Geng motor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayliz_Mavka97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SUMBER KEBAHAGIAN.
..."Berpikirlah kalau yang terbaik akan terjadi, bukan yang terburuk"...
...~ Aileen Shaenetta Auristella Zylend W. ~...
Milan, Italia
Markas Black Dragon
Dentingan suara jam di dalam kamar bernuansa gelap itu menjadi saksi sepasangan kekasih yang saling diam.
Beberapa saat yang lalu lelaki tampan bak titisan Dewa Yunani itu emosinya melewati batas karna hal itu membuat sosok drak sidenya keluar.
Saat ini Arzhel sedang duduk di sofa kamarnya dengan keadaan memejamkan mata, dia bersandar di sandara sofa, matanya sudah kembali normal hal itu berkat Sheina.
Seperti yang Edrick katakan hanya Sheina yang bisa mengendalikan sosok drak side Arzhel dan itu benar adanya, setelah keduanya bertemu emosi dalam diri Arzhel seolah hilang entah ke mana.
Namun, saat ini lelaki tampan itu justru khawatir soal war yang akan mereka lakukan nanti malam, Arzhel sedang bingung harus mengatakan apa pada sang tunangan.
Jika dia melarang Sheina untuk ikut war, maka gadis cantik itu pasti akan marah padanya, Arzhel tidak ingin hal itu terjadi.
Sheina sejak tadi menatap ke arah tunangannya, dia tau kalau si iceboy itu sedang khawatir.
Hal itu membuat gadis cantik yang diberi julukan Ai girl tersebut hanya bisa menghela nafas dengan perasaan khawatir yang dirasakan oleh Arzhel.
Sheina menatap Arzhel. "Bae," panggilnya.
"Hm" Arzhel.
"Khawatir?" tanya Sheina.
Arzhel membuka matanya, dia menatap Sheina.
"Kelihatan?" tanya Arzhel.
"Aku tadi baca pikiran kamu saat kita itu," lirih Sheina.
Bibir Arzhel langsung tersenyum mendengar apa yang di ucapkan gadisnya.
"Itu apa?" tanya Arzhel pura-pura tidak paham.
Sheina memutar bola mata malas. "Kissing, puas lo," ucapnya kesal.
Arzhel terkekeh. "Galak banget," sahutnya.
Sheina mendengus kesal. "Sekarang jawab aku, kamu khawatir?" tanyanya.
Arzhel menghela nafas. "Aku khawatir sama kamu," jawabnya.
"Whaaattt ... Aku nggak salah dengar kan?" pekik Sheina.
"Aku serius honey, kamu bilang udah baca pikiran aku. Kenapa kamu nggak percaya?" tanyanya balik.
"Aku cuma baca sedikit," jawab Shiena.
"Mau baca lagi, nggak?" tawar Arzhel.
"Modus," jawab Sheina.
"Ck," decak Arzhel. "Sini," ucapnya menepuk pahanya.
Sheina melakukan apa yang di katakan Arzhel, saat ini dia sudah duduk di pangkuan sang iceboy itu.
"Kamu udah makan?" tanya Arzhel.
"Nggak usah mengalihkan pembicaraan Tuan Muda Arzhelio," ucap Sheina menatap tajam Arzhel. "Talk!" titahnya.
Arzhel menghela nafas. "Aku khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu, honey," jawabnya.
"Aku paham soal kekhawatiran kamu, but aku udah biasa ikut war seperti itu, kamu tau sejak umurku 2 tahun mendiang Nenek Alysa selalu membawaku ke camp militer miliknya," jelas Sheina.
"Sejak saat itu aku jadi tertarik dengan semua hal² yang berbau militer, dan Nenek memenuhi semua keinginanku, beliau mengajari aku semua teknik bela diri yang dia kuasai," tambah Sheina.
"Aku mulai belajar bela diri sejak umur aku 5 tahun, saat itu aku belajar sembunyi² karna Papa masih melarangku," lanjut Sheina.
Sheina terdiam sebentar. "Aku cuma mau bilang sama kamu, nggak perlu khawatir. Aku akan always safe," ucapnya.
(Selalu aman)
"Aku udah biasa ikut war seperti ini, bae. Kamu lupa seiblis apa tunanganmu ini? Hm?" tanya Sheina.
"Aku tau semua kemampuan yang kamu miliki, honey. But, tetap aja aku khawatir," jawab Arzhel.
"Buang semua pikiran negatif thinking kamu, kita harus berpikir positif untuk semua hal yang akan terjadi entah itu hal kecil ataupun hal besar," ucap Sheina. "Berpikirlah kalau yang terbaik akan terjadi, bukan yang terburuk," tambahnya.
"Lagi pula apa yang mesti kamu khawatirkan, kita punya tim yang jauh lebih kuat dibanding si jelek! Itu," Ujar Sheina.
Sheina menatap Arzhel, "Apa aku kelemahan kamu?" tanyanya tiba-tiba.
"Iya," jawab Arzhel.
"Ck, itu artinya nggak gunanya aku jadi pasangan kamu," decak Sheina.
"Sayang, kamu itu sumber kebahagianku jangan berbicara yang aneh², keberadaan kamu di sisiku adalah hadiah terindah yang Tuhan kasih sama aku," ungkap Arzhel dengan tulus.
Sheina tertegun mendengar ungkapan Arzhel, dia menahan diri untuk tersenyum dan salting.
"Kamu tau alasan kenapa setiap musuh selalu mengincar orang terdekat mereka terutama orang yang spesial untuk orang itu, you know why?" tanya Sheina.
(kamu tahu kenapa)
"Kemungkinan orang itu kelemahannya," jawab Arzhel.
"Bingo, itu kamu tau," ucap Sheina.
Arzhel menatap Sheina dengan bingung.
Sheina melihat tatapan bingung Arzhel, "Kamu belum paham?" tanyanya.
Arzhel mengangguk.
"Bae listen, aku merasa nggak berguna di samping kamu kalau kamu cuma jadikan aku kelemahan kamu saja. Aku maunya, kamu jadiin aku sebagai sumber kekuatan kamu yang paling besar," ucap Sheina.
"Kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya, bisa saja salah satu musuh kamu akan jadikan aku sebagai umpan supaya kamu menyerah," tambah Sheina.
"Saat itu terjadi aku mau kamu tetap menjadi Arzhel yang selalu kuat, beringas, tangguh, kejam, seperti yang selama ini kamu lakukan, jika kamu menjadi lemah karna aku. Aku benar² nggak ada gunanya di sisi kamu," sambung Sheina.
"C'mon Tuan Muda, selama ini kamu selalu dianggap kuat oleh semua musuhmu karna mereka selalu kesulitan mencari kelemahan kamu, right?," lanjut Sheina.
Arzhel tersenyum dan paham maksud Shiena.
"Paham?" tanya Sheina.
"Aku paham, kamu memang segalanya buat aku honey," ungkap Arzhel.
"Kelemahan tidak boleh! Ini perintah!" tegas Sheina.
"Baik my future wife," jawab Arzhel.
Blush!
Salting!
"Sial! Badak bercula ini selalu saja tau buat jantungku jungkir balik," batin Sheina.
Grep!
"Aku belum mandi," ucap Sheina.
Arzhel melonggarkan pelukannya, "Kamu belum mandi?" tanyanya.
"Iya, aku bau?" tanya Sheina balik.
"Nggak sama sekali, malahan kamu wangi," jawab Arzhel. "Pantas saja kamu nggak pake itu," ucapnya melirik the twins Sheina.
Sheina mengikuti arah pandang Arzhel. "Shitt! Gue lupa lagi kalau nggak pake bra," ucapnya dalam hati.
"Your eyes Tuan Muda," peringat Sheina.
"Titik fokus aku tertuju sama dia," jawab Arzhel.
"Mesum," ucap Sheina, menutup mata Arzhel.
"Honey, aku nggak bisa lihat," protes Arzhel.
Sheina ingin turun dari pangkuan Arzhel.
"Mau ke mana?" tanya Arzhel, menahan pergerakan Sheina.
"Mandi, lepas dulu," jawab Arzhel.
Arzhel melepaskan pelukannya, Sheina berlari ke arah kamar mandi.
Brak!
"Astaga," Arzhel terkejut. "Dasar, dia yang buat ulah dia juga yang kabur," ucapnya geleng² kepala.
"Empuk, kenyal, wangi, dan ... Aish," lirih Arzhel.
Arzhel memukul pelan kepalanya yang sudah traveling.
Tuan Muda Mesum!
***
Ceklek!
"Dia, masih di sini ternyata," lirih Sheina.
"Huh, untung aja gue udah pake baju di dalam kamar mandi tadi," guman Sheina bernafas lega.
Tap!
Tap!
Sheina mendekat ke arah tempat tidur.
"Nyenyak banget tidurnya," guman Sheina.
Sheina membenarkan selimut Arzhel, lalu dia berjalan pelan keluar kamar.
"Doorrrrr...." ucap Farel ingin membuat Shiena terkejut.
Namun sayang seribu sayang gadis cantik itu tidak kaget sama sekali, dia bahkan menatap Abang sepupunya itu dengan tatapan datar dan tajam.
Glek!
"Mampus! Gue, lupa kalau ini anak anti kaget. Kayaknya gue harus kabur sebelum ini bocah ngamuk," ucap Farel dalam hati.
Saat Farel ingin melangkah, Sheina menahan kerah bajunya membuat cowok tampan itu hanya berjalan di tempat.
"Buset! Tenaga lo kuat banget Shei, si Farel nggak bisa gerak gitu anjir!" celetuk Daren.
"Adikku yang paling cantik, lepasin Abang dong, gue ada perlu sama mereka," ucap Farel memberi kode pada Daren dan yang lainnya.
"Nggak ada bos cantik, dia bohong. Hukum aja, dia udah buat lo kaget tadi," ujar Bryan.
Farel melotot pada Bryan.
"Huh" Farel bernafas lega saat Sheina melepaskan kerah bajunya.
Sheina berjalan pergi dari sana.
Beberapa menit kemudian
Saat ini Sheina, Evelyn, Jennifer, Laura, dan Jeslyn sedang berada di kamar Kenzo.
"Kalian ngapain sih ke sini?" tanya Evelyn.
"Bertamu lah, masa tanam rumput bege!" jawab Laura santai.
"Ck" decak Evelyn.
"Kenapa? Lo, tadi mau ngapain sama Kenzo? Baju Kenzo berantakan gitu? Hayoooo," tanya Jeslyn.
"Jangan bilang lo mau maya hi maya hu lagi sama Kenzo," ucap Laura curiga.
"Maya hi maya hu? Bukannya itu lagu?" tanya Sheina bingung.
"Itu memang lagu, tapi gue pake jadi peribahasa sebagai pengganti," jelas Laura melakukan sesuatu dengan jarinya.
Sheina, dan trio cegil melotot melihat tangan Laura.
"Yaaakkk, lo mesum amat anjir!" pekik Evelyn.
"Cih, sok polos nyatanya lo suhu," sindir Sheina.
"Gue pikir cupu ternyata suhu," pekik Laura, Jeslyn, dan Jennifer bersamaan.
Skakmat!
"Mampus! Nggak bisa ngomong kan lo," cibir Laura.
"Gimana tadi, Shei?" tanya Jennifer.
"Apa?" tanya Sheina balik.
"Lo, sama Arzhel jadi ehm ... ehm?" tanya Evelyn.
"Nggak," jawab Sheina.
"Lah, sia-sia dong ilmu yang gue kasih," jawab Evelyn.
Mereka berempat memutar bola mata malas mendengar ucapan Evelyn.
"Lyn, kayaknya otak lo perlu di cuci pake vanish deh, supaya server otak lo kembali ke mode normal, nggak kayak sekarang isinya circle 18+ semua," ucap Sheina.
"Nah, gue sejuta itu," sahut Laura.
"Setuju Ra, bukan sejuta," terang Evelyn.
"Tersereh gue dong, kenapa lo yang repot, mulut² gue," balas Laura.
"Terserah dodol! Bukan tersereh," ujar Evelyn.
"Yaaakkkk, gue udah bilang terserah gue," jawab Laura.
Sheina, Jennifer, dan Jeslyn hanya bisa menghela nafas jengah melihat perdebatan Evelyn dan Laura, mereka sudah biasa mendengar dua cewek cantik itu berdebat hanya hal sepele.
Jennifer memberi kode pada Sheina.
Tak!
Sheina menyimpan pisau di atas meja.
"Wah, pisau baru Shei?" tanya Jeslyn bersuara keras, sengaja agar dua cegil itu berhenti berdebat.
"Hm, masih baru. Pisau ini adalah pisau buatan gue beberapa hari yang lalu, dan belum pernah dicoba sama sekali," jawab Sheina.
"Pisau ini butuh darah segar untuk mengasah ketajamannya, apa kalian tertarik?" tanya Sheina, mengarahkan pisau ke arah Evelyn dan Laura.
Sadis!
Glek!
Dou gadis cantik itu paham, "Lyn, sayang lo mau makan buah, nggak? Gue ambilin ya," tawar Laura.
"Iya baby, lo mau cookies nggak? Lo kan suka cookies, mau ya?" tanya Evelyn.
"Mau, gue mau, aaaaaa buka mulutnya, Nak," ucap Laura.
"Pfftt..." Jennifer dan Jeslyn menahan tawa melihat kelakuan dua gadis cantik itu.
Shiena juga menahan senyuman melihat dua sahabatnya jadi ciut seketika.
Mereka berlima menghabiskan waktu bersama dengan bercanda, berbicara hal-hal nyeleneh, dan lainnya.
Di luar kamar Kenzo ada empat cowok tampan yang sedang mengintip apa yang dilakukan oleh ke lima gadis cantik itu.
Ke empat cowok tampan itu terus berada di sana, bahkan saat ini mereka sudah mengambil kursi dan duduk di depan pintu untuk menunggu kekasih masing-masing.
Mereka adalah Arzhel, Kenzo, Reyhan, dan Xavier.
Ke empat gadis cantik yang ada di dalam kamar Kenzo terus saja bercerita, mereka tidak menyadari bahwa ada lelaki tampan yang sedang melihat dan mendengar pembicaraan mereka.
Kecuali Sheina yang memang memiliki insting yang sangat tajam, tapi dia hanya acuh dan ikut bercerita dengan ke empat sahabatnya.
*
*
*
To Be Continued
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Minggu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Selasa 🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂✨🙏😇
Selamat hari jum'at ❤️❤️😊
Thanks 🙏🏻🙏🏻❤️❤️😊😊
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Juma't Thor 👍🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Kamis🙂🙏👍
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇