Davina Himawan tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Jodie kandas di tengah jalan. Pernikahan yang awalnya begitu bahagia, dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah Vina mengetahui suaminya berkhianat dengan wanita lain. Wanita itu tak lain sekertaris suaminya sendiri. Lolita.
Davina memilih pergi meninggalkan istana yang telah ia bangun bersama Jodie, laki-laki yang amat di cintainya. Bagi Vina yang menjunjung tinggi kesetiaan, pengkhianatan Jodie tak termaafkan dan meninggalkan luka teramat dalam baginya.
Bagaimana kisah ini?
Apakah Davina mampu bangkit dari keterpurukan atau kah ia akan merasakan sakit selamanya? Ikuti kelanjutannya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYESALI KEPUTUSAN SENDIRI
Langit bewarna orange perlahan berganti berwarna jingga.
Mobil jenis SUV berwarna hitam memasuki pekarangan rumah konsep minimalis berlantai dua yang berada di area kompleks perumahan mewah.
Sang pengemudi turun dari mobil berwarna hitam itu. Penampilannya terlihat sangat kacau. Selain menjinjing tas, laki-laki itu menjinjing jas kerjanya juga. Tiba di dalam ia langsung melempar bawaannya ke atas sofa.
Sesaat ia mengedarkan pandangannya ke semua penjuru ruangan yang mulai nampak gelap, satu lampu pun belum menyala di seluruh ruangan tersebut.
"Huhh..
Laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa seraya memijat keningnya yang berdenyut denyut. Memejamkan matanya. Nampak begitu kelelahan dan banyak berpikir.
Beberapa jam kemudian terdengar seseorang membuka pintu. Derap heels pun kian terdengar jelas.
Sekarang, hari semakin malam.
"Dari mana kamu Lolita?!"
Suara itu mengejutkan wanita yang baru tiba di rumah itu.
Jodie berdiri tegap dari sofa dan menghidupkan lampu ruang utama rumah itu. Tadi ia sempat tertidur. Ia terjaga ketika mendengar ada yang membuka pintu rumahnya.
"Apa yang kau kerjakan di luar sana, sudah malam begini masih saja keluyuran Lolita!", ketus Jodie menghunuskan tatapannya pada wanita yang kaget melihatnya berada di ruangan itu dan masih memakai pakaian kerja siang tadi.
"Asal kau tahu ya, aku tidak menyukai wanita yang tidak tahu aturan. Kalau kau tidak suka dengan aturan ku silahkan kau pergi dari rumah ku sekarang juga! Kau paham Lolita?!"
Tanpa menunggu jawaban Lolita yang masih belum sadar betul dari keterkejutannya atas kata-kata kasar Jodie, hanya bisa diam terpaku dengan wajah terkejut.
Namun sesaat kemudian gadis itu tersadar, menatap punggung Jodie yang sudah menaik tangga.
"Apa maksud mu, Jodie?!", teriak Lolita kesal bergegas menyusul laki-laki itu.
"Brakkk!
Jodie membanting keras pintu kamarnya. Ia tidak memperdulikan teriakan Lolita di belakangnya.
"Ceklek!
"Kau kenapa tiba-tiba marah padaku?!"
Jodie tidak memperdulikan protes Lolita, laki-laki itu langsung masuk walk in closet yang menyatu dengan kamar. Lolita pun mengikutinya.
"Jodie... jawab aku!"
Laki-laki itu tak bersuara, wajah nya tampak jengah. Membuka satu persatu kancing kemejanya. Lolita mendekatinya dan melanjutkan membuka kancing kancing itu.
Sembari mendekatkan bibirnya pada bibir Jodie, namun Jodie memalingkan wajahnya.
Jemari tangan Jodie mencengkram tangan Lolita yang sedang bekerja membuka kancing kancing kemejanya.
"Aku lelah. Jangan mengganggu ku Lolita!", ketus laki-laki itu melangkah masuk ke kamar mandi meninggalkan Lolita yang menatap punggungnya dengan sorot tak percaya.
Hingga pintu kamar mandi di hadapannya tertutup rapat.
"Brengsek kau Jodie. Ternyata kau masih memiliki perasaan pada wanita mandul itu. Aku tahu sejak kau melihat wanita itu tadi, kau marah. Kamu tidak bisa menutupi nya dari ku Jodie. Aku tidak akan melepaskan mu, brengsek!"
"Tentu saja... sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan!".
Seringai penuh makna nampak jelas di wajah cantik itu. Dengan tegas gadis itu melangkah ke kamar, menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur sambil merentangkan kedua tangannya menatap langit-langit kamar yang selama ini menjadi tempat Davina dan Jodie.
"Tentu saja aku akan mendapatkan semua yang aku inginkan dari Jodie. Aku sudah berhasil membuat wanita mandul itu pergi dari sini. Selanjutnya menguasai semua milik Jodie sebelum kontrak kerja ku habis", ucap Lolita sambil mengusap perutnya.
Seringai sinis terpahat di wajahnya. "Aku akan mengikat mu selamanya.."
*
Jodie memejamkan kedua matanya, berendam di dalam bathtub dengan tujuan agar rasa penat tubuhnya hilang, namun ternyata tidak ada hasil yang signifikan ia rasakan.
Wajah Davina terus saja memenuhi pikirannya. Ia ingat betul bagaimana Davina tersenyum ketika Daniel mempersilahkan ia masuk mobilnya.
Ya...tadi ia tidak sengaja melihat Davina dan Daniel berjalan bersama, masuk ke mobil orang nomor satu di Star Jaya group itu.
Jodie yang baru saja menaiki mobilnya ketika hendak menghadiri meeting di salah satu rekanan perusahaan milik Daniel terkejut melihat Davina dan bos-nya itu nampak begitu akrab. Bahkan Vina satu mobil dengan bos-nya itu.
Perasaan Jodie kian bergemuruh kala melihat senyuman manis Davina ketika Daniel membukakan pintu mobil untuknya.
"Shitt!!
"Bagaimana bisa Vina mengenal Daniel Sanjaya? Bahkan aku tidak mengetahuinya selama ini mereka saling kenal. Vina benar-benar mengejutkanku".
"Hari ini Vina begitu berbeda, ia sangat cantik berdandan seperti itu. Bagaimana bisa selama ini aku melupakan kecantikan yang Vina miliki", gumamnya sambil menyadarkan kepala pada ujung bathtub. Sementara kedua tangannya tersemat pada dinding, mencengkram kuat bathtub berwarna putih itu.
Sorot matanya tajam menatap langit-langit kamar mandi. Sesaat kemudian mata itu terpejam.
"Bagaimana mungkin aku tergesa-gesa mengambil keputusan, menyuruh istri ku pergi dari sisiku. Apa yang sudah aku lakukan pada mu Vina", ucapnya pelan. Tangannya terangkat hendak memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut.
Namun jemari-jemari lentik sudah lebih dulu memijat keningnya.
Jodie membuka matanya.
"Aku akan menghilangkan penat tubuh mu", bisik Lolita menundukkan wajah mendekatkan bibirnya ke telinga Jodie. Tubuhnya sudah polos siap bergabung dengan laki-laki itu.
Jodie tidak menolak, ketika perlahan jemari lentik tangan Lolita merambah area sensitif tubuhnya. Bahkan laki-laki itu memejamkan mata seakan menikmatinya meskipun tidak membalasnya sama sekali.
"Kau cukup menikmati saja, biar aku yang bekerja", bisik Lolita begitu menggoda.
...***...
To be continue