Kinan harus menerima pinangan dari lelaki yang tidak ia cintai begitu pula sebaliknya, perjodohan yang ia terima dengan maksud untuk menghindar dari sasaran cinta brutal dari seorang pemuda yang ternyata putra seorang konglomerat.
Bisa kah Kinan memilih salah satu pria di antara mereka, tunangan yang kini menginginkankelanjutan hubungannya menjadi pernikahan sah atau pemuda yang telah mencintainya tanpa syarat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ratu Ku
"Lahap sekali kau makan Res, itu bubur Kinan yang ia buat khusus untukmu, katanya kau sakit semalam di apartement," jelas Andita bangga.
"Hanya masuk angin biasa Bu."
"Syukurlah, Kinan bahkan rela sepulangnya dari apartemen ikut koki mansion belanja bahan mentah untuk masak khusus buat kamu" sambung Andita.
Ares memandang Kinan intens, sedang Kinan hanya tersenyum tipis.
"Kin kau bereskan baju-baju mu ...kita pindah sekarang" cicit Ares datar.
"Baik Mas."
Tak ada raut wajah kecewa atau pun penolakan dari Kinan, karena ia hanya bisa berpasrah, di pernikahan singkatnya ini ia hanya ingin memberikan yang terbaik yang ia bisa ia lakukan hingga saatnya nanti hari kebebasannya kembali.
"Fin, Lu naik mobil belakang, Gue sama Kinan."
"Baik Tuan."
Kinan duduk di samping Ares yang memegang kemudi.
"Kenapa kau tidak menolak kalau kita pindah ke apartemen Sekarang?" tanya Ares sinis.
"Sudah ku bilang selama kita terikat dalam satu ikatan sah maka aku akan selalu ikut ke mana pun kau ada, karena itulah bukti baktiku sebagai seorang istri."
"Meski di antara kita tak ada saling cinta?"
Kinan mengangguk pasrah bahkan senyumnya terukir manis dari bibirnya.
"Memang di antara kita tak ada saling cinta tapi itu bukan alasan untuku tak berbakti padamu."
"Lalu bagaimana dengan Arkhan?"
"Arkhan? Kenapa tiba-tiba kau tanyakan dia Mas?"
"Apakah kau juga tidak menyimpan rasa suka padanya."
"Mas...sudah ku bilang, aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa bahkan mungkin sebagai adik, itu saja.Karena umur kami pun terpaut cukup jauh."
"Lalu bagaimana kalau sebenarnya pria itu menyukaimu atau bahkan mungkin mencintaimu, apakah kau akan menerima perasaannya."
Kinan tertawa kecil karena pertanyaan Ares sangat mendesak.
"Sudahlah Mas, tak usah membicarakan hal yang tak berarti."
Ares terpaksa menahan kesal di hatinya karena sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ingin ia ulik.
Sesampainya di apartemen Kinan langsung menata bajunya di kamar tamu yang sudah Ares tentukan.
"Lho ..mbak, kok di kamar itu?"tanya Alfin yang menyadari hal tersebut.
"Oh ini aku cuma mau naruh bajuku saja Pak Alfin...soalnya lemari di kamar Mas Ares sudah penuh"bohong Kinan namun wajahnya masih tetap tenang.
"Dasar suami tak tahu di untung" umpat Alfin dalam hati karena Ia sebenarnya tahu kalau Kinan dan Ares tidak tidur satu kamar.
"Saya pamit dulu mbak Kinan..."cicit Alfin lirih namun sempat di dengar rungu Ares.
"Ya pak Alfin, terima kasih banyak sudah bantu bawain barang Pak."
"Ya sama-sama Mbak, hubungi saya kalau ada sesuatu yang mbak Kinan butuhkan saya...."
"Kenapa harus hubungi kamu? Kau anggap aku suami tak berguna?" tanya Ares sarkas.
"Maaf ..maksudnya.."
"Aasshh sudahlah, cepat pulang sana."
Alfin mengangguk lalu meninggalkan apartemen setelah mengangguk hormat pada Kinan.
"Mas...kenapa kau kejam sekali pada asistenmu, dia hanya ingin memastikan kalau aku tidak ketinggalan sesuatu di mansion."
"Kan masih ada aku"bela Ares datar sambil berlalu.
Kinan masuk ke kamarnya, ia hanya bisa duduk termenung di sisi ranjang, benar dugaannya kalau tinggal di apartemen ini akan semakin sunyi karena hanya dia dan suaminya saja, itu pun Ares biasanya sepanjang siang ia habiskan di kantor.
Kinan melihat ponsel yang jarang ia periksa, semua pesan yang ia kirim ke Arkhan hanya centang biru dua, tanpa ada balasan satu pun.
Ada apa denganmu Khan? Aku merasa kesepian di sini, aku rindu dengan suasana hidup di desa, udara sejuk dan pemandangan indah, juga canda tawamu Khan.
Kinan memandang poto Arkhan di galerinya, wajah tampan dengan senyum yang selalu menghias bibir merahnya, dia lah yang selalu menemani di saat sedih dan kekalutan hidup yang ia alami.Salah satu anak muridnya yang entah sudah berapa kali mengutarakan isi hatinya namun dengan halus selalu Kinan tolak.
Semoga kau baik-baik saja dan tidak marah padaku Khan karena mungkin saat ini kau telah mengetahui kalau aku sudah memiliki pendamping hidup.
Pagi hari Kinan bangun lebih awal karena ia ingin menyiapkan sarapan untuk Ares, meski berbeda dengan masakan koki di mansion tapi sebagai seorang istri ia ingin memberikan yang terbaik untuk sang suami.Beruntung kemarin ia sempat membawa bahan-bahan makanan yang sudah di belinya jadi pagi ini ada menu sarapan yang ingin ia buat.
Dengan gerak cepat Kinan membuat sosis bakar, telor mata sapi dan kentang goreng, juga segelas susu.Bersamaan dengan selesainya hidangan ia sajikan di atas meja, saat itu pula Ares muncul dari kamar dengan baju kantor rapi.
"Selamat pagi, sarapan dulu Mas."sapa Kinan lembut.
Ares hanya mengangguk datar sambil memindai meja makan yang sudah tersedia sarapan lengkap.
"Kau menyiapakan sarapan begini banyak?"tanyanya.
"Iya Mas, kau tinggal pilih, aku tak tahu apa kesukaanmu dan hanya ini yang bisa aku masak pagi ini, besok mungkin aku akan coba tanyakan Ibu Andita ..apa saja yang kau suka."
"Tak perlu, ..seperti ini sudah cukup"jawab Ares sambil mulai memakan sosis dan kentang buatan Kinan juga segelas susu.
Senyum Kinan terbit melihat Ares tampak lahap memakan sarapannya.
"Aku berangkat..."pamit Ares singkat usai sarapan sambil keluar ruang apartemen namun panggilan Kinan menahan langkahnya.
Dengan lembut Kinan meraih tangan Ares lalu mencium punggung tangannya.
"Hati-hati Mas..."ucapnya di iringi senyum tipis.
Ares Diam membatu di tempatnya berdiri, ada desiran aneh yang menjalar hatinya, hati yang semula dingin dan gersang kini tiba-tiba menghangat.
"Mas..."panggil Kinan mengagetkan pria gagah tersebut lalu dengan tergesa ia pun keluar tanpa sepatah kata yang sanggup ia ucap.
Kinan hanya tersenyum samar lalu kembali melangkah ke ruang dapur yang belum sempat ia bereskan. Sebenarnya Ares menugaskan seorang pembantu yang akan datang untuk membersihkan apartemen setiap pagi hingga sore tapi bukan Kinan namanya jika membiarkan perabot kotor sehabis di pakainya.
Udara pagi yang masih terasa dingin membuat Kinan merindukan semangkok mie instan kuah panas dengan potongan cabe rawit di atasnya.Beruntung ia masih ingat makanan kesukaannya itu hingga ia beli cukup banyak untuk persediaan beberapa hari, makanan simpel kesukaan sejuta umat.
Dan dua sudut bibirnya membentuk garis lengkung kala semangkuk mie kuah sudah siap untuk di makan namun pekikan terdengar nyaring dari mulutnya kala semangkuk mie yang masih panas jatuh tersenggol siku dan mengenai pergelangan tangannya.
Desisan lirih keluar dari mulutnya menahan rasa panas yang menjalar kulit yang tersiram kuah panas tersebut,segera Kinan membawa tangannya di bawah kucurkan air kran, selama beberapa menit rasa terbakar pun sedikit berkurang namun tampak jelas kini kulit tangannya mulai memerah.
Meski ragu akhirnya Kinan menghubungi Ares, kali ini ia tak menghubungi Alfin karena takut jika asistennya itu akan menjadi lampiasan amarahnya lagi.
Dua kali pangilan tak terjawab akhirnya Kinan pun pasrah dan mengambil pasta gigi untuk ia oleskan ke kulitnya yang terbakar.
Sementara itu di kantor CEO, Alfin hanya mengedikan bahu kala ponsel Ares menyala dan muncul nama 'Ratu ku' memanggil.
Meski Ares sedang di kamar kecil tapi Alfin sama sekali tak mempunyai niat untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Cih ..dasar wanita tak tahu diri, pria sudah bersuami tapi masih saja di goda"batinnya sambil keluar dari ruangan setelah menaruh dokumen di meja Ares.
🤭
berdoa saja smg author berbaik hati sama mereka,semangat ares untuk mendapatkan hati kinan