Tidak perlu pusing untuk mendapatkan wanita cantik jika memiliki banyak uang.
Belikan saja semua yang mereka mau dan mereka pun memberikan yang kumau.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richieus El Velerira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Saat ini, aku sedang duduk di salah satu bangku taman kota setelah ketemuan dengan Meilani.
"Akhirnya ketemu juga kau!" ucap seseorang yang sudah lama tidak ku lihat.
"K-Kak Ririn?" ucapku terkejut. "Bukankah kamu sibuk belajar di luar negeri?"
Kak Ririn langsung merangkul leherku dan memoles kepalaku dengan gemas.
"Adik bodoh! Kenapa tak bilang kalau dirimu diusir oleh ibuku setelah ayah kita meninggal?" ucapnya sambil menatapku dengan penuh kasih sayang.
Aku terdiam sejenak, tidak menyangka Kak Ririn bisa tahu tentang keadaanku yang sebenarnya.
"Maaf Kak, aku pikir tidak perlu memberitahumu. Aku juga tidak ingin merepotkanmu," ucapku pelan.
Kak Ririn menggelengkan kepala dengan lembut. "Kamu adalah adikku, tentu saja aku peduli. Aku akan membantumu, jadi jangan khawatir."
Kak Ririn adalah salah satu saudara angkatku di keluarga Pratama. Ia memiliki sifat dan karakter yang mirip seperti mendiang ayah angkatku. Ayah dan Kak Ririn inilah yang selalu bisa menerima dan menyayangiku dengan tulus di keluarga Pratama. Berbeda dengan ibu dan adik-adik angkatku yang menganggapku sebagai orang yang tak diinginkan.
"Sekarang, ceritakan padaku apa yang terjadi, adikku," pinta Kak Ririn sambil menggandeng tanganku.
Aku pun mulai bercerita tentang semua yang telah terjadi dalam hidupku setelah kepergian ayah angkatku. Tentang bagaimana ibu angkatku berubah dan akhirnya mengusirku dari rumah. Tentang bagaimana aku harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup di jalanan.
Kak Ririn mendengarkan semua ceritaku dengan penuh perhatian dan empati. Ia juga memberiku dukungan dan motivasi agar aku tetap kuat dan tidak menyerah dalam menghadapi segala cobaan hidup.
"Kamu tidak sendiri, adikku. Mulai sekarang, aku akan selalu ada untukmu," ucap Kak Ririn sambil mengusap punggungku dengan lembut.
Aku merasa begitu terharu dan bersyukur memiliki Kak Ririn dalam hidupku.
Pada akhirnya, aku menyadari bahwa keluarga bukanlah tentang darah daging, tapi tentang orang-orang yang selalu peduli dan menyayangi kita dengan tulus. Dan Kak Ririn adalah salah satu orang yang selalu ada untukku, tanpa mengenal batas darah. Dengan berat hati, aku pun merasa bersyukur atas keberadaannya dalam hidupku.
"Sekarang aku sudah menemukan keluarga asliku dan tidak ingin kembali ke keluarga Pratama," ucapku menolak ajakannya untuk kembali.
"Sayang sekali, padahal kakak sangat rindu untuk bisa berkumpul lagi denganmu di rumah," ucapnya tampak kecewa.
Kebetulan, aku baru saja membeli rumah baru berkat uang penghasilan dari perusahaan film, agensi, dan tim E-Sport Melly yang memenangkan beberapa kejuaraan dalam negeri seperti Piala Presiden.
Uang ini berbeda dengan Saldo Pribadi atau Saldo Sistem dan aku juga bebas menghabiskannya.
Aku pun mengajak Kak Ririn untuk berkunjung ke rumah baruku yang baru saja aku beli.
"Kak, kenapa tidak tinggal bersamaku saja di rumah baru ini? Aku sangat senang jika bisa bersama dengan Kak Ririn," ajakku dengan penuh harap.
Kak Ririn terkejut mendengar ajakan dariku, namun akhirnya ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, adikku. Aku akan sangat senang tinggal bersamamu di rumah baru ini."
Tiba-tiba, aku terpikirkan ide untuk mewujudkan keinginan kakakku yang mencintai dunia otomotif. Dengan uang triliunan di saldo pribadiku, aku bisa membelikan Kak Ririn mobil impian yang selama ini ia idam-idamkan.
"Ayo, Kak. Mari kita pergi ke dealer mobil untuk memilih mobil impianmu," ajakku dengan penuh semangat.
Kak Ririn terkejut dan sangat senang mendengar ajakan dariku. Setelah berdiskusi dan mencari informasi lebih lanjut, akhirnya Kak Ririn memilih mobil sport yang sangat elegan dan mewah.
...[Ding][Tingkat kesukaan Ririn 120%♥️]...
"Dahulu, aku hanya bisa memimpikan memiliki mobil seperti ini. Terima kasih banyak, adikku. Aku sangat bersyukur memiliki adik sepertimu," ucap Kak Ririn sambil memelukku erat.
"Sadarlah, Rian. Kak Ririn itu adalah wanita yang sudah kau anggap sebagai saudari kandungmu. Indikator tingkat kesukaannya yang melebihi 100% mungkin karena ia mencintai dan menyayangimu dengan tulus sebagai keluarga!" ucapku pada diriku sendiri dalam hati.
Aku jadi teringat sewaktu dulu saat masih tinggal di keluarga Pratama. Aku dan Kak Ririn sudah biasa mandi dan tidur bersama. Meski begitu, dulu aku menganggap bahwa hal itu adalah sesuatu yang wajar dilakukan sebagai saudara.
Setelah membeli mobil, kami pun sibuk mengurus kepindahannya ke rumah baruku. Awalnya semua berjalan biasa saja, tapi akhirnya hal yang aku khawatirkan benar-benar terjadi.
"K-Kak Ririn, k-kenapa kau masuk ke sini?" tanyaku terkejut melihatnya datang saat aku sedang berendam di bak mandi.
"Sudah lama kita tak mandi bersama," jawabnya seraya melepas lilitan handuknya dan ikut masuk ke dalam bak mandi.
"Kak, kita bukan anak kecil lagi. Apa kakak tidak merasa malu denganku?" tanyaku heran.
Kak Ririn tidak menjawab, melainkan langsung merangkulku. Sebagai lelaki normal, tambah aku sudah tahu kami tidak memiliki ikatan darah, aku pun tak menahan diri dan melayaninya.
Kami pun mulai saling merangkul, mencium, dan akhirnya melakukan hubungan lebih liar lagi di dalam bak mandi. Meskipun itu terjadi, aku bisa merasakan bahwa Kak Ririn melakukan itu dengan kasih sayang, bukan karena keinginan untuk bersenang-senang semata.
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]
Setelah itu, aku merasa campur aduk. Aku tidak tahu harus merasa senang atau marah. Namun, aku tidak bisa membantah bahwa aku merasa bahagia bisa merasakan kasih sayang dari Kak Ririn seperti itu.
Mungkin memang benar kataku tadi, bahwa Kak Ririn telah menjadi bagian dari keluargaku yang sebenarnya. Dan aku merasa bersyukur memiliki seorang kakak sepertinya.
Meski mungkin akan sulit bagi beberapa orang untuk memahami hubungan kami, aku yakin bahwa apa yang kami miliki adalah kasih sayang yang tulus dan kebahagiaan yang sejati.
Setelah diingat-ingat, Kak Ririn bukan pertama kalinya melakukan hal seperti ini. Aku mulai ingat bahwa dulu ia suka melakukan hal-hal 'nakal' yang baru aku pahami sekarang.
Bukan hanya apa yang telah terjadi di kamar mandi, tapi kejadian di kamar tidur juga mungkin bukan suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh saudara, meskipun kami bukan saudara kandung.
"Kak Rin, sekarang aku sudah ingat. Apakah kejadian waktu di malam itu benar-benar ..."
Aku benar-benar ragu untuk mengatakannya, tapi Kak Ririn langsung tersenyum.
"Benar, Ian. Waktu itu, kamu adalah orang yang telah mengambil hal paling berhargaku sebagai seorang wanita," jawab Kak Ririn tampak tidak marah atau keberatan dengan hal tersebut.
Aku jadi merasa bersalah, meskipun itu sebenarnya terjadi karena ulahnya dia juga.
"Tidak usah kau pikirkan lagi, Ian. Tapi, mulai dari sekarang, aku akan menggantungkan seluruh hidupku kepadamu dan memintamu mengurus segalanya untukku" tegas Kak Ririn.
Dengan kata lain, Kak Ririn ingin menjalani hidup tanpa harus terbebani apapun dan menyerahkan semua urusannya padaku. Ia tidak ingin bekerja atau melakukan apapun selain menikmati hidup tanpa harus memikirkan segala hal yang rumit.
Dan sebagai seorang pria yang menyayanginya, aku harus menerima tanggung jawab itu dengan tulus.
[Ding][Jadikan Ririn sebagai istrimu]
[Hadiah : 500 Juta SP]
[Denda menolak misi : 1 Miliar SP]
"Hah? Kenapa sekarang ada denda segala?"
Bersambung.