Ini adalah lanjutan dari seven R Anak genius bagi yang sudah membaca novel sebelum nya pasti tau dong siapa mereka?
Kejeniusan mereka sudah sudah diketahui dunia. Mereka pun menjadi incaran para mafia yang menginginkan otak mereka.
Bisakah sikembar menghadapi Semuanya?
Cerita ini juga diselingi kisah cinta mereka.
Penasaran ikuti yuk...
Seperti biasa cerita ini hanya khayalan semata alias fiksi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Disambut baik
.
.
.
Hari berikutnya Ren kembali bertemu dengan Aisyah, tapi pertemuan kali ini disengaja oleh Ren. Entahlah tiba-tiba saja ia merindukan wajah cantik gadis itu, tatapan matanya yang teduh serta senyuman yang manis membuat Ren merasa tenang.
"Ehh, sedang apa disini?" tanya Ren basa basi.
"Lagi nunggu angkot mau ke kampus," jawab Aisyah tanpa menoleh kearah Ren.
"Mari aku antar nanti telat loh," ajak Ren.
Asiyah berpikir sejenak lalu iapun menggangguk, kemudian Ren membuka pintu mobil untuk Aisyah, Aisyah belum pernah diperlakukan seperti ini oleh pria manapun jadi ia sedikit grogi.
"Dimana kuliahnya?" tanya Ren.
"Universitas xxx," jawab Aisyah tanpa berani menoleh kearah Ren.
"Jurusan," tanya Ren lagi.
"Manajemen," jawab Aisyah singkat.
Tidak berapa lama keduanya pun tiba di kampus yang dimaksud, banyak pasang mata melihat Aisyah turun dari mobil sport limited edition, sahabat Aisyah bernama Aruna datang menghampiri dan bertanya.
"Siapa cowok itu? Tampan banget tajir lagi," tanya Aruna.
"Gak tau cuma kebetulan ngasih tumpangan," jawab Aisyah asal agar sahabatnya tidak lagi kepo.
"Terimakasih ya Ren," ucap Aisyah.
"Sama sama, nanti pulang jam berapa? Biar aku jemput," tanya Ren.
"Mungkin siang, gak usah nanti malah ngerepotin," tolak Aisyah.
"Untuk kamu gak repot," ucap Ren.
"Tapi aku gak enak," kata Aisyah.
"Nanti kujemput ya," ucap Ren kemudian mengendarai mobilnya meninggalkan area kampus tersebut.
"Yee katanya gak kenal, gak sengaja ngasih tumpangan tapi tadi katanya mau dijemput," kata Aruna.
"Memang benar sih, tadi aku lagi nunggu angkot terus mobil itu berhenti didepanku lalu nawarin tumpangan dari pada telat mending numpang sama tuh cowok," ucap Aisyah panjang lebar.
"Apa kamu gak menyukai cowok itu? aku lihat tatapan matanya seperti dia menyukai kamu deh," tanya Aruna.
"Mana mungkin, perbedaan kami juga jauh dari segi materi sudah jelas terlihat, dan aku bukan Cinderella yang dikejar pangeran tampan dengan sepatu kacanya," jawab Aisyah.
"Tapi aku heran deh sama kamu, cowok pada ngantri malah kamu tonjok, akhirnya mereka semua takut sama kamu dan aku terkena imbasnya," ucap Aruna.
"Kita jadi cewek itu harus bisa jaga diri, bukan hanya sekedar tampan dan kaya saja lalu jatuh cinta, lebih baik mencari yang bisa menerima kita apa adanya, semua cowok yang ada disini memandang dengan tatapan seolah olah ingin menel*nj*ngi. Itu yang aku tidak suka jadi pengen tonjok." kata Aisyah.
Kemudian keduanya pun masuk kedalam kampus, kebetulan mereka ada kelas pagi dan hanya sampai siang.
Ren diruang kerjanya terus melihat jam ditangannya sepertinya ia sudah tidak sabar untuk menjemput gadis itu.
"Apa aku menyukai gadis itu ya?" gumam Ren dalam hati.
Diam diam ia membuka internet yang menyajikan informasi, yaitu google. Ren mengetik ciri ciri orang yang menyukai seseorang. Terpampang lah artikel disana dengan ciri ciri yang sesuai dengan yang Ren inginkan.
Ren memang orang jenius, tapi soal hati dan perasaan jujur ia masih buta dengan semua itu. Setelah membaca artikel tersebut Ren akhirnya menyimpulkan bahwa ia menyukai gadis itu. Ciri ciri dalam artikel tersebut persis seperti apa yang ia rasakan saat ini.
"Tapi aku masih ragu, apakah ia juga merasakan hal yang sama?" batin Ren.
Sibuk dengan pikirannya sendiri pekerjaannya pun ia abaikan, hingga Adam masuk dan melihat sang bos masih melamun.
"Tuan muda...!" panggil Adam, tapi Ren sepertinya masih belum menyadari. Adam lalu memegang pundak bosnya itu, sontak saja Ren terkejut.
"Ya Ais, ada apa?" tanya Ren yang belum sadar sepenuhnya.
"Tuan..!" panggil Adam lagi.
"Kenapa masuk gak ketuk pintu?" tanya Ren, padahal Adam sudah berkali kali mengetuk pintu dan berkali kali juga memanggil bosnya itu.
"Saya sudah mengetuk pintu tuan juga sudah memanggil tuan beberapa kali," jawab Adam.
"Hmmm, ya sudah ada apa?" tanya Ren.
"Meeting dua jam lagi tuan," Adam.
"Batalkan atau undur dilain hari," perintah Ren.
"Tapi tuan," Adam tidak meneruskan kalimatnya karena sudah lebih dulu dipotong oleh Ren.
"Undur ke lain hari saja," perintah Ren yang tidak bisa dibantah.
"Baik tuan," Adam akhirnya menelpon kliennya dan memberitahukan bahwa pertemuan akan diundur di lain hari, beruntung klien nya juga ada keperluan terdesak. jadi tidak ada masalah. Adam mengusap dadanya lega.
Ren bergegas keluar dari ruangan kerjanya, saat ingin menuju lift sang sekretaris sengaja menjatuhkan dirinya ketubuh Ren, tapi dengan repleks Ren mendorong tubuh sekretaris nya itu.
"Maaf Tuan," ucap sekretaris itu menahan sakit karena terjerembab kelantai.
"Hmmm lain kali hati hati, dan besok kamu tidak usah bekerja lagi," kata Ren tanpa menoleh. Entahlah dia paling benci dengan wanita seperti itu.
Wanita itu terperangah saat Ren mengatakan tidak usah bekerja lagi.
"Apa itu artinya saya dipecat tuan?" tanya sekretaris itu.
"Hmmm, karena aku tidak suka wanita yang menjatuhkan harga dirinya sendiri," jawab Ren santai lalu berbalik meninggalkan tempat itu dan masuk kedalam lift.
Sedangkan wanita itu hanya bisa menangis, niat hati ingin menggoda bos dengan pakaian s*ksi dan trik seperti itu.
Ren melepas jasnya dan membuangnya ke tong sampah yang ada di lobby. Para karyawan heran dengan bos mereka yang membuang jas mahal itu.
Ren melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena saat ini moodnya lagi tidak baik setelah insiden tadi. Tidak butuh waktu lama Ren sudah tiba didepan kampus tersebut. Ternyata Aisyah benar benar menunggunya, seketika Ren tersenyum cerah moodnya yang tadi anjlok kini bangkit kembali melihat wajah cantik didepan matanya.
"Sudah lama menunggu?" tanya Ren lalu membukakan pintu mobil.
Sedangkan sahabat Aisyah hanya memperhatikan interaksi keduanya dengan tersenyum.
Aisyah tidak lupa pamit kepada sahabatnya itu, mereka tidak pulang bareng karena arah rumah mereka berbeda.
"Kita singgah makan dulu ya, aku sudah lapar," kata Ren jujur.
"Gak usah, kita makan dirumah aja nanti aku masak," ucap Aisyah.
"Kamu bisa masak?" tanya Ren.
"Bisa walaupun tidak sehebat koki restoran," jawab Aisyah.
"Apa lagi yang kamu bisa selain masak dan nonjok orang?" tanya Ren.
"Gak ada, gak bisa apa-apa?" jawab Aisyah malu.
"Tapi aku suka cewek seperti kamu," ucap Ren.
"Maksudnya?" tanya Aisyah sambil melihat kearah Ren yang sibuk menyetir.
Ren tidak sadar dengan ucapannya itu, dan malah merutuki dirinya sendiri karena keceplosan.
"Eee, gak apa-apa maksudku kamu itu," Ren bingung mau ngomong apa? Dan hanya bisa garuk-garuk kepala.
"Hahaha," seketika tawa Aisyah pecah.
"Kenapa ketawa?" tanya Ren.
"gak apa-apa, cuma lucu aja lihat tingkah kamu kaya gitu," ucap Aisyah yang masih tertawa. Kini mereka sudah tiba dirumah Aisyah, kebetulan ibu dan ayahnya juga ada. Keluarga Aisyah menyambut baik kedatangan tamunya itu, selama ini Aisyah tidak pernah membawa laki laki kerumahnya tapi kali ini entah kenapa Aisyah tidak keberatan sama sekali.
.
.
.