Dania adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan. Rasa cintanya pada keluarganya begitu besar.
Begitupun rasa cintanya pada sang suami, sampai pada akhirnya, kemelut rumah tangganya datang. Dengan kedua matanya sendiri Dania menyaksikan penghianatan yang di lakukan oleh suami dan kakaknya sendiri.
Penghianatan yang telah di lakukan orang-orang yang di kasihinya, telah merubah segalanya dalam hidup Dania.
Hingga akhirnya dia menemukan cinta kedua setelah kehancurannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23.Penyamaran Dania 2
Dania menyeruput jus jeruk di depannya. Menarik nafas dalam-dalam, lalu melepaskannya perlahan.
"Aku harus kuat mendengarkan semuannya, dan aku harus mengetahui semuanya hari ini. Rekaman ini akan aku jadikan bukti di pengadilan saat aku menggugat cerai Bobby nanti," batin Dania.
Dania berusaha menguatkan hati, mendengarkan percakapan dua orang yang kembali membuatnya terbakar amarah bercampur kesakitan.
Sementara dua benalu di belakangnya masih asyik dengan perdebatannya.
"Cukup Bobby, berhenti membohongiku!!!" bentak Sinta.
"Aku tidak pernah membohongimu Sinta, pelankan suaramu, bagaimana kalau ada yang mengenali kita? dan dia mengadu pada Dania, seperti waktu itu ada temannya yang melihat kita. Dan ku peringatkan sekali lagi jangan sekali-sekali kamu datang ke kantor mencariku seperti tadi. Di kantor ada Widya, dia itu orang kepercayaan Dania, bisa saja nanti dia melapor ke Dania," Bobby menekan suaranya namun sedikit pelan.
"Alaaah, bilang saja kamu itu sudah mulai tergila-gila dengan istrimu itu, kamu bilang tidak pernah mebohongiku, tapi apa? nyatanya tadi malam aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kamu menyentuhnya dengan sangat liar."
"Apa? kamu melihat?" Bobby menautkan kedua alisnya. Dia ingat menciumi dan mencumbu Dania malam itu sebelum akhirnya mereka ke ranjang dan Bobby tidak mengingat apapun lagi. Karena nyata nya memang tidak pernah terjadi percintaan antara dia dan Dania malam itu.
Bobby terdiam, raut wajahnya menampakkan rasa bersalah. Ia tahu Sinta sangat mencintainya begitupun ia sangat mencintai Sinta.
Tapi kini ia pun mulai merasakan ada rasa yang mulai tumbuh untuk Dania. Setelah ia bersandiwara dan lebih mendekatkan diri ke Dania, ia justru merasakan ada rasa bersalah dan rasa suka dengan perlakuan Dania padanya.
Apalagi dengan anak-anaknya, Bobby mulai merasa bersalah atas semua sikapnya selama ini pada sang anak. Ada keinginan dalam hatinya untuk menebus kesalahan pada anak-anaknya dengan menyayangi dan menghabiskan waktu bermain-main bersama mereka.
Sempat terlintas di pikirannya. Seandainya ia melakukan poligami saja pada Dania dan Sinta. Dan mereka tetap hidup dalam satu atap dan bahagia.
Tapi itu tidak mungkin, karena ia tahu bagaimana Sinta, ia tidak mungkin mau berbagi dengan siapapun atas dirinya.
Apalagi tujuan awal mereka adalah menguasai harta Dania.
Bobby merangkul Sinta dan menyandarkan kepala Sinta di bahunya. Dania melihatnya dari ponselnya.
"Sayang, maafkan aku. Aku tidak sengaja melakukan itu. Dia menjebakku dan menggodaku."
"Harusnya kamu bisa menahan diri, kamu tahu hatiku sakit, aku menangis semalaman. Rasanya sama, sama sakitnya seperti saat aku harus menerima kamu menikahinya beberapa tahun yang lalu!" Sinta terisak dalam pelukan Bobby.
Dania menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.
"Hemm, ternyata benar apa yang di katakan bibik, kalau mereka sudah menjalin hubungan sebelum Bobby menikah denganku. Lalu kenapa Bobby tidak jujur saja pada papa waktu itu dan malah dia setuju menikah denganku. Dasar niatnya memang sudah tidak baik. Untungnya bibik mengatakan semuanya dan aku langsung mempercayainya, karena aku juga merasa curiga dengan tingkah laku mereka selama ini. Rupanya ini yang terjadi, Seandainya bibik telat mengatakannya mungkin semuanya akan terlambat. Terimakasih bik," batin Dania dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Sebaiknya kita lenyapkan saja perempuan bodoh itu seperti papanya!" kata Sinta.
"Apa??? apa yang barusan Sinta ucapkan? mereka ingin melenyapkanku seperti papa? jadi? jadi papaku di bunuh? jadi rumah sakit itu? apa yang terjadi dengan papa? ya Tuhan," Dania membekap mulutnya.
Jantungnya berdetak sangat kencang.
"Papa, maafkan Dania pah," lirih Dania.
Dania mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Dia menahan amarah yang hampir meledak. Rasanya ia ingin mendatangi meja kedua bajingan itu dan menonjok muka keduanya.
"Tidak, tidak aku harus bisa menahan diri. Aku tidak boleh gegabah. Aku akan mencari bukti yang lebih kuat lagi, dan jika terbukti mereka telah membuat papa meninggal, aku bukan aja akan menceraikan Bobby tapi aku juga akan menjebloskan mereka ke penjara!" Dania menarik nafas perlahan lalu melepasnya. Di usap-usapnya dadanya, Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan memberi kekuatan untuk dirinya.
"Kita belum bisa melenyapkannya sekarang Sinta, kalau kita lenyapkan dia sekarang, kerja kita selama ini akan sia-sia. Kita tidak akan mendapatkan hartanya sama sekali kamu mau?"
"Aku nggak mau! enak aja nggak dapat apa-apa, aku udah rela kamu nikahin dia dan udah nunggu cukup lama, dan sialnya kamu malah punya anak sama dia!" sungut Sinta.
"Kalau begitu kamu harus ikuti apa yang aku katakan, jangan terpancing dan jangan cemburu, cemburumu itu bisa merusak semuanya."
"Oke, tapi aku lelah Bobby, aku lelah terus-terusan ngorbanin perasaanku. Aku sudah muak lihat wajah perempuan bodoh itu. Dia jadi merasa sok cantik semenjak kamu memberikan perhatian padanya. Dan juga anak-anaknya, aku benci anak-anak itu selalu bising dan suka sekali menggangguku."
"Kamu boleh membenci Dania, Sinta. Tapi jangan membenci anak-anakku. Siapapun ibunya mereka tetap darah dagingku. Jangan sekali-sekali kamu mencoba menyakiti anak-anakku!" ucap Bobby tegas tanpa menoleh ke arah Sinta.
Dania yang mendengar semua pembicaraan mereka, ia merasakan hatinya begitu sakit. Namun kata-kata terakhir yang di sampaikan Bobby pada Sinta. Sekilas itu cukup menghiburnya.
Setidaknya ia tahu, bahwa masih ada setetes kasih untuk anak-anaknya di hati Bobby.
"Kalau begitu, belikan rumah untukku Bob, aku tidak mau melihatmu bermesraan dengan perempuan bodoh itu!"
"Rumah? uang darimana aku bisa membelikanmu rumah Sinta? bersabarlah, lagi pula rumah itu dan segalanya bakal menjadi milik kita."
"Kamu bisa memakai uang perusahaan bukan?"
"Tidak segampang itu Sinta, Widya selalu mengawasiku, dan dia selalu mencatat keluar masuknya uang perusahaan. Waktu itu saja aku hampir ketahuan karena uang yang selalu ku transfer ke rekeningmu setiap bulan. Untung saja aku selalu memberi alasan yang tepat."
Dania menghela nafas panjang. Sekarang baru dia ketahui semua kebejatan suami dan kakaknya. Kakak yang selama ini di sayanginya. Dan baru di ketahui nya kalau ternyata Sinta hanyalah saudara tirinya.
"Mama, maafkan aku jika aku harus menghukum anak mama," ucap Dania dalam hati. Sekejab ia teringat akan kebaikan yang nyonya Desi lakukan padanya. Dan juga besarnya kasih sayang nyonya Desi untuknya. Tiba-tiba air matanya menetes membayangkan kebersamaannya bersama nyonya Desi yang selama ini di pikirnya adalah mama kandungnya.
"Aku tidak mau tahu, aku harus pindah dari rumah itu, aku tidak sabar menunggu terlalu lama, aku muak melihat perempuan bodoh itu dia selalu menunjukkan kemesraan bersamamu saat ada aku. Dia sengaja hatiku sakit Bob, beli kan ya rumahnya," rengek Sinta.
"Baiklah, kita akan beli tapi kredit agar tidak terlalu mencolok saat aku mengambil uang perusahaan nanti."
"Kenapa harus kredit? kamu bisa kan membelinya secara cash?"
"Bisa, tapi tidak semewah rumah yang kamu inginkan."
"Oke kredit gak apa-apa, tapi atas namaku."
"Oke atur saja. Ayo kita pulang aku akan kembali ke kantor dan kamu ini uang untukmu carilah kontrakan untuk sementara sebelum kita beli rumahnya. Karena kamu sudah tidak mau kerja lagi, jadi kamu harus tetap pura-pura pergi kerja setiap hari agar Dania tidak curiga dan kita bisa sering ketemu di luar."
"Iya-iya sayang, makasih ya, muaach,". Sinta mengecup mesra pipi Bobby.
Kemudian mereka beranjak pergi menuju kasir dan membayar makan mereka.
Sekilas Dania melihat ke arah mereka. Tampak Sinta bergelayut manja di lengan Bobby. Darahnya berdesir, ada rasa sakit di hatinya.
Dania mengalihkan pandangannya. Ia sengaja menoleh ke arah dinding agar mereka berdua tidak bisa melihat wajahnya.
Untuk hari ini lumayan banyak bukti yang sudah Dania dapatkan. Dan ia bertekat akan mencari bukti yang lebih banyak lagi tentang kejahatan mereka.
Setelah merasa aman untuk keluar dari cafe itu, Dania segera membayar makannya dan melangkah keluar dari cafe.
Brakk!!
Saat ia akan keluar dari pintu utama Cafe tiba-tiba seseorang menabraknya.
Bersambung......
♥️♥️♥️
Hai semua....mohon dukungannya ya, silahkan like,komen,vote dan berikan bintang lima jika menyukai cerita ini.
Jangan lupa hadiah buat Author biar tambah semangat up nya🙏🙏