Aldan harus menuruti kemauan sang Ayah untuk menikahi musuh abadinya dimulai dari masa SMA. Menikahi Alya tidak pernah terbayang dalam benaknya, terlebih lagi umurnya yang masih terlalu muda untuk menjamah sebuah hubungan pernikahan.
•
"Yang benar saja, Ayah.. Aku harus menikahi gadis tantrum itu?" Tanya Aldan sembari menunjuk ke arah Alya yang menatap nya tajam.
"Yaelah, aku nggak akan tantrum kalau Lo nggak ganggu!" Lawan Alya tak mau kalah.
SEASON 2 Cerita ini=→Istri Dadakan Om Duda
~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDAS~~~Chapter 6 (Revisi)
Melihat Alya sudah dalam posisi aman itu membuat Aldan tidak jadi untuk membalas semua perbuatan nakal Alya. Aldan menuju sofa, duduk manis sembari menatap Alya yang tengah tertidur. Lebih tepatnya Alya sedang berusaha untuk tertidur pulas, meskipun rasanya sangat sulit bagi Alya.
Aldan berbaring disofa, ia teringat dengan semua perkataan Aslan dan Reygan saat membahas pernikahan ini. Aldan menghela napas panjang, lagi dan lagi Aldan tidak berdaya hanya karna posisi sebagai anak.
"Aldan.." Panggil Alya, ternyata gadis itu belum tertidur. Aldan tidak menjawab, terlalu larut dengan lamunannya.
Perlahan Alya kembali duduk untuk melihat apa yang sedang dilakukan Aldan. Ternyata Aldan sama seperti Alya yang tidak bisa tidur sama sekali. "Aku takut menjalani pernikahan ini, mengingat kita yang tidak pernah akur sama sekali.." Ucap Alya disela keheningan yang terjadi.
Sontak Aldan menjadi bangkit juga, ia menatap penuh kepada Alya yang juga menatapnya. "Keraguan itu juga ada padaku, Alya.. Kita sama sama berjuang diatas tidak kecocokan ini." Kata Aldan yang berhasil membuat Alya berdecak.
Aldan bangkit dari sofa, ia mengambil kunci untuk membuka pintu menuju rooftop. Alya langsung mengikuti langkah Aldan karna juga belum mengantuk untuk tidur. Alya melihat Aldan yang duduk di kursi yang ada, pria itu sedang menikmati dinginnya angin malam.
"Jangan ikut, kau itu masih bayi.. Nanti masuk angin, yang dimarahi ayah Reygan pasti aku." Ucap Aldan membuat Alya menghela napas panjang. Seperti biasa Alya tidak akan mendengarkan ucapan Aldan, Alya duduk manis di samping Aldan yang sedang memandang langit yang penuh dengan bintang yang bertebaran.
Tatapan mata Aldan sungguh menerawang jauh, Alya tersenyum tipis kala Aldan berpindah menatap kearah wajahnya. Sontak keduanya tersadar, cepat-cepat Alya mengalihkan pandangannya kearah depan. Aldan juga melakukan hal yang sama, keduanya larut dalam lamunan masing-masing.
"Buruan kau tidur aja deh, aku jadi nggak enak mau ngerokok." Ucap Aldan kepada Alya yang terus saja menguap. "Tuhkan, kau itu sudah mengantuk.. Masih saja ngeyel mau nemani."
"Siapa juga yang mau nemenin, aku hanya cari angin biar lebih ngantuk." Kata Alya dengan nada angkuhnya, ia bangkit dari duduknya. Alya baru kali ini merasakan canggung yang teramat kepada Aldan, biasanya ia akan gampang saja untuk berbaur dengan pria itu. Kali ini Alya seperti melihat sosok yang merepotkan, dimana ia tidak akan mudah untuk menjahili Aldan lagi.
Kala Alya ingin melangkah untuk masuk kembali kedalam kamar, mata Alya tidak sengaja melihat serangga kaki seribu. Sontak Alya langsung menjerit kencang, ia reflek memeluk Aldan dengan sangat erat. Tak lupa dengan jeritan maut yang selalu saja membuat kepala Aldan sakit.
"Apaan si?!"
"Ada kaki seribu, Aldan! Besar banget.." Adu Alya kepada Aldan yang tengah berusaha melepaskan pelukan Alya yang sangat erat.
"Lepasin!" Aldan mendorong Alya sekuat tenaga, ia menatap tajam Alya yang terkejut dengan ulahnya tadi. "Lain kali jangan peluk aku lagi, jijik tau nggak?!" Kata Aldan tak kala ketus.
Alya hanya diam menunduk, ia hanya bisa menatap Aldan dengan tatapan tidak terbaca. Ada rasa benci dihati Alya kepada sosok pria yang merupakan suaminya itu. Begitu banyak cara kenapa juga harus dengan cara yang kasar untuk menyadarkan Alya.
"Kenapa lihatin orang begitu? nggak suka?" Tanya Aldan yang langsung membuat Alya tersadar. Alya menggelengkan kepalanya, ia kembali melanjutkan niatnya untuk menuju kamar.
Sebelum itu Alya memberanikan diri mengambil kaki seribu itu dengan tissu. Lalu tanpa berpikir dua kali, Alya langsung melempar tissu beserta kaki seribu itu kearah Aldan. Tentu saja Aldan langsung menjerit kencang, bahkan lebih kencang dari jeritan Alya tadi.
Alya tertawa kencang, apa lagi kala melihat Aldan yang terus bergerak kesana-kemari. Alya puas telah memberi pelajaran kepada Aldan yang sok ketus tadi. "Rasain, Alya Dexter dilawan.."
gak lanjut ini tror 🥹