Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Nggak peduli mama tahu dari mana. Mama nggak mau besok mantu mama nggak bisa jalan lagi karena ulah kamu. Jadi Aisyah tidur sama mama malam ini." tegas lagi mama Vina dan langsung menarik tangan Aisyah kemudian menutup pintu lalu menguncinya.
Brakk..
Abi tak bisa lagi berontak. Hanya bisa terdiam berdiri di depan pintu kamar Aisyah lemas. Mau tidak mau dirinya harus menuruti perintah sang mama untuk tidur di kamar tamu dengan papanya. Di tatapnya pintu kamar dengan lekat dan melangkah menuju kamar tamu.
***
Kini Abi sudah berbaring dikasur bersama papa Adam di kamar tamu. Namun karena suara dengkuran papa Adam yang begitu keras membuat Abi tak bisa tidur dengan pulas. Abi memutuskan untuk keluar dari kamar dan menuju kamarnya yang bersama Aisyah. Tanpa mengetuk pintu, Abi mencoba membuka gagang pintu dengan perlahan. Namun usahanya sia-sia, pintu kamar Aisyah terkunci rapat karena ulah mama Vina.
Abi yang tak tahu harus bagaimana lagi, akhirnya menyerah dan duduk bersandar di depan pintu. Hanya beberapa jam tanpa Aisyah membuat dirinya seakan tak bernyawa.
Kini dirinya mulai duduk menatap ke sembarang arah dengan tatapan sendu. Abi yang sudah tak sanggup menahan kantuk memilih untuk menutup matanya meski harus duduk di lantai.
***
Jam dua malam Aisyah terbangun, dengan membuka matanya yang sayu perlahan ia menatap ke arah samping, di lihatnya mama Vina masih tidur dengan pulasnya. Aisyah bangkit dengan perlahan beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah selesai berwudhu, kemudian Aisyah melaksanakan sholat malam dengan begitu khusuk tanpa gangguan.
Selesai sholat, Aisyah bersiap memakai pakaian lengkap dengan cadarnya. Ia akan pergi menuju dapur karena ingin menyiapkan beberapa makanan untuk kedua orangtuanya di perjalanan menuju jakarta nanti. Aisyah melangkah menuju pintu lalu membukanya dan..
Brugh..
Aisyah sangat terkejut, ia menutup mulut dengan dua telapak tangannya saat membuka pintu.
"Astaghfirullah.. Mas Abi.."
Abi yang terjatuh langsung membuka matanya dan melihat ternyata Aisyah yang membuka pintunya. Abi yang sudah sadar segera menaruh jari telunjuk di bibirnya agar Aisyah tidak berteriak.
"Sstt.."
Abi kemudian bangkit dan menarik tangan Aisyah perlahan lalu menutup pintunya dengan sangat pelan agar mama Vina tidak terbangun.
"Aisyah.."
Abi yang melihat Aisyah sudah berada di hadapannya dengan cepat memeluk istrinya begitu erat. Seakan sudah sepuluh tahun tak bertemu. Aisyah yang mendapat perlakuan seperti itu mengernyitkan dahinya heran.
"Mas Abi kenapa tidur di sini ?" tanya Aisyah yang masih dalam dekapan Abimana.
"Aku sangat merindukanmu.. Aku nggak mau kehilangan kamu sayang." sahut Abi tidak melepaskan pelukannya.
"Tapi Ais nggak kemana-mana, Ais kan disini. Dirumah Abah bersama mas Abi." kata Ais yang menganggap suaminya berlebihan.
Abi yang mendengar perkataan Aisyah baru sadar. Bahwa dirinya masih berada di satu atap yang sama. Abi kemudian melepas pelukannya dan menatap Aisyah lekat.
"Entahlah Aisyah, tanpamu meski hanya beberapa menit saja seakan tak bertemu selama beberapa tahun. Aku sangat takut kehilanganmu Aisyah, mungkin aku sudah sangat mencintaimu." kata Abi merasa heran dengan dirinya sendiri.
"Mas, Ais nggak akan kemana-mana. Dimanapun mas Abi berada, Ais akan selalu ada di samping mas Abi." jelas Aisyah menyentuh pipi Abimana dengan lembut.
Kini keduanya saling berpelukan terbawa suasana sampai tak melihat ada pasang mata yang sedari tadi menatap mereka berdua.
"Ehem.."
Aisyah dan Abi yang mendengar ada suara segera melepaskan pelukannya, dan melihat ke arah sumber suara. Ternyata Ibrahim yang berada disana membuat keduanya merasa malu.
"Maaf, kalian kan sudah suami istri. Jika ingin berpelukan, pergilah ke kamar. Jangan di luar kamar. Jika selain aku yang melihat, kalian akan lebih malu." nasehat Ibrahim yang lagi-lagi memergoki mereka berdua berpelukan di luar kamar.
"Maaf, bukan maksudku seperti itu. Tapi mamaku melarangku tidur bersama Aisyah malam ini."
Mendengar penjelasan Abimana, Ibrahim merasa heran. Bagaimana bisa orangtua memisahkan dan melarang suami istri tidur satu kamar?
"Apapun alasannya, kalian tetap tidak pantas berpelukan di luar ruang privasi. Dirumah ini bukan cuma kalian yang tinggal." kesal Ibrahim.
"Maaf bang, Ais nggak akan melakukannya lagi." sahut Aisyah menunduk karena tahu sifat ibrahim tidak bisa di bantah.
Ibrahim yang sudah mendengar jawaban Aisyah berlalu pergi ke lantai bawah untuk melaksanakan sholat tahajud di mushola dalam rumahnya. Tak peduli mereka berdua yang masih berdiri terpaku tanpa kata.
***
Kini jam sudah menunjukkan jam empat pagi. Semuanya mulai bersiap untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah dirumah. Karena jam lima pagi orangtua mereka akan berangkat menuju jakarta dengan segera.
Selesai sholat subuh Aisyah tak lupa menyiapkan beberapa kotak makan untuk kedua orangtuanya dan orangtua Abimana. Agar tidak kelaparan saat dalam perjalanan nanti. Aisyah yang sudah menyiapkan semuanya kini menghampiri Umi Nisa yang sedang sibuk menyiapkan beberapa barang suaminya agar tidak ada yang terlupa.
"Ini Umi, Ais sudah siapin makanan untuk Abah, bang Ibra dan Umi selama perjalanan nanti." kata Aisyah menyerahkan tiga kotak makan pada sang Umi dan di balas senyuman oleh Umi Nisa.
"Terimakasih sayang.." sahut Umi Nisa mengusap pipi Aisyah dengan lembut.
Aisyah kemudian menghampiri mama Vina yang sedang menyiapkan koper di ruang keluarga.
"Mama, ini Ais sudah siapkan kotak makan untuk mama dan papa selama perjalanan. Jangan lupa di makan ya mah ?" kata Aisyah lagi menyerahkan tiga kotak untuk kedua mertuanya dan disambut antusias oleh mama Vina.
"Oooh, terimakasih sayang. Ya ampun jadi ngerepotin mantu mama." sahut mama Vina lalu melihat isi di dalam tasnya.
Namun mama Vina mengernyitkan dahinya karena ada tiga kotak disana. Sedangkan Aisyah hanya bilang kotak makanan ia buatkan untuk dirinya dan suaminya.
"Loh, ini satu lagi untuk siapa Aisyah ?" tanya mama Vina.
"Ah itu untuk supir papa Adam mah. Ais buatkan juga agar tidak kelaparan selama menyetir." sahut Aisyah dengan lembut.
"Ah terimakasih sayang." sahut mama Vina memberi senyum simpulnya.
***
Kini mobil sudah di nyalakan. Sudah waktunya orangtua mereka berangkat untuk ibadah kerumah Allah di mekkah. Aisyah mulai meneteskan airmatanya. Ia berharap kepulangan orangtuanya juga dalam keadaan sehat walafiat tanpa kekurangan satu apapun. Aisyah terus bergelayut manja di lengan Umi Nisa. Seakan berat di tinggalkan oleh nya.
"Ais, Umi kan disana cuma sepuluh hari. Bukan sepuluh tahun nak. Jangan seperti ini, malu di lihat mamanya nak Abi." ucap Umi Nisa yang melihat Aisyah terus menangis di bahu sang Umi. Namun mama Vina hanya mengusap kepala Aisyah dengan lembut.
"Jangan lupa kabari Ais jika sudah sampai Umi. Maaf Ais nggak bisa mengantar Umi ke bandara, karena harus menjaga pesantren." sahut Aisyah dengan suara tangis nya sesenggukan seperti anak kecil.
"Iya sayang nggak apa. Jaga diri baik-baik dirumah. Umi titip rumah dan pesantren." ujar Umi Nisa dengan memberi senyum hangat.
Sedangkan Abah Yusuf, Papa Adam, Ibrahim dan Abimana sudah berkumpul di dekat mobil di tengah halaman.
"Nak Abi, Abah titip Aisyah. Abah juga titip rumah dan pesantren. Jika ada apa-apa segera hubungi Abah." ujar Abah Yusuf pada menantu kesayangannya.
"Iya Bah, Insyaallah Abi akan menjaga Aisyah dengan baik dan semaksimal mungkin." sahut Abi menyalami Abah Yusuf dan papa Adam.
Abah Yusuf yang melihat Umi Nisa dan mama Vina masih di ambang pintu segera memanggilnya. Agar tidak mengulur waktu dan akan terlambat sampai bandara.
"Umi.. Ayo, jangan sampai kita ketinggalan pesawat." dengan setengah berteriak Abah Yusuf memanggil Umi Nisa.
Umi Nisa yang di panggil dengan berat melepas pelukan putri kesayangannya itu.
"Sudah.. Umi pergi dulu yaa.. Ingat jaga diri baik-baik ya nak ?" ujar Umi Nisa dan di angguki oleh Aisyah.
Aisyah kemudian menyalami Umi Nisa dan mama Vina lalu mengantarnya sampai di depan mobil di halaman pesantren. Tak lama mobil sudah berjalan mulai menjauh dari penglihatan Aisyah dan Abi. Aisyah yang masih saja meneteskan air matanya membuat Abi tak tega. Akhirnya ia mencoba untuk menghibur istrinya sekarang yang sedang di landa kesedihan.
"Sabar sayang, kan ada aku disini yang menemani kamu." kata Abi sembari memeluk pinggang Aisyah berjalan menuju rumah.
Tingkah keduanya tak luput dari pandangan para santri dan santriwati disana. Membuat semuanya yang tadinya diam melihat Aisyah mulai ngerumpi membahas anak perempuan dari si pemilik pesantren tersebut.
"Suami Ning Aisyah tampan sekali ya, seperti Artis Turki." ujar salah satu santriwati yang iri melihat Aisyah.
"Jelas lah Ning Aisyah dapet suami tampan. Orang Ning Aisyah nya saja cantik." sahut teman santriwati tersebut.
"Memangnya kamu sudah melihat seperti apa wajah Ning Aisyah ?"
"Sudah, waktu aku di minta Bu Ustadzah Nisa untuk membersihkan kamar Ning Aisyah. Disana aku nggak sengaja melihat Ning Aisyah keluar dari kamar mandi tanpa cadar. Masyaallah, cantiknya spek bidadari tanpa sayap. Apalagi rambutnya, Subhanallah.." ujar santriwati tersebut sembari membayangkan saat pertama kali melihat Aisyah.
"Eh, yakin kamu itu Ning Aisyah ?" tanya lagi santriwati itu seakan tak percaya yang di bicarakan temannya.
"Beneran lah. Sumpah, berani kesamber gledek kalau aku bohong." sahutnya lagi sambil mengacungkan dua jarinya di atas kepalanya.
***
Sedangkan dirumah Aisyah, Abimana terus tersenyum sumringah setelah kepergian kedua orangtuanya. Baginya, tak ada lagi yang akan menghalangi dirinya untuk selalu bersama istri tercintanya itu.
"Sayang, sudah.. Jangan menangis terus." kata Abi yang sudah berada di kamar membujuk Aisyah agar tidak menangis lagi. "Dari pada kamu nangis terus, gimana kalau kita main ?" tambah lagi Abi membuat Aisyah terdiam dan menatapnya heran.
Bagaimana orang sekelas Abimana mengajaknya bermain seperti anak kecil ? Aisyah yang penasaran tak mengerti maksud suaminya kemudian bertanya.
"Main ? Mas Abi mau main ?" tanya Aisyah tak mengerti maksud Abi.
"Iya main.." sahut Abi lagi membuat Aisyah semakin tak mengerti.
"Main apa ?"
"Main kuda-kudaan." kata Abi tanpa rasa bersalah.
"Mas Abi mau main kuda Aisyah ?" sahut Aisyah yang polos tak tahu arah pembicaraan Abimana.
Abimana menepuk dahinya menyerah, ia kemudian memberi kode dengan mengatupkan kedua tangannya berbentuk seperti orang yang sedang ber-cum-mbu.
"Ih mas Abi apaan sih. Nggak ah, Ais mau masak ajah." Aisyah yang sudah tahu maksud suaminya segera bangkit dari duduknya dan dengan cepat tangannya di tarik oleh Abimana sampai dirinya terjatuh di atas kasur.
"Aaa.. Maass.." Aisyah teriak dengan setengah tertawa saat sudah mendapat kungkungan dari suaminya.
Aisyah yang sudah tak berdaya hanya bisa pasrah dengan perlakuan Abi. Kini keduanya memanfaatkan kepergian orangtuanya beberapa hari kedepan. Abi yang sudah terbebas dari ancaman mama Vina, sekarang mulai memanfaatkan momen indah bersama sang istri tercinta.
...----------------...
Bersambung...
***
Hay para pembaca.. Gimana dengan cerita Abimana dan Aisyah..? Seru nggak..? Semoga kalian semua syuka sama ceritanya yaaa..
jangan lupa kasih jempol dan komen yang positif..
sampai jumpa lagi di up selanjutnya..
see you.. Iloveu sekebon buat kalian semua...
🥰🤗😘
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma