NovelToon NovelToon
FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:486.2k
Nilai: 4.7
Nama Author: Chyntia R

Jika ada yang paling dibenci oleh Brianna di dunia ini, itu adalah sosok lelaki bernama Arthur Matthews.

Arthur bukan hanya pria yang membully-nya di Universitas, tapi dia juga yang sudah menghancurkan hidup Brianna.

Lalu, apa jadinya jika mereka kembali dipertemukan dalam keadaan Brianna yang sudah berbeda? Apakah Arthur masih bisa bersikap semena-mena padanya? Atau justru ini adalah saat yang paling tepat untuk Brianna membalaskan dendamnya pada lelaki itu?

"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" -Brianna Walton.

"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." -Arthur Matthews.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Menjenguk

Arthur masih tidak habis pikir, bagaimana bisa Brianna yang menjadi wanita panggilannya semalam? Dia mencoba menghubungi nomor penyalur jasa tersebut untuk mengetahui lebih banyak info. Salah satunya adalah sejak kapan Brianna melakukan pekerjaan sampingan seperti itu.

Namun jawaban yang Arthur dapatkan, justru sangat mencengangkan.

"Dia sudah lama bekerja sebagai wanita malam."

Itulah yang Arthur dengar dari orang yang terlibat dalam transaksinya semalam. Tentu saja Arthur mendapat jawaban itu, karena yang dimaksud mereka adalah Cecilia, sebab dari data mereka tertulis bahwa yang menangkap job dari Arthur adalah Cecilia. Pihak tersebut tidak pernah tau jika dibelakang itu Cecilia memberi job nya pada Brianna. Terlebih, mereka sudah mendapat keuntungan dimuka setiap transaksi awal dilakukan. Tidak melakukan kroscek lebih lanjut, mengenai siapa yang akhirnya mendatangi Arthur ke kamar hotelnya, sebab Cecilia dianggap sudah senior dalam hal seperti ini, mereka mempercayakan semua pada wanita itu.

"Sh it!" Arthur mengumpat, ia meremass ponselnya dengan erat seakan amarah benar-benar menguasainya.

Entah kenapa Arthur geram mendengar jika Brianna sudah terjun dalam dunia p r o s t i t u s i sejak lama. Arthur tidak bisa menerimanya padahal dia jelas-jelas tau jika dia tidak berhak mengatur hidup Brianna.

Sebuah ketukan pintu menyadarkan Arthur dari keadaan yang masih larut dalam amarah terhadap Brianna. Dia bangkit menuju pintu lalu membukanya.

"Mom?"

Arthur terkejut ibunya datang menemuinya di kamar hotelnya. Tidak bisa menolak kehadiran Jane disana, akhirnya dia hanya bisa menggeser tubuh memberi akses masuk yang lebih luas agar sang ibu dapat mengunjungi tempatnya.

Jane melihat-lihat sekilas kamar yang menjadi tempat putranya bernaung selama di New York, sebuah senyuman tipis terbit disudut bibirnya.

"Ada apa tiba-tiba Mom datang mengunjungiku?" tanya Arthur.

"Apa salah jika mom melihat keadaan anak mom sendiri?"

Arthur berdecak lidah. "Ck, bukan begitu, Mom. Maksudku, apa ada yang Mom butuhkan dariku?" tanyanya.

Jane mendudukkan dirinya di sofa yang terletak diujung ruangan. Dia bersedekap dada.

"Mom hanya mau melihatmu sebelum kau kembali ke Canada. Mom pikir, kau lupa jika pernah berjanji mau mampir ke rumah mommy untuk makan malam."

"Ah, iya," kata Arthur sambil mengingat ucapannya sendiri tempo hari.

"Mommy tau kau pasti melupakannya," ujar Jane dengan mengesah panjang.

"Maafkan aku, Mom."

"It's oke, kau bisa menunda kepulanganmu ke Canada kalau begitu," ujar Jane enteng.

Meski sebenarnya Arthur juga mau menunda kepulangannya karena dia merasa permasalahannya dengan Brianna belum selesai, tapi dia sudah terlanjur memesan tiket pulang. Dan permintaan Jane sekarang justru seperti lampu hijau agar dia tidak segera kembali ke Canada. Tapi, bagaimana dengan tanggung jawabnya disana? Arthur juga tak boleh egois karena kepentingan pribadinya sendiri.

"Aku sudah memesan tiket pulang, Mom."

"Tak masalah. Hanya menambah waktumu sehari dua hari di sini," jawab Jane tenang.

"Tapi aku memiliki tanggung jawab, Mom. Ada banyak orang yang bergantung pada perusahaan di Canada dan jika perusahaan itu bangkrut di tanganku maka ada banyak orang pula yang kehilangan pekerjaan dan mata pencarian mereka."

Jane mengernyit sesaat, kemudian dia melengkungkan senyuman. Tidak menyangka jawaban Arthur bisa sedewasa ini. Biasanya putranya hanya bermain-main dan tak pernah fokus bekerja.

"Woa, kau sudah memikirkan tentang orang lain?" sarkas Jane.

"Aku juga memikirkan diriku sendiri, Mom. Aku tau aku bukan apa-apa jika tidak mewarisi perusahaan mendiang Daddy," katanya mengakui.

Sekali lagi Jane terkesima dengan ujaran Arthur yang diluar pemikirannya. Sebenarnya dia memang memancing Arthur saja untuk melihat apa yang akan dipilih sang anak, tidak disangka ternyata Arthur sudah banyak berubah.

"Baiklah... selesaikan tugasmu. Dan pulanglah ke Canada," papar Jane bijaksana.

"Yes, Mom."

Jane berdiri kembali, lalu tampak diam menatap pemandangan kota dari kaca jendela besar yang ada disana.

Arthur memperhatikan sikap ibunya, dalam hal ini Jane tampak seperti dirinya. Bukan, dia yang mirip seperti Jane. Arthur dapat memastikan jika sekarang ada yang tengah Jane pikirkan.

"Apa ada masalah lain, Mom?"

Jane menarik nafas panjang. "Brianna tidak jadi mengundurkan diri," jawabnya.

Oh, jadi wanita itu juga yang menjadi sumber pikiran ibunya, Arthur pikir Jane dan dia benar-benar serupa sekarang sebab Arthur juga sedang memikirkan Brianna.

"That's good, bukankah itu yang Mom inginkan?" ujar Arthur mencoba mendalami isi hati sang ibu.

"Yah, tapi dia sempat meminjam sejumlah uang dari perusahan, yang menjadi penyesalan Mommy adalah tidak membantunya. Mom merasa berdosa untuk itu," ujar Jane dengan wajah yang tampak resah.

"Dia meminjam uang?" ulang Arthur memastikan kalimat ibunya tadi.

"Huum. Kabarnya, keponakannya sakit lagi. Tadinya ibu pikir anak itu masih memiliki ayah jadi ibu rasa kenapa tidak ayahnya saja yang berusaha untuk mencari uang untuk pengobatan anaknya. Tapi setelah ibu pikir lagi, ibu sangat egois karena sempat berpikir seperti itu," ujar Jane penuh penyesalan.

Arthur terdiam lama, dia berpikir keras apakah ini alasan Brianna bekerja seperti semalam? Tapi dari info yang dia dapatkan yaitu Brianna sudah lama bekerja semacam itu.

"Apa Mom ke Rumah Sakit saja, Arthur? Menjenguk anak itu sekaligus membantu biaya pengobatannya?" Jane meminta pendapat sang anak.

"Ku pikir Brianna sudah mendapatkan biayanya, Mom."

Jane langsung menoleh pada Arthur. "Darimana kau tau?" tanyanya.

Arthur tampak menggaruk lehernya yang tak gatal, dia terlihat salah tingkah.

"Apa dia meminjam padamu?" Jane menebak karena melihat gelagat putranya yang aneh.

"No, tentu saja dia tidak meminjam padaku," tutur Arthur. "Aku hanya menebak, Mom," lanjutnya mengklasifikasi.

"Oh ..." Jane manggut-manggut. "Kalau begitu, Mom akan menjenguk anak itu sekalian memastikan soal biayanya," paparnya.

"Yah, silahkan saja, Mom. Jika itu bisa membuat Mom lega, kenapa tidak?"

"Apa kau mau ikut?" ajak Jane.

Arthur menipiskan bibir. "Mom lupa jika aku tidak bisa menunda kepulanganku ke Canada? Aku menggunakan pesawat sore Mom," ujarnya memberi tahu.

"Kalau begitu, Mom akan kesana sendirian. Maaf tidak mengantarmu ke Bandara. Kabari Mom jika sudah tiba disana."

"It's oke, Mom. Aku akan mengabarimu nanti," jawab Arthur.

...***...

Zach sedang bermain dengan Chico di ruang rawat bocah 3 tahun tersebut. Dia juga mendongengkan banyak cerita untuk Chico yang membuat Chico sesekali menyimak, lalu sesekali berikutnya tertawa.

Brianna tiba-tiba datang ke kamar sang putra, setelah selesai dari perusahaan tempatnya bekerja. Dikedua tangannya menjinjing beberapa paperbag yang berisi mainan untuk Chico.

"Hai, Sayang, Momma datang." Brianna memasang wajah semringah yang penuh semangat.

"Momma ..." Chico bangkit dari posisi sebelumnya yang setengah berbaring. "Apa yang kau bawa, Mom?" tanyanya antusias.

"See? Mom membelikanmu pesawat!"

"Woa ... thank you, Mom." Chico memeluk tubuh Brianna erat dengan senyum yang merekah.

"Mom juga membelikan Chico mobil-mobilan dan miniatur kereta."

"Momma, i love you," kata Chico menciumi kedua punggung tangan Brianna secara bertubi-tubi.

Disana, diruang yang sama, Zach menatap Brianna dengan tatapan mematikan. Setelah semalam sang kakak tak mampu menjawab pertanyaannya terkait pekerjaan apa yang dia lakukan untuk mendapatkan uang dengan jumlah banyak, Zach seakan mendiamkan wanita itu secara sengaja.

"Aku juga membelikanmu ini, Zach." Brianna menyodorkan sebuah paperbag untuk Zach yang hanya ditatap oleh pria itu tanpa berniat menyambutnya.

Brianna memasang senyum tipis, dia tau Zach marah padanya. Tapi ia tetap berusaha bersikap baik pada sang adik. Brianna tau Zach begini karena begitu menyayangi dan mengkhawatirkannya.

"Ah, iya, ini ..." Brianna tampak mencari-cari bungkusan yang lain, lalu dia mendapatkannya. "Ini, aku juga membelikan untuk Flo," katanya berusaha mencairkan suasana.

"Kau tidak perlu repot membelikanku dan Flo apapun." Zach berucap dingin sembari berdiri dari duduknya, kemudian dia berlalu dari ruangan itu begitu saja.

Brianna menatap sang adik yang pergi tanpa menerima pemberian darinya. Dia tidak kecewa, dia tau jika Zach yang tengah kecewa padanya sekarang.

"Maafkan aku, Zach ..." batin Brianna.

"Momma, bolehkah aku membuka miniatur kereta nya?" Suara Chico membuat Brianna kembali fokus pada bocah itu.

"Ya, Sayang. Tentu saja kau boleh."

Mereka bermain dan bercerita satu sama lain. Brianna juga menanyakan apa yang dirasakan Chico sekarang dan syukurnya putranya sudah baik-baik saja.

"Permisi, maaf aku datang kesini untuk berkunjung." Brianna menoleh pada Jane yang tiba-tiba muncul dari ambang pintu. Dia masuk begitu saja. Mata Brianna sampai membola melihatnya.

Pasti didepan sana tidak ada Flo atau Zach yang seharusnya bisa mencegah hal seperti ini. Mungkin mereka sedang ke cafetaria Rumah Sakit atau entahlah, Brianna tak bisa memikirkannya sekarang, karena kini dia harus siap jika Jane bisa menyadari kemiripan wajah antara Chico dengan Arthur, sebab Jane pasti akan bertemu dengan Chico saat ini juga.

...To be continue.......

1
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Henny Aprilaz
bagus ceritanya
Henny Aprilaz
keren thor🥰
Henny Aprilaz
nah lho...gaskeun arthur🤣
Henny Aprilaz
wkwkwkw...cing garong🤣🤣🤣🤣
Henny Aprilaz
Haha ketemu c arthur...jodo yaaaa
Henny Aprilaz
loading otak c Arthur...tak menyadari bahwa dia mencintai c Bri....😇😇😇
Henny Aprilaz
semangat Bri🥰
Henny Aprilaz
kampret lo Arthur 😡😡😡
Henny Aprilaz
apakah Brianna mendapat pelecehan dari Arthur...d masa lalu
Henny Aprilaz
kayaknya waktu masa kuliah juga Arthur sudah menyukai Brianna dengan cara membully Brianna...menurut qu yaaaaa🤭
ncapkin
Luar biasa
Sry Handayani
flo bener" perempuan tulus
Lilis Ernawati
ceritanya bagusss... tp yg like kok ga byk yaaa
Sri Udaningsih Widjaya
Bagus ceritanya thor
Sry Handayani
bisa tur bisa
Lilis Ernawati
baguuuss bgt ceritanyaaa...
Sry Handayani
Luar biasa
Naruto Kurama
maksdnya 🫣 tiba2 the end,😁
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!