Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangannya, Rubi terpaksa menikahi Rexa, seorang pria luntang lantung yang baru tadi malam dikenalnya secara tak sengaja. Hal itu terjadi lantaran Rubi tak bisa menghindari pernikahannya yang akan diadakan esok hari.
Sementara pria yang bernama, Rexa, iya iya saja saat Rubi menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengannya selama 31 hari, karena dia tak punya tempat tinggal dan tak memiliki uang sepeser pun.
"Deal, 31 hari kita bercerai!" ucap keduanya saling berjabat tangan.
Bagaimana lika liku rumah tangga yang dijalani oleh dua orang asing selama 31 hari?
Dan siapa sebenarnya, Rexa? pria pengangguran yang sering kali disebut mokondo oleh keluarga Rubi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan uang
Mendengar pengakuan Rexa tentang usianya yang amat sangat muda itu membuat Rubi sungguh shock. Ternyata dirinya menikahi seorang bocah berusia adiknya, Danang. Namun perbedaan fisik antara Danang dan Rexa yang membuat mereka nampak tidak seumuran. Rexa yang tubuhnya jangkung dan besar nampak lebih dewasa dari pada Danang yang tingginya hanya sebatas dada Rexa. Selain itu, wajah Rexa yang ditumbuhi oleh kumis dan jambang tipis pun membuat Rubi mengira usia Rexa sama dengan dirinya.
"Kenapa menatap ku seperti itu? Aneh? ngga percaya? Ck." Rexa berdecak kesal dan membuang muka ke arah lain. Dia pikir jangankan wanita dihadapannya yang baru mengenalinya, papanya yang merawat dirinya dari semenjak dilahirkan saja tidak mempercayai setiap ucapan yang keluar dari mulutnya sampai papanya mencoret namanya dari daftar keluarga, hanya karena lebih mempercayai sebuah fitnah dari istri mudanya dan anak tirinya yang bermuka dua.
Pertanyaan Rexa mengejutkan kediaman Rubi yang tengah menatapnya dengan pikiran melalang buana. Terutama memikirkan tentang usianya yang agak kurang dipercayainya karena fisik Rexa yang tak sinkron dengan usia yang dia sebutkan tadi.
"A-aku akan percaya kalau udah melihat identitas kamu. Jaman sekarang percaya mulut? No no no. Harus ada bukti baru percaya dong," kata Rubi seakan menantang Rexa. Ya, sejak dari pertama bertemu hingga sekarang, Rexa belum pernah menunjukan identitasnya terhadap siapa pun termasuk pada Rubi dengan alasan hilang.
Rexa menghela nafas berat." Kalau aku punya udah ku tunjukan dari kemarin-kemarin," gumamnya. Tatapannya di arahkan ke langit-langit.
Gumaman Rexa bukan sekedar omong kosong. Dia memang tidak memiliki identitas apapun semenjak tragedi penculikan menimpa dirinya. Penculikan yang Rexa yakini didalangi oleh orang-orang bermuka dua yang benar-benar ingin menghilangkan dirinya dari muka bumi. Mereka tak cukup membuat Rexa tersingkirkan dari keluarga William, keluarga kaya raya, tapi juga menginginkan Rexa mati.
Kala itu, sebuah keberuntungan berpihak padanya. Rexa berhasil melarikan diri dari sebuah pulau tempat dimana dirinya akan dieksekusi oleh orang suruhan orang-orang munafik yang kini sedang bersenang-senang diatas penderitaannya.
Rexa bukan tak ingin kembali ke rumahnya dan menceritakan tentang kejahatan orang-orang yang papanya anggap malaikat selama ini. Hanya saja, apa papa nya itu akan mempercayai kata katanya? Apa lagi dia tidak memiliki bukti untuk mengungkap semuanya.
Satu bulan hidup luntang lantung dan berpindah pindah tempat. Hingga sebuah truk yang dia naikin dengan niat sekedar ingin memejamkan matanya sejenak malah membawanya ke sebuah kampung yang kini dimana dirinya dinikahi oleh salah satu penduduk kampung tersebut.
"Apa? Kamu ngomong apa tadi?" Tanya Rubi saat dia mendengar suara remang-remang keluar dari mulut Rexa.
Rexa mengalihkan tatapannya ke arah Rubi.
"Kalau ngga percaya ya udah. Aku ngga akan memaksa kamu untuk percaya sama mulutku. Emang di dunia ini ngga ada yang bisa mempercayai mulutku ini. Jadi sekarang terserah kamu aja."
Rubi terdiam dengan sorot mata yang memperhatikan gerak gerik Rexa. Pria itu merebahkan tubuhnya kembali dan tidur meringkuk.
"Aku mau tidur lagi. Bisa ngga kamu keluar dari kamar ini? Oya makasih untuk buburnya," ucap Rexa. Matanya dipejamkan. Namun telinganya masih dapat mendengar deru nafas Rubi.
"Kenapa ngga keluar? Apa mau menemaniku tidur disini?"
Godaan Rexa membuat Rubi mendengus kesal. Lalu mengambil bantal yang tak dipakai Rexa dan 'plak' bantal itu dipukulkan ke pantatnya.
Rexa tertawa renyah.
Rubi menutup pintu kamar Rexa dengan pikiran kembali mengingat kata-kata pria itu. Tadi sebenarnya dia ingin melontarkan pertanyaan namun pria itu lebih dulu mengusirnya.
"Mba, minta duit."
Keberadaan Tatung yang meminta uang mengejutkan Rubi yang masih berdiri di depan pintu kamar Rexa.
"Duat duit duat duit teruuuussss kamu, tung. Bisa ngga sih sehari aja kamu ngga minta duit sama mba?" Omel Rubi. Mukanya berubah kesal setiap kali adiknya itu memelas minta uang.
"Ngga bisa lah, mba. Kalau ngga minta uang sama mba, aku minta ke siapa lagi? Ya udah kalau gitu. Aku ngga mau sekolah kalau ngga di kasih duit," ancam Tatung lalu melengos.
"Eehh......" Rubi menarik seragam bagian belakang tatung sampai bocah itu tertahan tidak bisa bergerak maju.
"Enak banget kamu ngomong ya! Ngga mau sekolah ngga mau sekolah. Udah capek-capek mba membiayai kamu sekolah terus mau malas-malasan gitu."
"Ya makannya kasih uang, mba, biar aku berangkat sekolah sekarang," kata Tatung.
Rubi menghela nafas, kemudian beranjak ke kamarnya. Namun saat dirinya membuka dompet, matanya melebar melihat isi dompetnya.
"Perasaan dompet ku isinya ada 300 ribu. Kenapa tinggal 20 ribu!" lirihnya dengan perasaan cemas dan sedih. Bagaimana tidak sedih dan cemas, uang tiga 300 ribu itu adalah sisa uang yang dia miliki untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya yang harus cukup sebelum dia menerima gaji dari pabrik sekitar lima hari lagi.
"Ya Allah siapa yang tega mengambil uangku!" Gumamnya sedih.
"Mana uangnya, mba? cepetan. Nanti aku telat nih," seru Tatung di ambang pintu kamar Rubi. Karena sang kakak yang tak kunjung keluar dia berinisiatif menyusulnya.
Rubi menghela nafas berat, kemudian mendekati Tatung.
"Lho, kok cuma 5 ribu doang, mba," kesal Tatung saat Rubi menyodorkan uang 5 ribu padanya.
"Uang mba ilang di dompet, Tung. Dan cuma sisa 20 ribu. 5 ribu untuk kamu, dan 15 ribu untuk beli lauk makan nanti. Tolong untuk kali ini aja kamu ngertiin, mba."
Tatung mendengus. Mukanya pun berubah merengut." Makannya jangan pelit. Jadi ilang kan uangnya," ceplosnya sambil berlalu.
Rubi menatap kepergian Tatung dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sejak kapan mba pelit sama keluarga ini, Tung. Andai mba pelit dan memikirkan hidup mba sendiri, mungkin dari dulu mba sudah meninggalkan rumah ini dan kalian."
kalo udah tau gimana sifat istri nya dijamin gak bisa berkutik tuh si rexa, sok sok an ngerjain ruby, ruby dilawan gitu loh 😆😆😆💪💪💪semangat lanjuuuuut