Nisa Si Janda Kembang

Nisa pun sudah memutuskan hidup baru dan melangkah maju. Karena dirinya saat ini sendirian tanpa adanya ayah ataupun suami, otomatis Nisa harus bisa bertahan dan mengurus hidupnya dengan baik.

Setelah menyelesaikan konseling, Nisa pun memutuskan mengambil jurusan pertanian karena dirinya begitu menyukai bertani dan bercocok tanam. Karena ada banyak momen dirinya bersama ayahnya dan juga banyak yang diajarkan oleh ayahnya soal bertani.

Nisa juga harus belajar untuk mengikuti ujian masuk universitas. Dan dirinya mulai menyibukkan diri dengan belajar dan mengumpulkan buku-buku sebagai bahan belajarnya. Saat ini Nisa memiliki banyak waktu kosong yang dapat ia gunakan untuk belajar dan mengabaikan ibu tirinya yang kerap meminta uang ataupun barang lainnya.

Belajar dan belajar setiap harinya, hal yang dulu begitu Nisa inginkan tapi tak bisa ia lakukan karena harus membantu ayahnya bekerja juga keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan.

Nisa juga sesekali mengunjungi makam ayahnya dan menceritakan kisah hidupnya kini yang berjuang untuk menempuh pendidikan. Dan Nisa juga tak lupa mengunjungi makam mendiang suaminya yang meski sejenak tapi memberikan Nisa kehidupan yang lebih baik.

Di saat dirinya tengah berada di makam suaminya, dirinya bertemu dengan Anggara.

"Kau sedang disini rupanya.." ucap Anggara.

"Iya.. Aku sudah selesai, aku permisi dan anda bisa bergantian." ucap Nisa.

"Baguslah kau mengingat kakekku.. Kukira kau akan melupakannya." ucap Anggara.

"Ya.. Aku akan berkunjung saat ada waktu." ucap Nisa singkat.

Begitulah pertemuan Nisa dengan Anggara yang benar-benar seperti orang asing. Keduanya hanya bicara seperlunya dan berpisah begitu saja. Sejujurnya ini adalah cara Anggara untuk menghapus rasa tertariknya pada mantan istri kakeknya tersebut.

Sementara Nisa, dirinya membatasi diri untuk bertemu dengan pria manapun setelah suaminya meninggal. Nisa takut menimbulkan gosip tak sedap yang mengganggu hidupnya.

....

Hari demi hari Nisa lewati dengan menyibukkan diri belajar. Dirinya juga membeli lahan sawah ayahnya yang seharusnya menjadi miliknya tapi justru dikuasai ibu tirinya. Dengan uang yang dimilikinya, Nisa pun membeli sawah tersebut dan ingin mengurusnya kembali. Nisa mempekerjakan orang untuk mengurus sawahnya dan ditanami padi serta merawat kembali lahan lainnya.

Nisa berharap peninggalan ayahnya bisa kembali menghasilkan dan bermanfaat untuk banyak orang. Sesekali Nisa pulang ke kampungnya dan mengontrol semuanya agar tetap berjalan baik. Dan ibu tirinya sama sekali tak ingin kembali tinggal di kampung. Sinta sudah begitu menyukai tinggal di kota. Dan Nisa sudah mengubah sertifikat tanah dan rumah menjadi miliknya.

Perlahan-lahan dengan kesibukannya, Nisa melupakan rasa sedihnya. Dirinya terus belajar dan menjadi kuat. Clara juga masih berada disisinya sebagai teman baiknya.

Hingga tiba saatnya Nisa mengikuti ujian masuk perguruan tinggi atau universitas. Dirinya sempat gugup tapi tetap mencobanya dan berharap bisa melanjutkan pendidikannya.

Setelah ujian selesai, Nisa pun sedikit lega dan tinggal menunggu pengumuman saja. Nisa kembali ke kampungnya untuk melihat panen pertamanya. Setelah beberapa bulan akhirnya padi dan beberapa tanaman lainnya sudah bisa dipanen.

Para pekerja di sawah dan dikebunnya pun dengan suka cita merayakan panen mereka yang sukses untuk pertama kalinya. Hasilnya kali ini cukup memuaskan dan cukup bisa mengembalikan modal awal Nisa. Hal itu saja sudah membuat Nisa bahagia.

Setelah usai dengan semua panen, Nisa pun kembali ke kota sembari memantau dari kejauhan lewat orang kepercayaannya.

Beberapa hari setelahnya hasil ujian pun diumumkan dan nisa lolos dalam tes tersebut. Tentu saja ini berkat usahanya yang belajar dengan giat siang dan malam.

Setelah menyelesaikan administrasi Nisa pun bisa mulai masuk kuliah 2 minggu lagi. Tentu banyak hal yang sudah dipersiapkan Nisa. Nisa mulai membeli pakaian sederhana untuk pergi berkuliah karena pakaian yang ia beli rata-rata terlalu mahal dan tak cocok untuk anak kuliahan. Hanya beberapa yang terlihat sederhana yang masih cocok ia pakai.

Nisa pun memulai hidup barunya dengan berkuliah dan menikmati hidup seperti anak seusianya. Dirinya melupakan semua kesedihan dan status jandanya. Memang harusnya inilah yang Nisa lakukan di usianya yang masih sangat muda.

Awalnya Nisa ragu bisa mendapatkan teman, tapi akhirnya Nisa memperoleh banyak teman di kampusnya dan bisa mengikuti mata kuliah dengan baik. Orang-orang sekitarnya pun tak ada yang mengetahui kalau statusnya adalah janda, hingga Nisa masih bisa menjalani hidup dengan damai.

Sampai suatu ketika, Anggara datang ke kampus Nisa untuk memberikan kelas khusus. Dan Nisa cukup terkejut bisa bertemu Anggara di kampusnya. Tentu Nisa berpura-pura tak mengenalinya.

"Wah.. Pak Anggara kan ganteng ya.."

"Iya.. Aku ikut ah.."

"Nis, kamu ikut kan?"

"Oh.. Iya tentu.." balas Nisa.

Nisa pun bersama teman-temannya mengikuti kelas khusus yang diadakan kampus tersebut. Mereka mengikuti seminar tentang bisnis dan motivasi yang akan dihadiri oleh Anggara seorang penerus bisnis keluarga yang sudah sukses di usia muda.

Beberapa temannya pun terpukau dengan wajah tampan Anggara, sementara Nisa hanya tersenyum melihat teman-temannya. Setelah mengikuti seminar tersebut teman-temannya masih terkagum-kagum pada Anggara sementara Nisa hanya busa terus tersenyum menanggapinya atau berkata iya menyetujui pendapat yang lainnya.

"Nis mau ke cafe ga??"

"Oh, oke.." ucap Nisa.

Saat ke cafe bersama teman-temannya, dirinya melihat pak Sofian dan Anggara baru mau masuk mobil. Pak Sofian pun mengenali Nisa yang sedang bersama teman-temannya.

"Sepertinya itu nyonya Nisa.." ucap pak Sofian.

"Iya, tadi dia mengikuti seminarku.. Biarkan saja pak, kita sudah tak ada urusan dengannya. Lagipula anda sudah tak perlu lagi memanggilnya nyonya." ucap Anggara.

"Baik tuan." ucap pak Sofian.

Pak Sofian pun senang melihat Nisa menjalani kehidupan layaknya gadis seusianya dan menikmati hidupnya. Meski pasti tak mudah untuknya menjalani hidup setelah suami dan ayahnya meninggal.

......

Sementara itu, Sinta dan Mariana pun masih menikmati hidup mereka yang glamor. Mariana pun menjadi selebgram yang kerap memamerkan kehidupannya dan kerap memakai pakaian terbuka. Mariana juga sering menjadi model pakaian-pakaian terbuka. Dan Sinta bangga atas pencapaian putrinya.

Mereka begitu senang dan merasa ada di atas angin. Sinta juga sudah tak lagi menghubungi Nisa karena tak oernah digubris. Sinta masih bisa mendapatkan penghasilan dari gedung yang ia sewakan saat ini dan juga putrinya yang seorang selebgram.

Meski kadang Mariana sering tak pulang ke rumah dengan alasan ada pemotretan produk dan harus menginap di hotel untuk pembuatan foto dan video. Sinta tak tahu kalau ternyata Mariana menjadi simpanan suami orang yang sering cek in hotel bersama pria.

Mariana pun menikmati hidupnya, meski tindakan sangat berani dan punya resiko tinggi. Dia bangga bisa mendapatkan pria kaya sebagai kekasihnya yang menjadi atm berjalannya. Dengan begitu Mariana bisa hidup glamor dan berfoya-foya sesukanya.