Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 - Ipar Adalah Maut
Mendengar Junaidi bicara masalah dosa, Rangga dan Ifan tergelak bersama.
"Dih! Sok suci banget. Padahal di sini kau yang sering jahil sama cewek-cewek di sekolah," tukas Ifan.
"Tahu. Colek pantat mereka lah, sok sengaja nabrak. Fetishnya kayaknya itu, Fan!" balas Rangga.
"Kalian ini. Aku kan cuma mengingatkan sebagai teman. Kau nih, Ga. Aku tahu kau tertarik sama Kak Dita sejak dia jadi penyanyi dangdut," timpal Junaidi.
"Kok malah bicarain Kak Dita coba. Nggak nyambung." Rangga berusaha menanggapi dengan tenang.
"Benar juga ya, Nai. Aku ingat banget saat acara kawinannya anak Pak RT. Minuman Rangga sampai tumpah karena fokus ngelihatin Kak Dita nyanyi dipanggung," tambah Ifan.
"Iyakan? Tapi nasib berkata lain. Kak Dita menikah sama orang lain. Kakaknya Rangga lagi." Kali ini Junaidi yang tertawa bersama Ifan.
"Kalian ini jangan asal menyimpulkan ya. Aku nggak pernah suka sama Kak Dita. Cuman kagum aja!" Rangga membantah.
Bersamaan dengan itu, neneknya Ifan pulang. Rangga dan kawan-kawan kaget sekali. Mereka bergegas mematikan televisi.
"Loh, kalian nggak ke sekolah? Ini kayaknya belum lewat jam pulang sekolah," tegur neneknya Ifan.
"Hari ini ada rapat guru, Nek. Jadi kami murid-murid disuruh pulang lebih cepat dari biasanya," sahut Ifan.
"Oh begitu." Neneknya Ifan percaya saja. Apalagi Ifan tidak biasanya membolos sekolah.
"Eh, kita mancing yuk!" celetuk Junaidi.
"Ayuk! Di sungai belakang rumah Pak Warto itu katanya banyak ikannya. Kita ke sana," usul Ifan.
"Ya sudah. Ayo." Rangga setuju saja.
Mereka lantas mengambil peralatan mancing dan pergi ke sungai. Ketiganya berjalan menyusuri jalan setapak secara beriringan. Namun saat hampir tiba ke sungai, Ifan yang berjalan paling depan mendadak menyuruh sembunyi.
"Kenapa?" tanya Junaidi berbisik.
"Ada Pak RT sama Kak Siti. Kayaknya gosip itu beneran ya," jawab Ifan.
"Maksudnya gosip kalau Pak RT selingkuh sama Kak Siti?" tebak Junaidi.
"Iya. Tuh lihat!" Ifan menunjuk ke arah Pak RT dan Kak Siti berada. Kedua orang itu duduk di pinggir sungai. Mereka memang tampak bermesraan.
"Kak Siti itu adeknya istri Pak RT kan? Jadi ini bisa dibilang ipar adalah maut," cicit Junaidi.
"Hooh. Seram kali ya. Dari semua orang, tapi Pak RT memilih selingkuh sama adik istrinya sendiri," sahut Ifan.
Rangga saat itu terdiam. Entah kenapa dia jadi teringat kakak iparnya sendiri. Anehnya dirinya merasa tersindir. Padahal Rangga tak memiliki hubungan apa-apa dengan sang kakak ipar. Setidaknya untuk sekarang.
"Namanya juga cinta. Nggak pandang bulu." Tanpa sadar Rangga berucap begitu. Secara bersamaan, Ifan dan Junaidi menatap ke arahnya.
"Tapi nggak adik istri sendiri juga kali. Kau kok ngebelain Pak RT?" timpal Ifan.
"Enggak, aku nggak ngebelain. Cuman mengatakan pendapatku aja," bantah Rangga.
"Dia kayaknya beneran naksir Kak Dita, Fan. Makanya relate," ujar Junaidi. Dia lantas cekikikan bersama Ifan.
"Sialan!" Rangga sigap menggeplak kepala dua temannya itu secara bergantian.
"Kita mancing di tempat lain aja kalau gitu," usul Junaidi.
"Ayo!" Ifan berjalan lebih dulu. Dia, Rangga dan Junaidi kembali berjalan beriringan. Menyusuri jalanan pedesaan yang dikelilingi pohon dan rumput.
Sejak tadi Rangga tak berhenti mengerjap dan mengucek mata kirinya. Dia tiba-tiba merasa sangat gatal.
"Aku kayaknya pulang aja. Mataku gatal banget," imbuh Rangga sembari bergegas melangkah menuju jalan pulang.
"Eh, main ngeloyor aja. Terus gimana mancingnya?" pekik Ifan.
"Kalian aja berdua!" sahut Rangga. Dia kembali ke rumah Ifan dan segera menaiki motornya. Melaju menuju rumahnya.
Setibanya di rumah, Rangga langsung masuk. Dia kaget sekali saat melihat Dita. Perempuan itu hanya mengenakan tank top dan celana pendek.
Rangga lagi-lagi bisa melihat belahan dada kakak iparnya yang montok, serta pangkal pahanya yang putih mulus.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari