🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Bersejarah
Tajir sejak lahir, tak heran pernikahan Satria banyak jadi buruan awak Pewarta. Sejak satu hari lalu, hotel yang akan dijadikan tempat perhelatan akbar yang akan dilangsungkannya janji suci Satria-Kimmora itu telah dikerumuni oleh banyak para pencari berita, bahkan tak sedikit dari mereka begadang di sana agar bisa mendapatkan berita yang menarik karena pernikahan terbesar nan mewah yang diadakan disepanjang tahun ini. Bukan tanpa sebab mereka berkumpul untuk mendapatkan berita mengenai pernikahan kedua keturunan pebisnis handal tersebut.
Satu minggu lalu, Satria, menyuruh orang kepercayaannya untuk menarik para Pewarta agar meliput pernikahannya, entah karena sebab apa, hanya dia yang tahu.
•
•
•
•
•
Dengan balutan kebaya cantik nan elegan, si Cantik Kimy semakin terlihat menawan dalam balutan kebaya berwarna putih yang sangat menyatu dengan kulit putih Kimy. Mahkota dan untaian bunga melati di atas kepalanya, semakin memperjelas aura yang dimiliki seorang gadis bernama Kimmora.
"Sayang!" Rahardian, menyapa perempuan yang selama ini masih ia anggap bocah kecil.
"Ayah?" Kimy tersentak dengan suara pria yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali, saat ia membuka matanya di dunia ini.
Dada wanita itu tiba-tiba saja sesak, ada perasaan bersalah yang entah mengapa tiba-tiba menggerogoti dirinya. Perasaan bersalah karena menutupi semua kebohongan yang membuat semangat hidupnya kembali menyala. Tapi untuk mengungkap itu semua, Kimy masih tak sanggup, semua yang Satria berikan kepadanya selama ini, masih tak bisa ia ungkapkan kepada siapapun, terutama Ayahnya. Si Kepala Batu.
"Jangan nangis! Nanti make-up kamu luntur!" Rahardian menggenggam kedua tangan kecil Kimy. Seolah memberi dukungan, jika semua akan baik-baik saja. Dia tak tahu, jika putrinya begitu menantikan hari kebebasannya ini.
Kimy tersenyum kecil, dia jadi terlihat sangat cantik, berkali-kali lupa sangat cantik, hingga Rahardian pun tak henti-hentinya berdecak kagum melihat penampilan putri kecilnya.
"Maafin aku ya, Yah!" Entah mengapa, Kimy ingin sekali mengutarakan permintaan maafnya, tanpa harus memberitahu apa alasannya.
"Ayah yang harusnya minta maaf, karena gak bisa membatalkan perjodohan ini, Ayah yang terlalu lemah, hingga membuat kamu harus dimiliki pria itu. Tapi Ayah tetap jadi Ayah buat kamu, yang bisa kamu andalkan saat kamu sedih, tempat kamu berlindung saat kamu merasa takut." Airmata Rahardian akhirnya menetes pilu.
"Do'akan aku bahagia, itu sudah cukup buat aku. Apapun yang terjadi di pernikahan aku nanti, aku cuma ingin bahagia, bagaimanapun akhirnya nanti." Dan tetes airmata Kimy pun tak bisa tertahan lagi. Dia menangis di pelukan satu-satunya pria yang begitu ia cintai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Wiratmadja berdecak kagum, melihat cucu semata wayangnya yang gagah dengan stelan berwarna putih yang dikombinasi kain di bagian pinggangnya. Aura pria berdarah Ceko itu memang selalu bisa menghipnotis mata siapapun untuk tak bisa merasa tak kagum kepadanya.
"Akhirnya—" Wira meninju bahu lebar cucunya, membuat pria berperawakan tinggi itu sedikit meringis menerima pukulan dari pria tua yang begitu ia sayang. "Kamu gugup, hah?" ejek Wira melihat wajah tegang si Tampan.
"Jujur, aku begitu gugup Kek, entahlah." Satria menggenggam kedua tangan keriput pria dihadapannya.
"Tangan kamu dingin sekali! Aku takut kamu pingsan di sana. Apalagi saat kamu melihat Kimy nanti. Ah—" Wira kembali menerawang wajah cantik Kimy di kamarnya beberapa saat lalu.
Satria terkekeh, saat dia berusaha memvisualisasikan wajah cantik Kimy dengan polesan make-up, tapi hal itu malah semakin membuatnya gugup.
"Sat!" Edwin yang masuk, tanpa mengetuk pintu, karena pintu kamar hotelnya memang sedikit terbuka.
"Ada apa, Pah?"
"Wah, kamu benar-benar tampan, Papa jadi pangling liatnya." Edwin gagal fokus. "Ah, itu— Sat, apa kamu yakin akan memberi istrimu Mas kawin macam itu?" Edwin terdengar tak menyukai Mas kawin yang akan Satria berikan kepada Kimy.
"Yakin, seyakin-yakinnya," jawabnya mantap.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bunyi tabuhan gamelan mulai berbunyi saat Satria berdiri menunggu kedatangan Kimy. Kilatan blitz dari kamera para Pewarta yang disediakan tempat khusus untuk mengambil gambar dirinya dan Kimy sudah mulai menghujaninya.
"Kakak!" Suara lembut yang begitu ia tunggu menyapa gendang telinga Satria.
Satria menoleh, seorang gadis kekanak-kanakan yang selama beberapa bulan ini ia goda, terlihat berbeda, bayangannya memang sudah bisa memvisualisasikan wajah cantik Kimy dengan polesan make-up, tapi saat ia melihatnya secara langsung, gadis itu jauh lebih cantik dari yang ia bayangkan. Satria terpesona oleh kecantikan wanita yang beberapa saat lagi akan ia ubah statusnya menjadi seorang istri.
"Aku cantik ya? Awas naksir!" goda Kimy.
"Jangan banyak ngomong! Sebelum kamu sah jadi istri orang, kutukan Ibu masih berlaku!" bisik Dina memperingatkan putrinya saat ia mengantarkan Kimy untuk digandeng Satria.
Masih teringat jelas oleh Kimy bagaimana marahnya Sang Ibu saat ia kabur di acara siramannya beberapa hari lalu, Dina tak hentinya memberikan cubitan mematikan hingga menyita ponselnya hingga hari ini tiba.
Kimy melingkarkan tangannya di lengan Satria, seolah mempercayakan dirinya untuk dibawa kemanapun Satria pergi. Dengan diiringi musik gamelan yang mengiringi para penari yang menarikan taria-tarian penyambutan pengantin, Kimy dan Satria melangkah pasti menuju meja akad.
Rahardian, satu-satunya pria yang tak merestui pernikahan ini terlihat sangat pintar menyembunyikan perasaannya, dia tak terlihat kesal saat harus berhadapan dengan calon menantu yang tak ia harapkan kehadirannya.
Seterusnya, seorang Penghulu memberi pengarahan kepada Satria. Bapak Penghulu tersebut sedikit terkejut saat melihat mas kawin yang akan Satria berikan, begitupun Rahardian yang langsung menatap tajam calon menantunya.
Suasana hening, saat detik-detik sakral mengucapan ijab kabul akan segera dimulai, tak seorangpun mengeluarkan suara, mereka seolah tak ingin melewatkan momen berharga tersebut.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Kimmora Shakeela Rahardian Putri Binti Rahardian Putra Anggara dengan mas kawin satu set perhiasan dan gitar akustik dibayar tunai!" Dengan dada bergemuruh dan hati yang bersorak-sorai, Satria berhasil mengucapkannya dalam satu tarikan nafas.
Semua orang terkejut mendengar mas kawin yang Satria berikan, gitar akustik? Ah, sepertinya hanya Satria satu-satunya pria yang memberikan gitar sebagai mas kawinnya.
Tak terkecuali Kimy, gadis itu terus menatap ke arah pria yang baru saja melepaskan genggaman tangannya dari Rahardian, Sang Ayah.
"Kakak!" cicitnya, tak percaya.
Apa maksudnya ini?
Apa ia sengaja memberikan mas kawin aneh itu kepada Kimy agar semua orang tahu apa bakat yang selama ini keluarganya sembunyikan.
Dan jawabannya adalah ya, Satria secara tidak langsung sedang memproklamirkan bakat Sang Istri, walaupun Kimy belum tahu jika itu adalah salah satu cara Satria mengikat dirinya.
