket terdekat." ucap Giani sambil mempersilahkan dua pria bule itu makan.
"Enak Giani! Kau memang sangat pintar memasak. Aku suka." puji Beryl membuat Jero sedikit kesal melihat sepupunya itu memuji Giani dengan keahliannya merayu wanita.
"Terima kasih." Giani pura-pura tersipu malu pada hal dalam hati dia ingin tertawa saat melihat wajah Jero yang sepertinya tak suka dengan pujian Beryl.
Selesai makan malam bersama, Giani dan Jero langsung pulang sementara Beryl memilih tinggal untuk memberikan beberapa hal yang harus dikerjakan oleh para pegawai restoran mulai besok pagi.
"Restorannya buka jam berapa?" Ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Mulai jam 8 pagi sampai jam 8 malam."
"Kamu juga akan ada di restoran dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam? Lalu sarapanku dan makan malamku siapa yang siapkan?"
Giani menatap Jero dengan dahi berkerut. "Biasanya juga kakak jarang sarapan dan makan malam di rumah."
"Ya sejak aku sakit kan, aku sudah terbiasa makan makanan buatanmu."
"Tenang saja, kak. Aku datang hanya meracik jenis kopi saja. Ada beberapa pelayan yang akan ku ajarkan secara khusus. Jika mereka sudah bisa maka aku nggak harus fulltime di restoran. Aku akan tetap menyiapkan semua keperluan kakak."
"Aku juga mau makan siang buatanmu. Bisa kau kirim ke kantor tiap siang."
"Mulai suka dengan masakan buatanku, ya?" Goda Giani.
Wajah Jero langsung memerah. "Bu-bukan seperti itu. Namun kamu dengar sendiri kan kata dokter kalau aku harus punya jam makan yang teratur. Jadi kalau kamu mengirim makan siangku, akan mengingatkan aku untuk makan tepat waktu."
Giani menahan tawanya. Ia yakin kalau Jero mulai suka dengan masakannya dan itu akan membuat Giani lebih mudah untuk menjauhkannya dari Finly.
Sesampai di rumah, Giani langsung masuk ke kamarnya. Ia mandi dan langsung menggunakan gaun tidurnya. Setelah itu itu ia ke kamar Jero untuk membawakan vitamin yang harus Jero minum.
Saat ia masuk ke kamar, Jero pun sudah selesai mandi dan sedang duduk di atas ranjang sambil menonton siaran bola.
"Kak, vitaminnya." Kata Giani lalu menyerahkan satu butir vitamin di tangan Jero. Jero langsung menelannya setelah itu meminum habis segelas air putih yang sudah disiapkan Giani.
"Kalau sudah tidak ada sesuatu yang kakak butuhkan, aku mau ke kamarku dulu ya? Aku capek banget."
Jero mengangguk. "Tidurlah!" Katanya sambil menepuk ranjang di sebelahnya.
"Aku ke kamarku saja, kak."
"Tidirlah di sini dulu. Soalnya kepalaku masih sakit." Jero beralasan. Pada hal ia sungguh tak mau tidur sendiri. Ia merasa nyaman saat Giani tidur di sampingnya.
"Katakan saja kalau kakak ingin aku di sini." Giani tersenyum sedikit mengejek.
"Ya sudah kalau kamu tak percaya. Tidur saja di kamarmu." Jero jadi merajuk.
Giani naik ke atas tempat tidur. Ia duduk di samping Jero.
"Ya ampun kak, segitu aja langsung cemberut." Giani menarik hidung Jero. Cowok itu masih menunjukan wajah cemberut.
Cup
Satu ciuman Giani berikan di pipi kanan Jero.
Wajah Jero mulai tersenyum.
Cup
Satu ciuman di pipi kiri Jero.
Senyum Jero semakin melebar.
Cup
Satu ciuman dibibir Jero membuat cowok itu sedikit terkesiap. Ia tak percaya. Jantungnya langsung berdebar.
Giani membaringkan tubuhnya. "Aku tidur ya, kak? Capek." Kata Giani dan langsung menutup matanya.
Jero tersenyum. Ia menatap wajah Giani yang terlelao. Ada dengkuran halus yang terdengar. Gadis ini memang sangat lelah. Jero tak ingin mengusiknya walaupun di bawa sana, junior Jero sudah agak mengeras. Ia menatap bibir Giani yang sedikit terbuka. Membayangkan bibir mungil itu pernah memuaskan dirinya membuat Jero ingin menerkam gadis itu. Namun ia mengurungkan niatnya. Dia tahu Giani lelah dan butuh istirahat.
*********
Sudah hampir seminggu Jero menikmati makanan siang buatan Giani yang dikirmkan setiap jam 11 tepat. Pak Leo akan tiba di kantor sebelum jam 12. Jero tak tertarik dengan makanan dari restoran lain.
Setiap pagi pun Jero selalu menikmati sarapan buatan Giani. Dan jika malam tiba, Jero akan makan malam di rumah. Seperti juga malam ini.
"Kak, 2 hari lagi aku boleh ke Bali nggak?" Tanya Giani.
Tangan Jero yang memegang sendok mengangtung di udara. Ia ingat dengan apa yang diucapkan Beryl padanya. Apakah benar sepupunya itu akan merayu Giani di sana?
"Kamu dapat pergi ke mana saja tanpa harus meminta persetujuanku. Tapi siapa yang akan menemani aku ke psikiater? Siapa yang akan menyiapkan makananku?"
"Mama Sinta akan menemani kakak ke psikiater. Kalau soal makanan, akan ada pelayan yang datang dari rumah mama."
Sial! Ternyata dia sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Bagaimana aku bisa menahannya untuk pergi? Gengsi dong jika aku memohon padanya untuk tidak pergi.
Jero memaksakan sebuah senyum."Baiklah. Selamat bersenang-senang ya..."
"Aku ke sana untuk urusan pekerjaan. Kata Beryl sih sekitar 4-5 hari."
Dasar si Beryl, cek lokasi saja memakan waktu 4- 5 hari? Sehari saja kan boleh.
"Terus, restoran yang di sini gimana?" Tanya Jero berharap Giani batal pergi.
Giani membersihkan mulutnya dengan tisue "Sudah ada 2 pegawai yang sudah bisa meracik kopi. makanya aku bisa tenang meninggalkan restoran. Lagi pula kak Beryl mau mengajak aku ke suatu tempat yang istimewa. Aku jadi penasaran."
Nah, betulkan. Aku sudah yakin kalau si playboy itu akan menganggu Giani dengan rayuan mautnya.
"Aku mengantuk." Jero menyudahi makannya. Ia meneguk minumannya sampai habis lalu segera menaiki tanggga menuju ke kamarnya.
Yes! Kak Jero sepertinya cemburu. Biar saja, aku mau melihat sampai di mana dia bisa bertahan.
Giani masuk ke kamarnya. Ia langsung memberaihkan diri dan mengganti bajunya dengan gaun tidurnya. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi.
"Ya kak?" Giani kaget saat melihat kalau Jero yang meneleponnya.
"Naik ke kamarku, sekarang!"
Giani baik ke atas "Ada apa sih kak?"
"Temani aku tidur. Perutku rasanya kurang enak." Kata Jaro sambil memegang perutnya.
Giani naik ke atas ranjang dan langsung membaringkan tubuhnya.
Tiba-tiba Jero melingkarkan tangannya pada pinggang Giani. "Kalau aku memintamu supaya jangan pergi ke Bali, apakah kau akan menurutinya?" Tanya Jero sedikit berbisik dalam keraguan.
Giani menuruti Jero nggak ya?
Berikan komentarnya....
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺