Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follo saya di
Fb : Cut elvi anita
Ig : cut_elvi_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Pesan Saja
Ternyata begini rasanya dikhianati ya? saat engkau sudah percaya penuh padanya. Mendambakannya. Menginginkannya. dia justru melupakanmu begitu saja. Baru kali ini aku merasakan patah hati yang luar biasa hebatnya. Aku menjalani hari dengan penuh kepalsuan. Tawaku. Senyumku. Semuanya. Palsu.
Semakin hari aku semakin tidak berdaya. Aku sering sakit dan pusing. Sudah bolak balik dokter, tapi hanya pulih sebentar saja, kemudian sakit lagi. Sampai suatu pagi aku menemukan ada seperti benjolan di dadaku. Aku lalu memanggil ibu. Ibu bilang itu seperti tumor jinak jika dilihat. Aku pun dibawa ayah dan ibu ke rumah sakit.
"Ini FAM... " Kata dokter.
"FAM? Apa itu dok?" Tanyaku tidak mengerti.
"Fibroadenoma mammae atau FAM adalah tumor jinak yang tumbuh di jaringan payudara. Tapi jangan khawatir, FAM ini jinak" Jelas dokter.
"Jadi apa anak saya bisa sembuh dok? " Tanya ibu.
"Satu-satunya cara adalah dengan pembedahan. Kita akan angkat tumornya. " Kata dokter.
Hah bedah? Jadi aku akan di operasi? Aku sangat terkejut.
"Besok bisa langsung masuk ruang operasi. perawat... tolong siap kan jadwal operasi pasien atas nama Adeeva ini ya.. Besok pagi ya jam 10." Dokter menyuruh perawat mendataku.
Aku dan ibu juga ayah hanya bisa pasrah. Mungkin hanya ini caranya aku bisa sembuh. FAM memang tidak berbahaya. Namun jika dibiarkan akan menjadi tidak baik.
"Maaf dok... kalau boleh tau penyebab munculnya FAM ini apa ya? " Tanya ibu.
"FAM ini muncul karena adanya aktivitas hormon estrogen secara berlebihan. Hormon estrogen ini berhubungan erat dengan suasana hati. Jadi, jangan sampai stres ya? " Jelas dokter.
Stres? Apakah aku sampai separah itu? Aku tertunduk lesu. Ibu mengusap-usap punggungku dan aku menatapnya. Ku letakkan kedua tanganku di wajah. Apakah karena aku terlalu memikirkan Adrian sampai tubuhku jadi seperti ini? Tuhan mengapa harus Kau pertemukan aku dengan pria brengsek seperti dia?
Kami sudah keluar ruangan dokter, tapi pikiranku masih terngiang-ngiang apa yang dokter katakan. Ibu melempar senyum padaku.
"Yang kuat ya... " Katanya.
Aku pun tersenyum. Jika tanpa ibu, akankah aku bisa melewati ini semua? Ibu adalah malaikat penyelamatku. Maafkan aku bu bisik hatiku, karena sudah membuatmu khawatir akan ku.
***
Aku masuk ruangan oprasi. Ayah dan ibu menunggu di luar.
"Mau dibius lokal atau total? " Tanya dokter.
"Total saja dok... Takut dengar suara alat-alat nanti. " Jawabku. Dokter pun tersenyum.
"Tanda tangan disini ya... " Perawat memberikan kertas padaku untuk aku tanda tangani.
Lampu sorot pun di nyalakan tepat di atas kepalaku. Adrian... dimana kamu disaat aku seperti ini? Semua yang dia ucapkan kembali terdengar di telingaku.
Saat itu, aku memintanya menyelesaikan syarat yang ke tiga yang aku berikan untuk menjadi kekasihku. Dia harus mengatakan 'I love you' didepan orang-orang.
"Ah, kalau nggak mau ya udah. kita temenan aja. " Kataku saat itu. Adrian sedang berada di atas motornya. Di depan kosnya.
"Tunggu kenapa? " Dia mengikutiku sambil mendorong motornya.
"Mau pulang aja... " Aku mengancam
"Tunggu... oke oke oke... " Dia lalu melihat ke kiri dan kanan. "I love you.. " Katanya setengah berbisik.
"Apa? Nggak kedengaran... " Aku mengerjainya.
"I love you... " Katanya sedikit lebih keras.
"Belum kedengaran... " Aku semakin usil.
"I LOVE YOUUUUU" teriaknya...
Orang-orang yang tengah melintas dan berdiri dipinggir jalan melihat ke arahnya. Aku terbahak.
"Kok malah ketawa...? " Tanyanya.
Aku tidak bisa berkata-katanya. Hanya bisa tersenyum melihat usahanya. Dan apakah itu semua tidak bermakna apa-apa baginya? Seolah-olah kini aku tidak lagi penting menurutnyas. Kemana perginya seseorang bernama Dinosaurus di ponselku? Yang setiap pagi selalu muncul mengirim pesan untukku. Akankah dia datang jika tahu aku dalam keadaan seperti sekarang ini?
Aku memejamkan mata.. Tak terasa airmataku jatuh. Jatuh bersama harapan yang sudah aku bangun perlahan selama ini. Dan hancur seketika bersama dengan sayatan pisau bedah dokter. Aku pingsan setelah bius disuntikkan. Setelah itu aku tak tahu lagi apa-apa.
Namun aku melihat seseorang di balik tirai. Yah ada seseorang dibalik tirai...
"Adrian" Panggilku. Namun dia tak menjawabnya. Dia berlalu keluar ruang operasi. Ternyata, itu hanyalah imajinasiku saja saat aku tak sadarkan diri.
"Adeeva.... Adeeva... " Ada suara yang memanggil dan menyentuh bahuku. Ternyata itu suara dokter.
"Adeeva... sudah selesai... " Katanya lagi.
"Hmmm... eh, iya dok... masih pusing.. " Jawabku lemah.
"Iya, pengaruh obat biusnya memang masih ada. Tapi nanti juga akan normal lagi, ya? " Jelasnya yang terdengar samar-samar ditelingaku.
Aku digiring masuk ke ruang perawatan. Ibu sedari tadi sudah memanggilku. Aku masih samar-samar karena pengaruh obat bius. Genggaman tangan ibu begitu hangat, seperti energi panas yang siap di transfer ke tubuhku yang membeku pasca keluar dari ruangan operasi.
Saat sadar aku melihat semua ada di sini. Ayah, ibu, dokter perawat-perawat. Yang menungguku, hanya ada seseorang yang tidak ada, Adrian.
"Bu, ponsel Adeeva mana ya? " Tanyaku pada ibu saat sudah mulai normal.
"Ada nih. Tadi ada telpon waktu kamu masuk ruang operasi. Juga ada SMS.. " Kata ibu seraya menyerahkan HP-ku. Aku langsung mengambilnya cepat-cepat dari tangan ibu. Membuka kotak panggilan. Ternyata panggilan masuk dari Kak Wina. Kemudian aku buka kotak pesan, ternyata dari operator seluler. Sial, aku memanting ponselku ke kasur.
"Nih, ada hadiah dari abangmu" Kata ibu sambil menyerahkan sebuah paper bag.
"Dari siapa bu?" Aku cepat-cepat mengambilnya.
"Ya Abangmu... siapa lagi? " Jawab ibu.
"Bang Arman? " tanyaku. Bang Arman adalah Abangku satu-satunya. Dia juga tinggal di pulau ini tapi berbeda desa. Namun dia sering berkunjung ke warung.
Aku langsung membukanya. Wah, baju tidur berwarna pink muda. Cantik sekali. Bang Arman memang selalu tau cara menghiburku.
Saat aku tengah asik melihat-lihat baju pemberian bang Arman, ponselku bergetar lagi. Pertanda jika ada pesan baru masuk. Aku tidak mau melihatnya. Operator seluler kadang kala mengirim pesan selalu berulang, cuma membuat aku kecewa saja. Namun getarannya kembali berbunyi. Aku pun membukanya.
DINOSAURUS
Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak. Seluruh tubuhku seolah tidak dapat aku gerakkan. Tangan gemetar saat akan membuka pesan darinya.
"Hai, gimana operasinya? Semoga lancar ya. Adek sehat-sehat ya? " Tulisnya. Memang sebelum masuk ruang operasi, aku sempat mengirim pesan untuknya. Meski aku tak tahu dia akan membalasnya atau tidak, karena mungkin sudah ada ratusan pesan yang aku kirim selama ini yang tidak satu pun dia balas. Memberitahukan dia jika aku akan menjalani operasi. Aku langsung membalas pesannya.
"Abang jahat. Sudah tidak pedulikan adek. Abang dimana sih? Kenapa harus menghilang. Nggak bisa apa, kita bicara baik-baik? " Tulisan. Lalu mengirimnya pada Adrian.
Sepi, sudah tak ada lagi pesan balasan. Aku terus menunggunya membalas pesanku lagi. Namun... yang kudapati hanyalah ke hampaan. Kosong. Sunyi. Sendiri. Oh Arunika, haruskah aku melupakannyan mulai hari ini?
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..