Kematian sang kekasih membuat Anna memutuskan untuk mengasingkan dirinya di tempat yang sangat jauh dari negaranya. Ia berdiri di ujung tebing curam sambil melihat ke dalam lembah itu tanpa rasa takut sedikitpun.
Sepasang kekasih yang sedang melakukan selfie menangkap gambar Anna sebagai background dari foto mereka karena berada di seberang di tempat mereka melakukan selfie.
Yang menyadari keberadaan Agatha hanya pria tampan sedangkan kekasihnya tidak. Pria tampan yang bernama Wira itu membalikkan tubuhnya untuk memastikan apa yang dilihat di kameranya bukan mahluk jadi-jadian.
Namun sang gadis berjalan pulang kembali ke villanya dan sempat terlihat oleh Wira yang begitu penasaran dengan Anna.
Siapa sebenarnya Anna? mengapa dia selalu mendatangi tebing curam itu? apakah Wira rela meninggalkan kekasihnya demi mencari siapa sosok Anna yang telah mencuri perhatiannya?
"Ayo kita ikuti bagaimana pertemuan Wira dan Anna selanjutnya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Mengingkarinya
Awalnya Anna tersentak mendengar pengakuan Wira yang mengetahui segalanya tentang hubungan mereka di masa lalu. Namum semenit kemudian Anna mengembalikan pikirannya untuk tidak termakan dengan kicauan Wira.
"Tidak heran kamu bisa bicara begitu karena kamu begitu pintar mengumpulkan semua informasi mengenai pasienmu. Tolong jangan becanda untuk suatu yang sangat penting kerena itu sangat tidak lucu didengar dokter," balas Anna sengit.
"Anna. Tolong dengarkan aku...! Aku hanya ingin kamu percaya dulu perkataanku. Bukan tentang apa yang kamu lihat selama kita dekat. Aku suamimu, Zidan. Aku hilang ingatan makanya aku tidak mengenalmu dan wajahku....-"
"Cukuppp....! aku tidak mau dengar kelanjutannya. Kamu bukan Zidan. Kamu jelas-jelas bukan suamiku. Bagaimana mungkin wajah suamiku berubah setelah lama menghilang? Siapa yang kamu ingin bodohi, dokter? Bukan begini caranya menyembuhkan aku.
Aku benar-benar kecewa padamu, dokter. Sekarang pulanglah..! Kamu bisa sakit dan masuk angin. Aku harus masuk. Ini sudah larut malam. Tidak enak dilihat tetangga," ucap Anna yang langsung berlari menerjang hujan yang makin bertambah deras diikuti petir yang menggelegar.
"Anna tunggu...!" pekik Wira mengejar Anna sampai di depan pintu pagar rumah Anna. Namun Anna meminta satpam untuk melarang Wira masuk.
"Anna. Kenapa kamu tidak percaya padaku. Jika kamu mencintaiku, pasti kamu tidak terkecoh dengan wajah sialan ini," maki Wira yang tidak bisa meyakinkan istrinya atas perubahan wajahnya.
Wira kembali ke mobilnya dan segera meninggalkan kediaman Anna. Ia tidak mempedulikan bajunya yang basah. Rasa kecewanya pada Anna yang tidak mau mendengarkannya.
"Baiklah Anna. Setelah urusan aku dan keluarga angkat ku selesai, kita harus kembali bersama apapun yang terjadi karena kamu adalah istriku yang sah.
Mobil berwarna merah itu meluncur cepat ke arah kediamannya. Namun, ditengah perjalanan ia ingat tentang rumah yang ia sebutkan di bagian maharnya untuk Anna. Wira menekan pedal rem mobilnya secara mendadak karena baru ingat akan rumahnya.
"Kenapa aku harus pulang ke rumah yang bukan rumahku? Bukankah aku punya rumah sendiri? Yah. Lebih baik aku pulang ke rumahku saja. Aku rasa rumah itu tidak ada penghuninya di sana, bukan?
Tapi bagaimana cara aku masuk ke sana? Aku tidak punya kunci pagarnya? Tapi, bukankah kunci pagar itu menggunakan sandi?" Wira girang sendiri karena dia juga ingat dengan nomor sandinya.
"Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya aku ingat semuanya." Wira mengambil jalur menuju Jakarta pusat di mana rumahnya berada di kawasan Menteng Jakarta pusat.
Setibanya di depan mansion mewah itu, lagi-lagi Wira terlihat sangat sedih karena mansion itu tidak terawat dengan baik.
"Apakah mereka semua melupakan aku hingga tempat tinggal ku dibiarkan terbengkalai seperti itu? Aku akan meminta para OB rumah sakit untuk membersihkannya besok. Setidaknya aku mau menginap di sini malam ini sambil melihat keadaan rumahku di dalamnya." Wira turun dari mobilnya untuk membuka pagar.
Ternyata tidak ada yang menggantikan kode keamanan pada pintu pagar itu. Wira berhasil membukanya lalu pintu itu terbuka secara otomatis. Wira kembali ke dalam mobil dan memasukkan mobilnya ke dalam garansi.
Wira mengambil ponselnya sebagai alat bantu untuk menerangi tempat itu. Ia menuju tempat meteran listrik untuk menyalakannya. Dalam sekejap semua lampu yang ada di luar menyala. Wira mengucapkan salam seraya membuka pintu utama. Saat pintu dibuka, secara otomatis lampu yang ada di setiap ruangan ikut menyala.
Tanpa melihat tempat lainnya, Wira langsung masuk ke kamarnya. Tidak ada yang berubah di dalam kamar itu. Semuanya tetap ditempatnya masing-masing. Wira masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dibawah air shower.
Beberapa saat kemudian ia sudah mengenakan piyama tidurnya. Ia mengganti sendiri seprei dan selimut serta sarung bantal karena yang lama sudah dihuni debu halus.
"Sebaiknya aku tidur dan memikirkan lagi langkah selanjutnya untuk memperbaiki segalanya." Wira membaca doa sambil memejamkan matanya.
Tidak butuh waktu lama, Wira sudah terlelap dibawah selimut yang menghangatkan tubuhnya. Ia sengaja tidak ingin menyalakan AC karena kuatir AC kamar itu belum pernah dibersihkan selama dirinya menghilang.
...----------------...
Pagi tiba. Yang ada dibenak Wira saat ini bukan ingin berangkat ke rumah sakit melainkan dia ingin melihat perusahaan miliknya.
Entah siapa yang mengelola perusahaannya itu saat ini mengingat ayahnya juga punya perusahaan sendiri. Kini Wira sudah rapi dengan mengenakan pakaiannya sendiri yang ada di ruang ganti.
Bahkan barang-barang mahal miliknya yang ada di dalam ruang ganti itu tidak bergeser. Masih sama seperti disaat ia tinggalkan tiga tahun yang lalu.
"Berarti Anna belum pernah menginjakkan kakinya di rumah ini setelah kami menikah. Buktinya tidak ada satu barang miliknya ada di kamar ini," gumam Wira yang terlihat sangat sedih memikirkan lagi penolakan Anna pada dirinya yang membuatnya sangat sakit.
"Ya Allah. Sampai kapan misteri hidupku akan tersingkap. Aku sangat merindukan istriku, Anna. Aku bahkan belum menyentuhnya sama sekali," ucap Wira sedih.
Wira keluar dari kamarnya dan bergegas menuju mobilnya. Ia tidak berani menggunakan mobil pribadi miliknya yang ada berjajar di garasi itu karena identitasnya sudah berganti.
"Bisa-bisa aku dihakimi massa dikira aku maling mobil walaupun itu milik pribadiku." Wira geli sendiri memikirkan hal itu.
Baru saja pintu pagar terbuka, di luar sana sudah berdiri mantan penjaga rumahnya yaitu pak Haris dan istrinya yang dulu adalah baby sitter nya. Suami istri itu memang mantan pelayan di kediaman kedua orangtuanya.
Saat Wira memiliki mansion sendiri, pasangan suami istri itu bekerja di rumahnya walaupun keduanya tinggal tidak jauh dari tempat tinggalnya Wira. Wira segera turun dari mobilnya dan menyapa pak Haris dengan tenang.
"Assalamualaikum pak Haris..!" sapa Wira hendak Salim namun pak Haris menarik tangannya karena Zidan tidak pernah mencium tangannya.
"Maaf tuan. Anda ini siapa ya? Apakah anda yang membeli rumah ini?" tanya pak Haris kental dengan logat Sunda nya.
"Saya adalah Zidan dengan wajah orang lain. Maafkan saya pak Haris, Bu Vanya karena hanya tidak bisa menjelaskan pada kalian lebih mendetail.
Tolong minggir pak karena saya harus berangkat ke perusahaan," ucap Wira lalu kembali lagi ke mobilnya setelah berpamitan dengan pasangan suami istri itu.
Hingga mobil itu menjauh, pasangan suami-isteri itu masih menatap bingung setelah mendengar ucapan Wira.
"Dia adalah Zidan dengan wajah orang lain? Maksudnya apa ya Bu?" tanya pak Haris pada istrinya yang sedang berpikir keras saat ini.
"Mungkin saat kecelakaan itu, wajah tuan muda Zidan rusak lalu melakukan operasi plastik dan hasilnya menjadi wajah yang berbeda tidak sesuai dengan wajah aslinya lagi.
Tapi, tuan Zidan terlihat lebih sopan dan lebih tampan dari wajah yang sebelumnya. Aku malah lebih senang melihat perubahan wajahnya Zidan yang sekarang ini," ucap Bu Vanya.
"Ih ibu jadi genit sih...!" omel pak Haris.
"Tidak juga. Apa salahnya mengagumi ciptaan Allah yang bisa membuat rupawan orang sempurna," puji nyonya Vanya.
Setibanya di perusahaannya, Wira menyalami bagian sekuriti karena mereka juga pernah menyalahkan dirinya sendiri.
"Mau cari siapa Tuan," cegat pak satpam.
"Apakah anda sudah buat janji dengan Nyonya Eni?" tanya satpam itu.
"Sudah. Biarkan aku saja yang menemui langsung nyonya Eni...!" Wira masuk ke dalam perusahaannya mengundang banyak karyawan memperhatikan dirinya.
memang cinta itu buta bisa membuat orang jadi jahat ataupun sebaliknya menjadi lebih baik.
dan kamu Zidan lebih baik cepat berterus terang kepada anna