Kevin yang awalnya playboy dan tidak percaya dengan cinta, dan selalu mempermainkan wanita. Hal itu terjadi Karena keluarganya yang hancur. Namun kini kepercayaan itu kembali muncul ketika ada satu wanita yang membuatnya jatuh cinta dengan wanita yang berbeda.
"sejak kapan Lo ada disitu?" Tanya Aura kasar pada sosok paling menyebalkan di depannya itu.
Kevin pun tersenyum miring. "Santai dong! Gue kan cuma nanya! Lo jadi cewek bodoh banget bikin gue tertarik aja." Balas Kevin
Simak terus kisah kelanjutannya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. menjenguk Aura
Menyadari perasaannya yang kembali sedih itu membuat Aura tak suka. Ia pun mengalihkan topik pembicaraannya sama Kevin. Ogah sekali galauin cowok brengsek kayak Riyan.
"Jawab pertanyaan gue Lo ngomong apa aja sama orangtua gue."
Kevin memasukkan satu butir anggur itu ke mulutnya lalu mengunyahnya. "Lo mau jawaban yang mana. Banyak lah yang gue omongin sama orangtua Lo. Soalnya orangtua Lo juga banyak pertanyaan ke gue."
Aura mencebik mendengar hal tersebut. Iya juga sih orangtua pasti khawatir dan orang terdekat pasti yang di tanya lebih dulu.
Namun Aura juga bingung karena ia baru sadar dari pingsannya. Ia mencoba mengingat kejadian awal sampai dirinya bisa masuk rumah sakit. Dan mengapa orangtuanya begitu akrab sama si Kevin?
Kevin menghela nafasnya ketika melihat dahi Aura berkerut dan wajahnya nampak serius memikirkan sesuatu.
"Udah Lo istirahat aja. Lo baru sadar kan? Semuanya aman kok gue nggak bilang yang aneh-aneh." Ucap Kevin terdengar di telinga Aura.
Aura pun mendesis kepalanya kembali sakit. benar perkataan Kevin mending nggak usah di pikirin dulu. Aura yang awalnya duduk kini ia kembali merebahkan tubuhnya pelan-pelan.
Ia memejamkan matanya sejenak berusaha tenang agar kepalanya tak kembali sakit. tapi tetap aja tak bisa, otaknya itu terlalu kepo.
Ia kembali menatap Kevin yang asik memperhatikannya itu. "Siapa yang bawa gue ke rumah sakit? Perasaan gue pingsan di lapangan dan waktu itu ada Riyan. Apa Ri----"
Kevin terkekeh kecil mendengar ucapan Aura. "Berharap kalau dia yang bawa Lo kesini?" Ucap Kevin dengan senyuman smirk.
Aura mencebik. Padahal dia hanya menduga. "CK. Gue serius. Waktu itu gue Lihat cuma dia yang di dekat gue! Ya kalau bukan dia ya nggak masalah malah seneng gue!" Ucapnya melongos menatap ke arah lurus.
"Yaudah." Jawab Kevin cuek. Aura yang melihat itu mengerutkan keningnya melirik sinis Kevin yang menurutnya menyebalkan itu.
"Yaudah Lo pulang Sono. Nggak perlu jenguk gue." Sarkas Aura.
Kevin yang awalnya duduk bersandar di kursi. Kini ia menegakkan tubuhnya lalu menatap menatap serius wajah Aura. "Lo nggak mau berterimakasih sama gue gitu?" Ucapnya.
Aura pun memutar malas bola matanya. "Iya gue sangat berterimakasih sama elo yang udah jengukin gue. Tapi ingat ini semua gara-gara elo!"
Kevin yang mendengar hal itu pun merasa tak terima. "Kenapa gue sih, orang gue nggak melakukan apa-apa kok. Emang mantan Lo aja yang nggak terima lihat Lo sama gue. Dia yang nyakitin Lo, dia yang buat Lo pingsan. BUKAN GUE!" ucap Kevin dengan tegas.
Aura pun menghela nafasnya, debat sama orang kayak Kevin nggak ada habisnya. "Terserah Lo deh." Kevin lagi-lagi tersenyum puas mendengar nya. Lagi-lagi tak ada yang bisa melawannya, mengaturnya, atau menyalahkan nya sekarang. Hahaha itulah Kevin.
Tak lama dari itu tiba-tiba pintu di buka oleh seseorang dan mengalihkan perhatian kedua remaja itu.
Ceklek!
Dan ternyata seorang dokter yang masuk. Kevin pun berdiri dan berpindah tempat agar sang dokter itu bisa memeriksa pasien nya dengan nyaman.
"Maaf ya... Menganggu waktu kalian." Ucap sang dokter. Kevin hanya diam sedangkan Aura hanya tersenyum tipis.
Dokter itu kembali memeriksa tubuh Aura. Tak lama dari itu sang dokter menyampaikan kabar baik untuk Aura bahwa Aura sudah bisa pulang besok sore.
"Tolong hindari makanan pedas dan asam untuk sementara waktu ya. Dan minumlah obat secara teratur." Ucap sang dokter.
"Baik dok. Terimakasih." Balas Aura. Sang dokter pun pamit keluar. Lalu Kevin pun kembali duduk di samping Aura.
Aura duduk di atas brankar lalu ia hendak mengambil air diatas nakas. Kevin yang tau itu pun langsung mengambil gelas di sampingnya dan memberikannya pada Aura.
"Makasih." Ucap Aura dan di balas senyuman tipis oleh Kevin. Aura pun segera meneguk air tersebut.
Klunting!
Ponsel Kevin tiba-tiba berbunyi. Ia pun segera mengeceknya. Dan ternyata ada pesan dari sang papa.
Papa
Pulang sekarang! Papa mau berbicara.
Setelah membaca itu Kevin segera mematikan ponselnya kembali. Tak peduli dengan apa yang di katakan oleh pria paruh baya itu. Kevin sudah tau pasti mau dimarahin. Oke, dia akan pulang tapi nunggu mama Aura datang.
Sedangkan Aura tersenyum miring mengejek Kevin. "Itu pasti pacar Lo kan? Udah Lo pulang Sono." Ucap Aura dengan percaya dirinya.
Kevin pun menertawai sikap Aura. Sok tau banget sih nih cewek. Kayaknya kalau di pacari Bakalan jadi posesif girl. Hahaha seru juga.
"Cemburu Lo?" Ucap Kevin dengan tatapan mata yang memicing.
"Ogah!" Balas Aura judes.
" Jangan benci sama gue ntar naksir. Pacar gue tinggal satu sekarang. Lo pasti mau kan sama gue?" Goda Kevin yang tentunya membuat Aura makin kesal. Dan muka kesal itu membuat Kevin makin gemas.
"Cowok sinting!" Ucap Aura.
Ceklek!
Lagi-lagi pintu di buka. Lalu dua orang perempuan pun masuk. Mereka adalah mama Wila dan Reina sahabat Aura.
Mama Wila tersenyum pada Kevin. Sedangkan Reina Terkejut melihat ada Kevin disini. Nggak mungkin kan nggak ada apa-apa. Pasti si Kevin suka sama si Aura.
"Gimana Vin? Aura ngrepotin kamu nggak?" Tanya Mama Wila meletakkan tas yang berisi baju itu ke atas kursi sofa.
"Nggak dong Tante. Nyenengin malah." Ucap Kevin membuat Reina itu bingung. Akrab banget sama mamanya Aura, apa benar-benar ada hubungannya rahasia diantara mereka.
Reina melirik Aura seolah minta penjelasan pada Aura. Aura yang peka pun hanya mengedikkan kedua bahunya tanda dirinya juga tak tau apa-apa.
Karena sudah ada orang tua Aura, Kevin pun pamit untuk kembali pulang. Sesuai janjinya tadi dengan sang papa yang akan pulang malam ini.
"Eh, Tante. Karena Kevin udah dari tadi dan sekarang ada temannya. Kevin pamit pulang ya."
Tante Wila mengerutkan keningnya. "Loh, kok gitu Vin?"
"Enggak kok Tante. Cuma saya pengen aja ngasih waktu Aura sama temannya. Lagian saya masih ada urusan."
"Hm... Yaudah deh, kalau gitu kamu hati-hati ya Kevin. Terimakasih sudah jagain Aura yang nakal itu." Ucap Tante Wila membuat Aura mendelik. Kok bisa sih ngejelekin anak sendiri.
Kevin pun berpamitan dengan Tante Wila dan Aura setelah itu keluar dari ruangan VVIP itu.
"Ra, kalau gitu kamu ngobrol sama teman kamu ya. Mama mau ngerjain pekerjaan sebentar di taman rumah sakit ini." Ucap mama Wila.
Reina yang mendengar itu pun jadi tak enak. "Loh, nggak papa loh Tante kalau mau disini aja."
"Maaf ya ma, karena Aura pekerjaan mama jadi berantakan pasti." Celetuk Aura yang merasa bersalah.
Mama Wila tetap tersenyum. Bagi dirinya anaknya sama sekali tidak merepotkan. "Nggak apa-apa kok. Ini bukan pekerjaan yang berat. Cuma mau desain baju aja. Siapa tau ditaman dapat inspirasi."
"Yaudah deh ma. Hati-hati ya."
"Iya."
Setelah mama Wila Keluar Aura langsung memberikan rentetan pertanyaan pada Aura. "Eh, siapa yang bawa gue ke rumah sakit Rein?"
"Nyokap gue kok akrab banget sama Kevin?"
"Orang-orang pada heboh sekarang di sekolah. Lo di gendong sama Kevin waktu Lo pingsan. Dan Lo tau apa yang terjadi hari ini?" Ucap Reina serius membuat Aura juga menatap Reina serius.
"Kevin berantem sama Riyan gara-gara Lo."
Aura terkejut habis-habisan.
"Dan kata mama Lo si Kevin itu pacar Lo. Dan dia yang udah biayain semua perawatan Lo dirumah sakit."
Aura membekap mulutnya. Ia terkejut bukan main. Dan tentu saja ia siap marah dengan apa yang telah di lakukan oleh Kevin.
"Tuh cowok anj.....!!!!!!" Umpat Aura tertahan. Karena ia tak boleh teriak di rumah sakit ini.