NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Keputusan Fahri

Di sebuah restoran, Fahri bersama Geri membuat janji dengan seorang detektif bernama Alvin. Namun, Alvin tidak sendiri siang itu. Dia datang bersama seorang perempuan muda.

"Katanya kamu sudah menemukan pelakunya? Apa itu benar?" tanya Fahri setelah melewati basa-basi yang cukup singkat.

"Benar, Pak. Setelah saya selidiki, ternyata malam itu Bapak dijebak," jelas Alvin.

"Benarkah? Ada buktinya tidak?"

"Ada, Pak. Sebentar."

Kemudian Alvin mengeluarkan laptop dari dalam tas dan menunjukkan sebuah potongan vidio CCTV kepada Fahri.

Saat itu, Fahri tampak sendirian di taman bersama beberapa botol minuman yang membuatnya mabuk seketika. Tak lama setelahnya, Zahra datang ke arahnya. Mereka sempat mengobrol. Dan, Zahra juga terlihat memarahinya.

Kening Fahri berkerut dalam. Bukan kedatangan Zahra yang membuatnya bingung. Namun, tentang Zahra yang tidak pernah cerita soal bagian itu.

Fahri tidak tahu bahwa Zahra lah yang membawanya pergi dari taman. Sayangnya, tidak ada lanjutan dari vidio itu.

"Lalu apa terjadi setelahnya?" tanya Fahri tak sabar.

"Setelahnya, biar Naina yang cerita. Dia adalah salah satu karyawan yang bekerja di hotel itu. Malam itu, Naina juga ada di sana."

"Benarkah?" Fahri menatap Naina, meminta penjelasan.

"Benar, Pak. Saat itu, saya kebetulan lewat di koridor itu dan Ibu Zahra memanggil saya. Ibu Zahra meminta kunci kamar karena katanya kunci yang sempat diserahkan menghilang. Saya pun menyerahkannya dan Ibu Zahra langsung membawa Pak Fahri masuk ke dalam kamar 101."

"Kamar 101? Itu adalah kamar Cahaya. Tapi, kenapa Zahra melakukan itu?" Fahri membatin, kedua tangannya sontak meremas udara.

"Kamu beneran gak salah lihat kamar? Soalnya kamar yang seharusnya saya tempati adalah kamar nomor 100."

"Tidak, Pak. Soalnya saya sendiri yang menyerahkan kunci itu. Selain itu, saya juga sempat melihat sampai Ibu Zahra keluar dari kamar, sendirian, tanpa Bapak."

Hilang sudah semua kalimat yang hendak Fahri katakan. Isi kepalanya mendadak kosong. Membuatnya terdiam sekaligus kebingungan.

Dibanding apa yang terjadi pada dirinya dan Cahaya, Fahri berkali-kali lebih kecewa sewaktu mengetahui jika Zahra lah yang berada di balik semua ini. Ingin rasanya ia mengelak, tetapi bukti ada di depan mata.

Malam hari, Fahri pulang ke rumah. Raut wajahnya tampak begitu suram. Tak ada senyuman bahkan ketika Cahaya datang menyambutnya.

"Abang kenapa lemes gitu? Abang sakit?" tanya Cahaya khawatir.

Fahri berpikir sejenak. Sebenarnya ia perlu menceritakan hal ini kepada Cahaya. Namun, sebelum itu, Fahri harus mengonfirmasinya terlebih dahulu sama Zahra. Dia ingin memastikan banyak hal.

"Gak, Ya. Mungkin karena tadi banyak pekerjaan aja. Em, kamu udah makan?"

"Belum. Aku nungguin Abang," jawab Cahaya tersenyum tipis.

"Ya, sudah. Abang mandi dulu, ya. Setelah itu, kita makan sama-sama."

Cahaya menganggukkan kepala dengan patuh. Sembari menunggu, Cahaya berniat membantu Bi Imas menyiapkan makan malam. Namun, sekali lagi wanita itu melarangnya, membuat Cahaya berakhir tanpa melakukan apa pun.

Tak begitu lama, Fahri pun turun dalam keadaan yang lebih segar. Namun, aura suram masih tetap terlihat bahkan hingga makan malam selesai.

Keesokan harinya, Fahri langsung mendatangi toko kerajinan Zahra saat hampir mendekati waktu makan siang. Dia ingin berbicara dengan Zahra, berdua saja.

Zahra yang tak curiga sama sekali, menyambut kedatangan Fahri dengan ramah. Namun, senyum di bibirnya luntur sewaktu Fahri menyodorkan ponselnya ke arah Zahra.

"Bisa kamu jelaskan tentang vidio ini?"

Seketika wajah Zahra berubah pucat. Keringat dingin sebesar biji jagung memenuhi dahi dan sekitaran pelipisnya.

Setelah vidio itu selesai, Fahri mencari rekaman suara Naina yang menjelaskan kelanjutan dari vidio itu. Rekaman ini pula Fahri dapatkan dari Geri yang diam-diam sempat merekamnya saat Naina berbicara.

Sama halnya seperti Fahri di awal, Zahra juga terlihat sama syoknya. Dia tak menyangka jika kebusukannya terbuka secepat ini.

"Kenapa kamu melakukan ini semua, Ra? Kamu tega menjebak Cahaya dan abangmu sendiri? Kenapa, Zahra? Kenapa kamu melakukannya?"

Saking emosinya, Fahri sampai mengepalkan kedua tangan hingga urat-uratnya tampak bermunculan.

"Kenapa lagi kalau bukan untuk memisahkan Bang Arif dan Cahaya? Aku sakit hati, Bang. Aku gak rela. Cahaya hampir merebut posisiku saat itu. Sebagai seorang istri, aku berhak mempertahankan apa yang sudah aku miliki."

"Dengan memfitnah orang lain? Apa seperti itu caramu berpikir?"

Zahra memalingkan muka, menangis tanpa suara.

"Apa yang sudah kamu lakukan ini benar-benar gila, Zahra. Kamu mengorbankan banyak orang demi kebahagiaanmu sendiri. Asal kamu tau, akibat dari perbuatanmu, Cahaya bukan hanya kehilangan suami. Tapi, juga satu-satunya keluarga yang dia miliki di desa. Mungkin kalau saat ini Zaif udah besar, Zaif juga pasti sama kecewanya."

Zahra masih diam sambil meremas kedua tangan. Air matanya mengalir deras, tetapi suara tangisnya seakan diredam oleh amarah di sekitarnya.

"Abang kecewa sama kamu!" tukas Fahri sebelum bangkit dan berjalan ke arah pintu keluar.

"Aku minta maaf, Bang. Aku beneran minta maaf."

Fahri terdiam, berhenti melangkah dan menoleh ke arah Zahra melalui bahunya.

Sejak kecil, Fahri memang terbiasa memaafkan segala kesalahan Zahra. Bahkan saat wanita itu merusak mainannya sekalipun.

Namun, kali ini Fahri tak tahu harus bertindak seperti apa. Karena sekarang kasusnya berbeda. Zahra tak lagi merusak mainannya, tetapi wanita itu merusak sesuatu yang tak bertulang yang ia punya.

Zahra telah menyakiti hatinya.

"Abang ...." Zahra memanggil lirih, bersimpuh di hadapan Fahri sambil menundukkan kepala. "Zahra minta maaf, Bang. Tolong maafin Zahra ...."

"Apa kamu menyesal, Ra?"

"Eh, apa?" Zahra kebingungan, menatap Fahri dengan kebingungan.

"Apa kamu menyesal setelah melakukan ini?"

"A-aku ... aku ...."

"Apa saat kamu melakukannya, kamu tidak ingat bahwa ini adalah abangmu sendiri? Kenapa, Ra? Apa karena kita bukan saudara kandung, makanya kamu tega berbuat begitu?"

"Bukan, Abang. Bukan begitu ...."

"Abang kecewa sama kamu, Ra. Abang kecewa. Rasanya berat sekali untuk memaafkanmu."

"Abang, jangan bilang begitu. Zahra ini adik Abang satu-satunya. Malah seharusnya Abang berterima kasih ke aku. Karena aku, Abang dan Cahaya bisa bersama. Bukankah itu yang Abang inginkan dari dulu?"

"Apa katamu?" Fahri berdesis, menatap Zahra dengan tajam.

"Abang menginginkan Cahaya. Dan, karena aku, Abang bisa mendapatkannya. Seharusnya Abang berterima kasih. Bukan malah marah-marah," sahut Zahra dengan berani. Ia tak lagi menangis dan bersimpuh. Kini, wanita itu telah berdiri, menatap Fahri dengan sorot yang lantang.

"Abang gak percaya kamu bilang begitu ke Abang, Ra. Kamu ini orang yang Abang sayangi. Tapi, ternyata kamu tega juga."

"Jangan pura-pura terluka, deh, Bang. Lebih baik, Abang bantu aku buat tutupin kenyataan ini dari Bang Arif. Aku gak mau kalau Bang Arif sampai tau. Sementara itu, Abang bisa menikmati waktu Abang bersama Cahaya. Bukankah kita akan sama-sama untung? Kita harus saling kerjasama, Bang. Bisa, ya? Aku mohon ...."

Namun, Fahri tidak memberikan jawaban. Ia melangkah lebar, meninggalkan Zahra yang berakhir frustrasi dalam ruang kerjanya.

...****************...

Fahri masih kalut dalam pikirannya. Malam hari yang dingin, ia berdiri di balkon sambil menatap langit yang kosong.

Kemudian, Cahaya mendekat dan memeluknya dari belakang. Fahri bahkan sampai berjengkit kaget karena perlakuan Cahaya.

"Abang lagi ada masalah? Dari tadi aku perhatikan Abang lebih banyak diam."

Fahri membuang napas panjang-panjang. Memutar tubuh hingga berhadapan dengan pemilik mata terindah sedunia.

"Abang okay. Cuma lagi mikirin pekerjaan aja."

Mendengar jawaban Fahri yang selalu sama, Cahaya hanya bisa tersenyum tipis dan menganggukkan kepala. Dia tak lagi berkata bahkan hingga Fahri mendekat dan mendekapnya dengan erat.

Dengan Cahaya dalam pelukannya, ucapan Zahra kembali berputar-putar. Fahri berpikir, jika Cahaya tahu tentang kebenarannya, akankah Cahaya meninggalkan dirinya dan kembali ke pelukan Arif? Hal itu bisa saja terjadi, 'kan? Karena perceraian mereka diakibatkan oleh kesalahpahaman.

"Aku gak mau kehilanganmu, Ya. Aku beneran sayang dan cinta sama kamu," ungkap Fahri dalam hati.

"Sebaiknya memang begitu. Biarkan kebenaran ini aku simpan sampai mati. Akan lebih baik jika Cahaya dan Arif tak pernah tau tentang itu."

Setelah mengambil keputusan dalam hati, Fahri mengurai pelukannya perlahan-lahan. Pandangannya dan Cahaya bertemu. Saling senyum, saling berbicara tanpa kata.

"Boleh?" Fahri bertanya pelan dan Cahaya dengan malu-malu menganggukkan kepalanya.

Malam itu, menjadi malam yang panjang bagi keduanya.

1
Muliana
10 iklan, mngat troe
NurAzizah504: Makash behhh /Joyful/
total 1 replies
Syaiful Amri
thor, panggilan dari fahri utk cahaya pakai sayang aj dong thor, klwpakai ya ya gitu, gi mana ghitu perasaan aku thor, maaf ngelunjak thor🤭🤭
Syaiful Amri: knp blm up thor??
NurAzizah504: Hm, boleh, deh. Bab selanjutnya kita ubah aja, ya /Facepalm//Joyful/
total 2 replies
Teteh Lia
2 iklan dan 🌹 meluncur.
semangat up nya Kaka 💪
NurAzizah504: Terima kasih, Kakak /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
Bertingkah lagi, Pak Arif 😤
NurAzizah504: Umur segitu emg lgi aktfi2nya /Joyful/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
Ya ampun /Panic/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
arif awas kamu/Sob/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
jahat bener/Sob/
NurAzizah504: Setujuu /Sob/
total 1 replies
🎀
zahra 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️ nambah masalah ae
NurAzizah504: Udh hobinya, Kak /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
baru 10 bulan udah kumat lagi:/
NurAzizah504: Perlu dikasih obat dianya /Facepalm/
total 1 replies
🎀
thor jgn bikin zahra jadi kejam banget dongss 😭
NurAzizah504: Aduh, harus kerja sama sama Zahra dulu, nih /Facepalm/
total 1 replies
🎀
ih dudul, kalo kamu sejahat itu yg ada arif sama kakakmu makin benci, greget jga sama Zahra nih, ga bisa kah mikir cara yg lebih elegan
NurAzizah504: Kebiasaan bar2. Makanya ga bisa elegan, Kak /Sob/
total 1 replies
🎀
Tuh kan Fahri, kamu paling nggak bisa ngerti kenapa Zahra sampai tega melakukan kejahatan demi mempertahankan rumah tangganya
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
10 iklan keu cek dah
NurAzizah504: Maksh banyak, hehee /Joyful/
total 1 replies
Taufiqillah Alhaq
vote untukmu
NurAzizah504: Makasih /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
🌹🌹 buat bang Fahri.
NurAzizah504: Wahh, terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
syukurlah,,,
tapi masih harus waspada, pak Arif masih kelayaban susun rencana licik
NurAzizah504: Jgn sampai lengah pokoknya /Good/
total 1 replies
Teteh Lia
blokir aja nomornya. ish...bener2 si amel 😤
NurAzizah504: Minta dikata2in emg /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
sekalian bikin pak Arif tambah terbakar.
NurAzizah504: Panas panas /Joyful/
total 1 replies
Teteh Lia
Pak Arif... anda masih waras kan ya?
NurAzizah504: Enggak. Udh gila dia /Blush/
total 1 replies
🎀
kata-kata yang bagus Cahaya
NurAzizah504: Sekalian menyadarkan mereka /Grimace/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!