Tak Tersentuh

"Fan.. Kamu dimana ?"

Fahira menelfon sang adik karena ingin kembali kerumahnya, tadinya Fahira akan menginap di Hotel. Tapi setelah dia pikir-pikir, lebih baik dia kembali kerumahnya dan ingin kembali bekerja seperti dulu.

"Aku dirumah kak, hari ini sedang libur.. Ada apa ?" balas Fania dibalik telfonnya.

"Nggak, aku ingin pulang kerumah. Tunggu aku ya ?" ujar Fahira sesekali melirik Yumna yang sedang tidur di atas pahanya di dalam taksi.

"Kakak ada masalah sama Bang Arka ?" tanya Fania penasaran.

"Nanti aku ceritakan dirumah Fan, tunggu aku ya ?"

"Iya kak, hati-hati.."

Fahira menutup telfonnya setelah mendapat jawaban dari Fania. Fahira melamun menatap jalanan di balik jendela taksinya. Dia terus meneteskan air mata meratapi nasibnya sendiri.

*

Malam hari, Arka pulang seperti biasa di jam sembilan malam. Dia membuka pintu rumah, dan masuk setelah kembali mengunci pintunya. Arka masuk melihat kamar Fahira terbuka dan tak ada siapapun disana.

Dia lalu melihat ke dapur juga tak melihat ada sang istri. Dia terus mencari sampai ke kebun belakang rumahnya pun tak menemukan Fahira.

"Kemana dia ? Tumben jam segini nggak ada dirumah ?"

Arka bicara sendiri merasakan keanehan, dia lalu memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya dan ingin membersihkan diri lebih dulu.

"Sudahlah biarkan saja, kalau capek juga bakal pulang sendiri.." Gumam Arka lagi sambil melepas dasi dan kemejanya di dalam kamarnya.

Selesai mandi, Arka keluar untuk membuat makan malam. Dia mencari peralatan dapur dan memasak apa yang dia inginkan. Dengan begitu telaten dan hati-hati Arka berhasil membuat makan malam untuk dirinya sendiri.

Arka menenteng piringnya di tangan, dan dia duduk diruang Tv. Sambil terus menyuap makanannya ke dalam mulut, dia fokus menatap layar Tv dihadapannya.

Sampai akhirnya selesai, Arka duduk sebentar untuk menetralkan perutnya lebih dulu setelah makan. Tak terasa sudah hampir dua jam Arka duduk disana. Saat mematikan Tv nya Arka baru teringat kembali dengan Fahira.

Dia melihat jam dinding di ruang Tv ternyata sudah jam 23.15 Wib. Dia membatin kemana Fahira sampai jam segini belum pulang juga.

"Apa aku telfon saja ya ?" kata Arka bicara sendiri.

"Ah nggak, kalau aku telfon dia pasti merasa senang. Dia pikir aku khawatir dan mencarinya.."

Tambah Arka lagi mondar-mandir terus memikirkan Fahira yang belum pulang. Arka akhirnya memutuskan untuk masuk kamar dan tidur karena besok harus kembali bekerja.

*

Fahira baru saja sampai dirumah peninggalan almarhum orangtuanya. Dia disambut Fania sang adik saat baru saja sampai di depan rumahnya.

"Kak.."

Fahira menyambut uluran tangan Fania dengan senyuman dibibirnya. Fania juga membantu Fahira membawakan kopernya karena Yumna tertidur di dalam gendongannya.

Fahira membaringkan Yumna di atas kasurnya, dia bernafas lega karena akhirnya telah sampai dirumah yang sudah sangat ia rindukan sejak menikah dengan Arka.

"Kakak sudah makan ?" tanya Fania yang sudah menyiapkan beberapa makanan dimeja makan.

"Belum.. Kakak nggak lapar.." balas Fahira dengan wajah yang sudah sangat lelah.

"Makan dulu Kak, nanti kakak sakit. Kasihan Yumna.." balas Fania.

Fahira akhirnya menuruti apa kata Fania sang adik, dia memutuskan untuk membersihkan dirinya lebih dulu, setelah itu baru akan makan malam.

Dimeja makan, Fahira ditemani Fania disana. Fania terus memperhatikan wajah sang Kakak yang terlihat banyak beban dipikirannya. Fania yang penasaran, akhirnya bertanya pada Kakaknya itu.

"Kakak ada masalah apa ?"

Fahira yang mendengar pertanyaan dari adiknya tersenyum, dia menyendok nasi ke dalam mulutnya dan menjawab pertanyaan Fania.

"Entahlah Fan, rasanya aku sudah lelah dengan sikap Mas Arka.."

"Memangnya Bang Arka kenapa ? Apa dia kasar denganmu ?" tanya Fania semakin penasaran.

Fahira mendengar pertanyaan yang ke beberapa kalinya dari Fania, menunduk dan meneteskan air matanya.

"Mas Arka nggak cinta sama aku, selama pernikahan dia belum pernah sekalipun menyentuhku Fan.."

Fania menutup mulutnya terkejut mendengar jawaban Fahira. Tangis Fahira pecah dihadapan sang adik, dia menangis sejadi-jadinya ingin menumpahkan kesedihannya yang sudah lama dia pendam sendiri selama bersama Arka.

Fahira lalu menceritakan semuanya pada Fania, hal itu membuat sang adik menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan sikap suami kakaknya itu. Setelah puas mencurahkan semuanya, Fahira memutuskan untuk tidur di susul oleh Fania yang terus mengusap punggung Fahira untuk menenangkannya.

*

Pagi hari, Arka sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Dia kembali terkejut saat keluar kamar karena melihat kamar Fahira masih saja terbuka. Arka tak mendapati Fahira dimana tempat berada.

"Kemana dia ? Sampai pagi begini belum juga pulang ?"

Arka bicara dengan dirinya sendiri, dia merogoh ponselnya dan menekan nomer Fahira yang sudah ia simpan dikontak telfon.

Nuutt..Nuutt..Nuutt..

Tak ada jawaban dari Fahira, Arka kemudian kembali menekan tombol panggilan untuk kembali menelfon, Namun tetap tak ada jawaban. Arka akhirnya memilih untuk mengirim pesan whatsapp padanya.

"Hey, kau dimana ? Apa kau baik-baik saja ?"

Setelah mengirim pesan itu Arka memilih untuk pergi ke kantor tempat ia bekerja. Sepanjang perjalanan dia terus memikirkan Fahira. Arka takut terjadi sesuatu dengan Fahira.

*

Namun Fahira yang tiga kali mendapat telfon dari Arka tak menggubrisnya. Dia juga membaca pesan dari nya, namun tak mau membalasnya. Fahira masih ingin menenangkan pikirannya sejenak.

"Bunda, ayo kita sarapan Bun.. Tante Nia sudah masak buat kita.."

Lamunan Fahira buyar setelah mendengar suara Yumna yang mengajaknya makan dimeja makan. Fahira lalu tersenyum mengusap pipi Yumna dengan lembut.

"Iya sayang, kau pergilah dulu. Temani Tante Nia, nanti Bunda menyusul yaa.."

Jawaban Fahira diangguki oleh Yumna. Fahira masih duduk melamun menatap keluar dibalik jendela kamarnya. Setelah merasa bosan dan lapar, Fahira akhirnya memutuskan untuk sarapan bersama Fania dan putri semata wayangnya.

Dimeja makan, Fahira mengambil nasi dan lauk yang sesuai dengan kemampuan perutnya. Hal itu tak luput dari tatapan Fania yang duduk dihadapan Fahira.

"Kak.."

"Heemm.." sahut Fahira sedikit memberi senyuman.

"Jangan dipikirkan terus Kak, nanti kakak bisa sakit.." kata Fania khawatir pada Kakaknya.

"Nggak kok, Aku cuma sedang memikirkan apa pernikahan ini masih akan berlanjut atau aku sudahi ? Bukan memikirkannya.." balas Fahira kembali tersenyum.

"Biarkan saja dulu, jika dia memang mencintaimu pasti akan terus mencarimu.."

Fahira mendengar Fania bicara seperti itu tersenyum menunduk dan menyuap makanan ke dalam mulutnya. Fahira tenggelam dengan pikirannya, dia masih saja melamun memikirkan Arka sampai dia tak sadar bahwa Fania sudah bersiap akan pergi bekerja.

"Kak aku berangkat dulu, hubungi aku jika membutuhkan sesuatu.."

Fania pamit pergi untuk bekerja seperti biasanya. Dia mencium tangan Fahira dan tak lupa mengecup pucuk kepala Yumna yang sedang bermain dengan bonekanya di ruang keluarga.

...----------------...

Bersambung...