Demi untuk menghindari perjodohan dengan seorang juragan tanah oleh pamannya sendiri, Fatimah pergi meninggalkan kampung halamannya, terpaksa meninggalkan sang kakek yang telah membesarkannya dari kecil.
Fatimah beruntung karena sesampainya di kota, dia bertemu dengan nenek yang baik hati yang memintanya untuk bekerja sebagai pengasuh cucunya, Zahra.
Kepribadian dan kecantikan Fatimah rupanya mampu membuat Aditya, majikannya jatuh hati padanya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian...
Ketika di kantor Aditya mendapat kabar kalau Fatimah terluka, dan sekarang berada di rumah sakit, tanpa berpikir panjang Aditya yang dipenuhi kecemasan langsung menuju rumah sakit.
Ketika sampai di rumah sakit Aditya berpapasan dengan Fatimah dan nenek yang akan pulang kembali ke rumah, Aditya memperhatikan Fatimah dari ujung kaki sampai sampai atas dan melihat telapak tangan kanan Fatimah yang di dibungkus gips.
"Kenapa, apa yang terjadi?" Tanya Aditya dengan cemas sambil melihat tangan Fatimah.
Fatimah hanya terdiam.
"Nenek juga tidak tahu, Fatimah tidak menjelaskannya dengan detail" Jawab Nenek.
Melihat Fatimah terdiam, membuat Aditya yakin terjadi sesuatu yang disembunyikannya.
Nenek memberikan hasil X-RAY tangan Fatimah kepada Aditya.
"Kata Dokter Telapak tangannya retak dan harus di gips kurang lebih 2 Minggu" Kata nenek menjelaskan.
"Retak??" Tanya Aditya dengan heran kemudian melihat Fatimah dengan emosi.
"Ya sudah, kita lanjutkan bicaranya di rumah.." Kata nenek sambil mengajak keduanya berjalan ke arah mobil.
"Kamu, ikut mobilku" Kata Aditya sambil membuka pintu mobil mempersilahkan Fatimah untuk masuk kedalamnya.
Sedangkan nenek naik mobil di yang dibawa Mang Redo.
Sebelum menghidupkan mobil Aditya membuka hasil X-ray tangan Fatimah, dilihatnya dengan jelas gambar tangan dan terdapat beberapa retakan. Kemudian dia menggelengkan kepalanya.
Selama dalam perjalanan pulang, Aditya terlihat sangat marah, Fatimah yang diam diam memperhatikan merasa bersalah, Fatimah berpikir Aditya marah karena dirinya telah menganggu waktu kerja Aditya.
"Maaf, tadi aku bilang sama nenek tidak usah memberitahumu, aku takut mengganggu pekerjaanmu" Ucap Fatimah memberanikan diri.
Seketika Aditya menginjak rem untuk menghentikan mobilnya, untung saja mereka melaju di jalanan yang sepi, sehingga tidak ada mobil dibelakangnya.
"Jadi kamu pikir aku marah karena kamu sudah mengganggu waktu kerjaku?" Tanya Aditya dengan marah.
"Terus marah kenapa?" jawab Fatimah dengan polosnya tanpa berani menatap wajah Aditya.
Aditya geleng geleng kepala.
"Tidak bisakah kamu sedikit berhati-hati, paling tidak jangan melukai badanmu, rasa sakitmu adalah sakit ku juga" Jawab Aditya yang kemudian merendahkan suaranya, ditatapnya Fatimah dengan penuh cinta.
"Luka kamu ini cukup parah, paling tidak satu bulan bisa sehat kembali, belum lagi kamu akan terus kesakitan" Kata Aditya sambil memegang tangan Fatimah yang terluka dengan hati hati.
Apa yang dikatakan Aditya benar, sebenarnya daritadi Fatimah merasakan kesakitan yang luar biasa di tangannya tetapi ditahannya.
"Walaupun kamu tahan, aku tahu kamu kesakitan"
"Jangan sering-sering menggerakkan tanganmu, aku akan mencari dokter ortopedi terbaik sehingga kamu bisa cepat sembuh" Ucap Aditya sambil perlahan menurunkan tangan Fatimah.
Kemudian dia menjalankan mobilnya kembali.
Sampai dirumah, mereka disambut oleh Zahra yang sedang menangis, melihat Fatimah Zahra segera berlari menghampirinya.
Tapi Aditya segera menggendong Zahra dan memberi penjelasan bahwa mamahnya sedang sakit dan untuk sementara jangan minta digendong oleh Fatimah.
Zahra mengangguk sambil memperhatikan perban di telapak tangan ibunya.
Aditya memanggil security-nya, Aditya meminta mereka untuk melihat rekaman cctv dalam rumah hari ini. Dan mencari penyebab istrinya terluka.
Aditya penasaran apa yang membuat Fatimah terluka.
Tak lama Sekuriti datang dan membawa kaset.
Aditya segera menyetel rekaman cctv itu, disaksikan oleh nenek juga Fatimah dan Zahra, juga ada beberapa pembantu.
Ternyata kecelakaan itu terjadi di teras belakang rumah, terlihat Zahra yang sedang bermain main, berlarian kesana kesini tidak sengaja menginjak bola kecil di lantai, Zahra terpeleset kemudian tidak bisa mengendalikan langkahnya, dia akan terjatuh dan kepalanya akan membentur ujung meja kaca yang tajam yang berada disana dengan sangat kencang, dengan sigap Fatimah yang menyadari bahaya yang mengancam putrinya menutupi ujung meja itu dengan telapak tangannya. Akhirnya Zahra hanya terbentur punggung telapak tangan ibunya dan tidak terluka sedikitpun, tapi dia tetap menangis karena kaget sedangkan Fatimah terlihat sangat kesakitan tapi dia tetap berusaha menenangkan Zahra yang menangis.
Melihat itu Aditya langsung melihat ke arah Fatimah dan merasa bersalah karena tadi dia sempat memarahi istrinya itu, padahal yang dilakukan istrinya adalah untuk menyelamatkan Zahra putrinya.
Aditya langsung menyuruh security-nya untuk memindahkan meja itu ke tempat yang tidak bisa dijangkau oleh Zahra.
Aditya meminta Fatimah untuk beristirahat di kamar, dia tidak akan kembali ke kantor karena hari ini dia yang akan menjaga Zahra, Aditya juga sibuk menelepon beberapa kenalan dokternya untuk menanyakan Dokter ortopedi terbaik disini.
Sudah masuk waktu Dzuhur, tangannya yang sakit, tidak membuatnya meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Walaupun dengan sedikit kesusahan Fatimah akhirnya selesai melaksanakan shalat.
Mungkin karena efek obat yang baru diminumnya, Fatimah merasa sangat mengantuk, dia membaringkan badan diatas kasur dan tidak lama terlelap.
Aditya yang menggendong Zahra masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Fatimah, namun dilihatnya Fatimah tertidur dengan lelap.
Aditya kemudian menyuruh Zahra untuk juga tertidur karena ini memang jam tidur siangnya Zahra, Zahra memilih tidur disamping kiri Fatimah sedangkan Aditya berbaring di samping kanan Fatimah sambil memainkan handphone untuk membalas beberapa pesan, tak butuh waktu lama, mereka tertidur dengan lelapnya.
Fatimah membuka matanya perlahan-lahan, kenapa dia merasa ada tangan yang melingkar di atas perutnya, dia melihat Zahra tertidur sambil memeluknya, tapi ini bukan tangan Zahra, pikir Fatimah.
Perlahan dia menengok ke arah samping kanannya, dilihatnya Aditya sedang tertidur sambil memeluk Fatimah, mereka sangat dekat, sampai sampai Fatimah merasakan hembusan napas suaminya itu diatas rambutnya.
Fatimah ingin sekali melepaskan pelukan Aditya, tapi dia tidak bisa, tangannya yang terluka dan dibungkus gips tidak bisa memegang tangan Aditya, sedangkan tangan satunya ditindih oleh Zahra.
Tiba-tiba Fatimah merasa Aditya terbangun, tapi ternyata Aditya malah semakin lelap dalam tidurnya setelah makin kuat memeluk dan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Fatimah.
Fatimah berpikir apa yang harus dilakukan, haruskah Fatimah membangunkan Aditya.
Tapi Fatimah tidak tega, jarang sekali suaminya bisa tidur siang. Kali jni dia akan membiarkan Aditya memeluknya seperti ini.
Beberapa saat kemudian Aditya terbangun, dia kaget karena dia memeluk Fatimah, tapi dilihatnya Fatimah yang sudah terbangun membiarkannya.
Sudah lama Aditya tidak menggoda Fatimah, dia semakin erat memeluk istrinya dan mendekatkan wajahnya ke telinga istrinya sambil berkata.
"Aku mencintaimu"
