Sinopsis:
Kemalangan dan nasib buruk selalu datang di kehidupan Genya, seorang gadis 18 tahun yang tidak memiliki apapun. Selain telah kehilangan kedua orang tuanya, dia juga diwariskan sebuah hutang yang sangat besar oleh ayah nya dan diusir oleh bibinya di hari kelulusan nya.
Tapi kehidupannya berubah 180 derajat setelah ia bertemu dengan seorang laki-laki misterius yang bernama Raphael Gin. Seorang lelaki yang datang ke hidupnya Genya, guna menagih hutang yang di miliki ayahnya Genya kepadanya.
Genre: Romantis, Drama, Psychological, Dewasa, Kekerasan
Jangan lupa like jika suka, beri juga kritik dan saran jika ada kekurangan dalam karya pemula ini! Terimakasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu Mang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Oleng
Sesampainya Genya di bar, banyak orang yang sudah mulai kenal dengan Genya kini menyapanya.
"Genya kau terlambat!" Kata salah satu pelanggan yang mengenal Genya karena kecantikannya.
"Ah apa benar begitu? Bukankah itu karena kalian yang datangnya lebih awal?" Tanya Genya yang kemudian tersenyum begitu manis.
Mereka semua sengaja menggoda Genya agar mendapatkan senyuman manis dari gadis muda itu.
Genya kini sudah mulai terbiasa dengan lingkungan kerjanya, dia juga mulai mengenal tamu-tamu yang sering berlangganan disana.
"Hei pelayan manis! Kemari lah!" Panggil seseorang pelanggan kaya yang bernama Tuan Muda Sugi dari keluarga Marendra yang terkenal akan bisnis timah nya, memanggil Genya yang sedang melayani pelanggan lain.
"Hahaha Tuan muda kita memang tau mana yang bening-bening" Kata salah satu dari empat temannya disana.
Genya kebingungan karena yang sedang ada di dekat sana hanya dia seorang, apa benar dia adalah orang yang di panggil Tuan muda itu?
"Hei apa kau tidak mendengar?" Teriak Sugi kesal karena Genya tidak menghiraukan nya.
"Maaf, apa anda memanggil saya Tuan?" Tanya Genya berjalan mendekati Tuan Muda Sugi yang sepertinya sudah setengah oleng.
"Iya benar kamu! Duduklah di sini." Sugi melebarkan kakinya, dia menyuruh Genya duduk di pangkuannya.
Genya ragu, dia belum pernah melayani pelanggan seperti itu sebelumnya, dia hanya bertugas untuk mengantar minuman ke pelanggan, atau membersihkan meja yang sudah di tinggalkan.
Genya melihat sekeliling nya, dia tidak melihat Yurika sejak tadi dia kemari. Biasanya Yurika lah yang memberitahunya mana yang bisa ia lakukan atau tidak bisa ia lakukan.
Tapi begitu melihat pekerja lain yang juga melakukan hal yang sama di meja lain, Genya jadi menyetujui nya.
"Hei apa yang kau tunggu? Cepat lah!" Kata Sugi yang sudah tidak sabar menunggu Genya yang dari tadi hanya planga-plongo.
Genya menuruti permintaan pelanggannya itu, dia kemudian duduk di atas paha Tuan Muda Sugi yang berumur 30 tahun itu.
"Astaga, aku baru tau ternyata disini pelanggan VIP bisa mendapatkan pelayanan servis seperti ini." Kata salah satu temannya Sugi.
"Kalau kau ingin menjadi pelanggan VIP, maka kau harus kaya dulu dan bisa membayar dengan uang besar " ledek temannya lagi.
Genya merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya sekarang, apalagi Tuan Sugi dengan sengaja menggetarkan paha dan kakinya. Badan Genya yang berada di atasnya menjadi ikut merasakan getarannya.
Genya menuangkan alkohol ke masing-masing gelas sambil mendengarkan obrolan orang-orang kaya yang tidak ia mengerti.
"Hei siapa namamu?" Tanya Sugi berbisik di telinga Genya, Genya merasa geli sekaligus merinding, dia menutup telinganya dan kemudian menoleh.
Muka mereka sangat dekat, yang lainnya pada melongo melihat adegan itu.
"Genya." Sahut Genya memberitahu namanya.
Sugi yang melihat bibir merah Genya yang begitu manis, dia sangat ingin mencicipi bibir itu. Dia mendekatkan wajahnya pada Genya, namun itu tidak berhasil karena Genya segera membalikkan kepalanya.
Merasa kesal karena Genya, Sugi memiliki suatu ide untuk mendapatkan Genya. Selama dia menjadi pelanggan di bar ini, dia tidak pernah melihat pelayan ikut menemani pelanggannya untuk minum bersama.
Tangan laki-laki itu mengambil minuman yang ada di depan Genya, dia sedikit memeluk pinggang rampingnya Genya dengan kedok mengambil minuman.
"Minumlah." Kata Sugi menyodorkan gelas kecilnya kepada Genya.
Genya tertegun, dia menolak pemberian nya Sugi dengan halus dia berkata,
"Maaf tuan, tapi saya tidak bisa minum alkohol" Kata Genya memberikan alasan untuk menolak.
Dia memang belum pernah meminum alkohol sebelumnya, jadi dia takut akan mengacaukan banyak hal jika mencoba untuk minum alkohol dan mabuk.
"Apa? Seseorang yang bekerja di bar tidak bisa minum? Apa kau bercanda?" Tanya Sugi meledek karena tidak percaya.
"Hahahaha" suara tawa para teman-teman lainnya.
Genya sempat merasa diledek dan malu, tapi dia tidak menghiraukannya, dia bangkit dari pahanya Sugi. Sugi menarik tangan Genya dan kemudian mendekapnya.
"Lepaskan saya Tuan!" Genya memberontak.
"Minum dulu, baru ku lepas" Kata Sugi diiringi suara tawa yang lainnya.
Dengan terpaksa Genya menuruti permintaan pelanggannya, dia meneguk anggur pekat yang rasanya tidak enak itu. Matanya terpejam saat meminum alkohol itu, dia menaruh gelasnya dengan keras di atas meja.
"Sudah, sekarang lepaskan saya" kata Genya.
"Hahaha masa cuma segelas kecil itu? Sekarang, minum ini!" Kata temannya Sugi menyodorkan gelas alkohol yang berbeda.
Merasa akan baik-baik saja, dengan berani Genya meneguknya. Tapi kali ini rasa alkohol yang dia minum terasa berbeda dibandingkan dengan yang tadi.
Genya merasakan panas di tenggorokannya, kepalanya mulai menjadi sedikit pusing. Dengan berpura-pura baik-baik saja, dia dilepaskan oleh Sugi dan kemudian pergi meninggalkan mereka.
Genya berjalan sempoyongan, baru dua gelas dia minum tapi sudah oleng. Teman kerja nya yang melihat Genya berjalan sempoyongan itu memapahnya.
"Kau baik-baik saja? Nona Yuri kan sudah memberitahu, saat bekerja kita tidak boleh mabuk " Oceh temannya yang khawatir.
"Tuan Muda Sugi memaksaku untuk menemaninya minum bersama. A..aku tidak bisa menolaknya." Jelas Genya memberitahukan temannya.
"Kau harus berhati-hati saat bekerja, sekarang lebih baik kau berhenti saja. Beristirahatlah, di pojok lorong sana ada sebuah ruangan pengobatan untuk orang-orang yang sakit atau terluka. Disana ada kasur, beristirahatlah disana untuk sementara, aku akan memberitahu Nona Yuri dan Dendi agar segera menjemputmu." Kata temannya yang terlihat begitu perhatian dengan kondisi Genya yang sudah sangat oleng.
Dengan kepala yang masih terasa sangat pusing, Genya menganggukkan kepalanya. Setelah menjauhkan Genya dari keramaian, temannya menyuruh Genya untuk berjalan sendiri menuju ruangan pengobatan yang berada di pojokan lorong gelap itu.
Genya berjalan seperti cicak merayap di tembok. Nafasnya terengah-engah seperti sedang kepanasan. Suhu tubuhnya meningkat, dan keringat mulai keluar membasahi tubuhnya.
"Apa ini? Apa efek alkohol memang separah ini? Kenapa orang-orang suka sekali minum alkohol ya?" Gumam Genya sembari berjalan tertatih-tatih menuju ruangan pengobatan.
Kakinya gemetar, dia seperti seseorang yang sedang sekarat sekarang. Genya membutuhkan seseorang sekarang.
"Astaga... Kenapa tubuhku terasa begitu panas dan aneh... Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Kata Genya berbicara dengan dirinya sendiri.
Genya sudah tidak kuat lagi, tubuhnya lunglai dan dia terduduk di lantai dengan kondisi seperti itu.
Tak lama kemudian, muncul seorang laki-laki berumur 32 tahun datang dari arah berlawanan. Laki-laki tampan dengan kumis dan janggut tipis di wajahnya itu terkejut begitu melihat Genya yang tergeletak lemas di lantai.
Laki-laki itu bernama Eden, dia adalah salah satu anggota NTO (Nana Trusted Officials) paling tua. Dia bertugas sebagai penanggung jawab Gambling Casino milik Raphael. Dia baru saja habis bertemu dengan Yurika di ruangannya.
Eden mendekati Genya dengan ekspresi penuh tanda tanya. Dia menempelkan punggung tangannya ke dahinya Genya, dia terkejut karena suhu tubuh Genya kini sangatlah tinggi.
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/