Sang Pembangkit Gairah

'Hana! apa kau marah padaku? aku sungguh minta maaf! Baldwin meminta ku untuk menemaninya saat kau sedang sibuk mengikuti event di universitas, aku-, aku hanya ingin membuatnya merasa tak kesepian, sungguh!'

💜'Dengan cara menjalin hubungan secara diam-diam dengan nya?'

🗨️'Hana! tolong jangan salah paham! kami hanya-,'

💜'Seharusnya diriku tidak datang kemari! maaf! kalian bisa melanjutkan kesenangan kalian!'

🗨️'Tunggu!! jangan sok suci kamu Hana! kau pasti juga telah bermain dengan begitu banyak pria di luaran sana bukan? kau menolak untuk ku sentuh hanya karena diriku tak membayar mu! begitu kan?'

💜'Apa maksudmu Baldwin?'

🗨️'Ibu mu-, dia adalah seorang perempuan penghibur bukan? dirimu pasti tak jauh berbeda dengannya! lagipula Raya! dia jauh lebih mengerti diriku daripada kau! berpura-pura lugu tapi nyatanya-,'

💜'Kau bisa berbicara apapun tentang diriku! tapi tolong jangan mencela ibuku!'

'Tapi Hana! bukankah ibumu memang perempuan malam? Baldwin tidak sedang mencela ibumu! dia hanya mengatakan yang sebenarnya!'

💜'Diriku selalu berpikir, bahwa kau adalah sahabat yang bisa ku percaya Raya, tapi ternyata? Baldwin pasti mengetahui semuanya dari mu, bukan?'

🗨️'Apa salahnya? Raya hanya mencoba menyadarkan diriku, bahwa putri seorang jalang seperti mu memang tak pantas untuk ku! benar kan sayang?'

'Baldwin, tolong hentikan! Hana-,'

❤️‍🔥"Lihat saja! aku bisa membalas mu suatu saat!!!"

"Hana!!!"

Bertha tersentak, keringat dingin tampak membasahi dahi, nafasnya juga memburu karena mimpi buruk yang baru saja menyapa.

Itu hanya sebuah mimpi! dan mimpi hanyalah sebuah bunga tidur! it's okay ..., jangan berpikir yang bukan-bukan, Bertha!

Albertha Raya Fideline, wanita itu meraih gelas berisi air putih di atas meja samping ranjang dengan jemari yang gemetar.

"Hana tidak mungkin sejahat itu padaku bukan? dia tak mungkin benar-benar ingin merebut Edward dariku! dia tak mungkin membalas kesalahan ku di masa lalu! aku tahu betul bagaimana sifat dan watak Hana! gadis kampung itu terlalu lembut untuk bisa menyakiti orang lain!"

Bertha mengacak rambut, ia semakin terlihat panik saat memeriksa ponsel miliknya yang masih saja terlihat sunyi.

Edward! kenapa kau tak juga membalas pesan atau menghubungi diriku?

Masih dengan tubuh serta tangan yang gemetar, Bertha akhirnya beranjak! ia kembali terlihat mondar-mandir sembari mencoba untuk menghubungi seseorang.

"Bagaimana? apa Hana ada di apartemen?"

'Kami kurang bisa memastikan Nyonya! apartemen milik gadis itu sudah kembali nampak rapi! tapi dia sama sekali tak ada muncul keluar, walau hanya untuk sekedar membuang sampah.'

"Baiklah! kalian segera hubungi diriku jika Hana muncul di sana!"

Sambungan terputus, namun sebuah notifikasi pesan yang kembali muncul di layar ponsel membuat Bertha semakin tertegun.

Glutera cafe, satu setengah jam lagi!

Aku butuh kita bertemu! karena diriku ingin memastikan sesuatu perihal dirimu juga Hana,

*****

"Edward!!!! aku merindukanmu, honey!"

Hana tertunduk hening, ia hanya mampu mendengar percakapan sepasang suami istri dihadapan nya tanpa berani menatap ke arah mereka.

"Akhirnya kau kemari! kami sudah cukup lama menunggu!!" Edward melepas paksa dekapan tangan Bertha yang sempat membelenggu tubuh tegap nya, pria itu juga memalingkan wajah mencoba menghindari kecupan dari Bertha, sang istri.

"Ada apa denganmu Edward? kau sungguh membuatku kecewa!"

"Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? aku hanya ingin memastikan sesuatu! duduk lah!"

"Hana ..., jadi kau benar-benar membawa gadis ini? apa kau ingin menyelesaikan tentang surat perjanjian kontrak itu dengan nya?" Bertha berceloteh dengan angkuh, ia meletakkan tas jinjing besar miliknya di atas meja cafe sebelum akhirnya duduk di samping Edward.

"Kau mengenal Hana?"

"Tentu saja? dia itu tak lebih dari seorang perempuan murahan! dan apa kau tahu? dia ingin merebut mu dariku karena dia masih menyimpan dendam terhadap ku, honey!"

"Dendam?" alis Edward menukik tajam, pria itu akhirnya mengalihkan pandangan terhadap Hana dan kembali membuka suara, "Apa benar seperti itu, Hana?"

Apa yang harus ku katakan? kenapa tiba-tiba Tuan Edward melakukan hal ini?

Hana menghela nafas dalam, ia mencoba tetap tenang meski ia terus meremas jemarinya karena rasa gugup yang mulai menguasai.

"Tentu saja! dia itu gadis yang penuh dengan obsesi, Edward! apapun yang ku miliki! dia pasti menginginkannya!" Bertha kembali menyambar suara saat Hana memilih untuk tetap bungkam.

"Apa maksudmu Bertha?"

"Hana merupakan sahabat ku saat kami berada di bangku universitas! dia sempat meminta pekerjaan padaku! tapi dia tak memiliki skill apapun! jadi-, dia menerima tawaran ku untuk membantu mu dalam memulihkan kondisi kesehatan alat vital mu, honey! kebetulan diriku sempat curhat padanya tentang kecelakaan yang kau alami! dan yaa ..., diriku menceritakan semua keluh kesah ku padanya karena aku berpikir dia memang sahabat yang tulus jika dilihat dari wajah polosnya! tapi ternyata??? dia memanfaatkan keadaan, dia sungguh pandai dalam menggoda seorang pria! jadi aku terpaksa menerima bantuan nya! meskipun diriku harus mengeluarkan biaya yang cukup besar sebagai imbalan! benar begitu kan, Hana?"

"Raya ..., aku sungguh tak percaya kau bisa melakukan hal ini padaku! hidup yang ku jalani memang tidak selalu mudah seperti mu, tapi sedikitpun aku tak pernah memiliki niat untuk mengkhianati mu, Raya! " Hana berbicara dengan terbata, ia mencoba menahan air mata yang hampir jatuh karena rasa sesak di dalam dada.

"Benarkah? lalu kenapa kau masih saja bersedia untuk ditiduri dan berhubungan intim dengan Edward, padahal kau tahu betul bahwa dia suamiku Hana!" teriakan Bertha seketika membuat beberapa pengunjung cafe yang lain mengalihkan atensi dan menatap Hana.