Muara Cinta

Muak sekali rasanya melihat bagaimana Gia Kehilangan nyalinya wanita itu pasti tidak pernah menyangka bahwa kakaknya menghadirkan orang-orang saksi mata, kisahnya satu tahun yang lalu.

Dia juga pastinya tidak menyangka jika kakaknya mengenal pemilik hotel tempatnya mengelabuhi Andri.

Gavin juga tidak membuang waktu, setelah dokter memeriksa keadaan Gia, Gavin gegas terbang menyusul di mana pamannya saat ini berada.

Gavin benar-benar senang melihat kesombongan di wajah pamannya luntur tak bersisa, pria itu bahkan tidak berani menoleh ke arah orang-orang yang dibawa ataupun menatap Gavin langsung.

Gavin yakin sang Paman pasti tengah sibuk dengan pikirannya sendiri, tengah gugup dan sibuk bertanya-tanya tentang banyak hal. Terutama ketakutannya pada sang istri.

Gunawan adalah salah satu orang yang tentunya tahu mengenai apa yang tengah Gavin rencanakan. Dulu dia adalah sahabat dekat Gavin. Dia pria yang baik yang bersedia membantu Gavin walaupun sebenarnya itu bertolak belakang dengan sumpah profesi dan kepribadiannya yang tulus.

Akhirnya Gunawan bersedia membantunya. Gavin sangat berterima kasih, tentu saja apa yang sudah dilakukan oleh Gunawan tidak akan Gavin lupakan.

Tapi tentunya Gavin sadar diri, tidak ada yang gratis di dunia ini dan Gavin selalu memegang teguh prinsip itu dia akan membayar kebaikan dan loyalitas Gunawan dengan bayaran yang setimpal.

*****

"Masih panas, Mas! " Andara merebut sendok yang akan masuk ke dalam mulut Andri, Andara agak kesal melihat Andri yang tidak peka, padahal mie itu masih sangat panas.

Tidak hanya sendok, Andara juga mengambil mangkuk yang berada di pangkuan Andri beserta nampan-nampannya.

Dalam kesadarannya yang juga tidak terlalu penuh akibat sakit kepala Andri dapat mencium aroma tubuh Andara dengan sangat jelas dari kedekatan mereka saat ini. Aroma manis yang sebenarnya sudah sangat lama ia rindukan.

Rumah tangga mereka pernah ada dalam fase yang sangat baik, mereka pernah menjadi pasangan yang cukup akur dan saling melengkapi.

Hingga akhirnya badai perpecahan melanda dan membuat Andara meninggalkan Andri, bahkan memilih untuk pisah ranjang.

Andara terlalu marah pada Andri dan memilih memisahkan diri jelas itu adalah keputusan yang terkadang di sesali oleh Andri, pernikahan mereka benar-benar sulit untuk diselamatkan.

Padahal hanya bersamaan Andara Andri merasa tenang, hidupnya terarah, ia punya tujuan yang jelas Andara bisa membuatnya berhasil dalam mendapatkan apapun. Tapi lagi-lagi Andri harus mengakui bahwa nafsu yang menghancurkan semua yang pada awalnya berjalan dengan sangat baik.

Gia sempat mengatakan pada Andri bahwa Andara memilih bertahan mungkin hanya karena harta, wanita itu juga sempat menyarankan Andri untuk mulai membatasi akses Andara pada keuangan Andri karena menganggap istri sah dari suaminya itu terlalu banyak mengatur dan sok menguasai.

Tentunya Andri tidak akan pernah melakukan hal itu, Andara adalah istri sahnya, sejak awal menikah Andri sudah mulai mengubah seluruh nama kepemilikan dari aset yang ia miliki menjadi atas nama Andara, meskipun pada kenyataannya aset itu tidak ada karena sebagai seorang direktur dia hanya memiliki mobil serta rumah yang ia bangun dari gaji yang diatur oleh Andara.

Karena pada dasarnya bagi Andri semua yang ia miliki juga milik Andara tidak ada yang bisa mengganggu dan menggugat hal itu termasuk orang tuanya.

Andara terlihat meniupkan mie tersebut sebelum disodorkan ke mulut Andri, pria itu merasa senang. Sudah lama sekali rasanya Andara tidak sedekat ini dengannya.

Andara wangi sekali, pikir Andri. Dia suka, jika diingat-ingat Andri sudah lupa kapan terakhir kali mereka benar-benar menikmati momen bersama.

Andri menerima suapan Andara dengan sukacita, terserahlah apa rencana Andara. Bahkan jika wanita itu ingin meracuninya Andri tidak perduli. Andara bisa melakukan apapun pada Andri pria itu tidak akan mencegahnya.

Satu hal yang tidak akan pernah Andri izinkan untuk Andara lakukan adalah berpisah darinya. Tidak, Andri tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Auh!" Andara mengaduh ketika tiba-tiba perutnya kram.

Reflek Andri meraih tangan Andara dengan tatapan khawatir.

"Ra .." panggilnya lembut.

Andara menatap Andri, kemudian ringisan diwajahnya hilang.

"A-aku nggak papa!" ucap Andara ingin melepas tangannya.

"Apa yang sakit?" tanya Andri masih dengan tatapan khawatir.

"Nggak ada!" dusta Andara. " Makan lagi, ini sudah mulai dingin."

"Bilang sama saya Ra, apa yang sakit. Apa perut kamu sakit?" Andri tidak menyerah.

"Jika aku bilang tidak, ya tidak!"

Melihat Andara yang bersikeras, entah mengapa semakin membuat kekhawatiran Andri bertambah.

Deg!

Andara membatu ketika tiba-tiba Andri sudah berlutut di hadapan dengan bibirnya yang menempel di atas perut Andara yang tertutup oleh baju rajut.

"Sayang, jangan nakal ya nak! Kasihan ibu, dia jadi sakit."

Andara ingin sekali mendorong Andri, akan tetapi bersama dengan usapan lembut tangan Andri di permukaan perutnya rasa nyeri itu perlahan juga memudar hingga kram itu benar-benar tidak terasa lagi.

"Apa masih sakit?" Andri mendongak dari tempatnya.

Andara menelan ludahnya sendiri, ingin marah tapi tidak bisa, ingin benci tapi hati rindu, ingin memeluk pria itu tapi dia sadar bahwa hubungan mereka akan segera berakhir, akhirnya yang Andara lakukan hanya menahan semuanya.

"Agak mendingan."

"Sering nyeri ya?"

"Nggak! Kan, aku juga baru tahu hamil beberapa hari ini."

"Ra, tolong maafkan, saya."

Di setiap ada kesempatan Andri tidak pernah membuang-buang waktu untuk meminta maaf, dia berharap suatu hari nanti Andara akan membuka pintu maaf untuknya.

"Makanlah, aku ingin istirahat di kamarku."

Andri tidak mencegah kepergian Andara. Matanya menatap nampan yang diletakkan Andara di atas ranjang.

Meskipun nafsu makannya telah hilang, Andri tidak mau menyia-nyiakan makanan yang sudah di buat Andara.

...****************...

"Katakan dengan jujur, apa anak yang dikandung Gia itu anakmu?" Gavin mencengkram kerah baju pamannya.

"Dia juga melakukannya dengan pria itu." bantah Tonny.

"Kau menyangkalnya SIALAN!! Apa kau juga yang memintanya untuk aborsi??" Gavin benar-benar ingin membunuh pria yang ada dihadapannya ini.

"Dia datang padaku dan merengek kesepian, aku hanya membuatnya senang dengan caraku,"

"Aku tanya apa Kau yang memintanya ABORSI SIALAN!!!"

Satu buah bogem mentah Gavin hadiahkan di rahang bawah Tonny.

Yang Gavin tidak tau adalah, Gia stres karena setelah tahu dirinya hamil, Anthonny berubah sikap padanya, laki-laki itu jarang mau meladeninya, Anthonny beberapa kali mengacuhkan Gia, Gia yang tidak biasa diperlukan seperti itu tentu marah.

Jika selama ini Andri cuek dia tidak keberatan karena ada Anthonny yang memiliki sejuta perhatian padanya, tapi ketika di acuhkan pada pria yang membuatnya tergila-gila Gia kehilangan arah. Wanita muda itu berpikir jika dia tidak hamil mungkin Anthonny akan kembali perhatian padanya.

Dan itu terjadi, sat melihat Gia pendarahan, Anthonny orang pertama yang langsung sigap menggendongnya membawanya ke rumah sakit.

"Aku tidak memintanya ABORSI, untuk apa aku lakukan, jikapun dia hamil, dia juga memiliki suami yang akan menjadi ayah anak itu nantinya!!"

Ternyata ini alasan Anthonny memaksa Gia agar mempublikasikan Andri, antisipasi jika suatu hari nanti ada kejadian seperti ini dia bisa cuci tangan. Luar biasa!!