FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

1. Kau?

Suara hentakan dari stiletto yang beradu dengan lantai terdengar memenuhi koridor. Dengan gayanya yang elegan, Brianna tersenyum ramah pada beberapa orang yang berpapasan dengannya disana. Sampai akhirnya, langkahnya tiba di depan pintu ruangan petinggi perusahaan.

Tangan Brianna terulur, mengetuk pintunya lebih dahulu.

Tok Tok Tok ...

"Silahkan masuk!"

Suara perintah dari dalam ruangan itu, membuat Brianna tidak ragu lagi untuk menekan handle lalu membuka pintunya.

"Excuse me, Mrs. Saya sudah menjadwalkan schedule anda, sesuai dengan yang anda minta," ucap Brianna sopan pada seorang wanita paruh baya di hadapannya. Dia adalah Jane, Direktur perusahaan.

"Thank you, Bri. Coba bacakan jadwalku siang ini," ucap Jane kemudian.

Brianna melihat pada daftar yang masih ia pegang, lalu membacakan jadwal Jane langsung didepan wanita itu.

"Siang ini, anda ada pertemuan dengan Mr. Teatons."

Jane manggut-manggut. "Ah, dia relasi dekat. Kita harus menemuinya karena putranya adalah teman dekat putraku," ucap Jane lagi.

Brianna mengangguk sembari menandai pada jadwal yang masih ia pegang. Ia menggarisbawahi pertemuan Jane dengan Mr. Teatons yang artinya adalah Jane akan menemui relasinya itu, nanti siang.

"Setelah pertemuan itu, apa lagi?"

Brianna kembali membacakan jadwal-jadwal yang harus Jane lakukan sepanjang hari ini. Termasuk beberapa kegiatan yang juga sudah ditunda beberapa kali.

Saat Brianna sudah selesai dengan tugasnya. Ia segera pamit dari ruangan sang Direktur.

"Uhm, Bri?" panggil Jane yang melihat Brianna hampir mencapai pintu keluar.

Perempuan itu menoleh. "Yes, Mrs?" tanggapnya.

"Aku ingin kau menemaniku nanti siang."

Dahi Brianna mengernyit dalam. Dia memang sekretaris Jane, tapi kapasitas pekerjaannya di perusahaan ini hanya sebatas mengatur jadwal ataupun pertemuan penting sang direktur. Brianna tidak pernah ikut untuk turun langsung menemani wanita itu meeting karena Jane memiliki asisten pribadi yang selalu mampu melakukan apapun.

"Maksud Anda, saya harus menemani anda meeting dengan klien?" tanya Brianna memastikan.

"Yah, kau bisa, kan?"

Brianna mengangguk, sebuah kehormatan baginya untuk menemani Jane meeting. Meski selama ia bekerja disini Jane belum pernah mengajaknya bertemu klien secara langsung, tapi dengan permintaan Jane hari ini Brianna akan berusaha semampunya. Lagipula, memang begitulah tugasnya seharusnya.

"Good. Kau ikut aku bertemu dengan Mr. Teatons nanti siang."

"Yes, Mrs. Thank you," ucap Brianna dengan senyum tulusnya.

Jane mengangguk lalu segera memberi isyarat jika Brianna sudah boleh meninggalkan ruangannya.

...***...

Brianna melihat wajahnya di cermin yang ada di toilet kantor, ia juga memperhatikan penampilannya hari ini.

"Sepertinya sudah baik," katanya menilai diri sendiri.

"Hai, Bri." Friska menyapa Brianna. Dia baru saja memasuki toilet yang sama.

"Hai."

Brianna mengulas senyum pada rekan yang bekerja di perusahaan yang sama dengannya itu.

"Kau akan pergi?" tanya Friska melihat dari gelagat Brianna yang sepertinya tengah bersiap-siap.

"Yah. Aku akan menemani Mrs. Jane."

"Wah, sebuah kemajuan. Setelah dua tahun bekerja disini akhirnya kau dipercaya untuk menemaninya." Friska tampak semringah, sepertinya ia ikut senang dengan berita yang Brianna sampaikan.

"Ya, semoga aku tidak lupa bagaimana caranya menggaet project karena sudah terlalu lama aku nyaman dengan pekerjaanku disini yang hanya membuat dan membacakan jadwal Mrs. Jane saja."

Friska terkekeh disusul suara tawa dari Brianna juga.

"Buktikan kemampuanmu, kau pasti bisa!" Friska mengepalkan tangan ke udara, sebagai isyarat bentuk penyemangat yang ia berikan pada Brianna.

"Yup. Semoga saja."

Brianna keluar dari toilet dan menunggu Jane yang sebentar lagi pasti akan turun dari ruangannya. Jane itu adalah wanita workaholic yang sangat disiplin. Dia menghargai waktu maka dari itu Brianna tak mau terlambat dan membuat Jane yang harus menunggunya.

"Bri, kau sudah siap?"

Brianna mengangguk pada Jane yang benar-benar hadir tepat waktu dihadapannya.

"Baiklah, ayo kita berangkat."

Brianna mengagumi keanggunan Jane saat berjalan. Dia memang pantas menjadi pemimpin meski usianya sudah tidak muda lagi.

Brianna tidak mengetahui seluk-beluk kehidupan Jane secara menyeluruh karena kehidupan pribadi para petinggi perusahaan seperti sengaja dirahasiakan. Yah, Brianna menganggap itu wajar karena semua orang membutuhkan privasi. Mereka hanya mempublikasikan keberhasilan dan apa yang sudah mereka capai terkait pekerjaan. Namun untuk urusan keluarga, hubungan, serta yang lainnya Jane cenderung tertutup.

Brianna pernah mendengar desas-desus jika Jane adalah seorang single parent. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun silam. Tapi, entahlah. Siapa yang tau mengenai hal itu. Lagipula Brianna merasa tidak perlu mendalami tentang kehidupan Direkturnya tersebut. Satu-satunya yang mengetahui realita tentang Jane mungkin hanyalah asisten pribadinya yang bernama Cleo.

Sepanjang perjalanan, Brianna tidak banyak bicara. Begitu pula Jane yang lebih fokus menatap pada tablet di tangannya. Sampai akhirnya, sopir yang mengantarkan mereka mengatakan jika mereka telah sampai ditujuan.

"Kita sudah sampai, Nyonya."

Jane menepuk pelan punggung tangan Brianna. "Ayo kita turun," ajaknya pada Brianna.

"Yes, Mrs."

Brianna dan Jane keluar dari mobil mewah yang ditumpangi setelah sang sopir membukakan pintunya untuk mereka berdua.

"Bri, jangan terlalu tegang ... karena seperti yang ku katakan tadi, Mr. Teatons itu relasi dekat yang sudah seperti kerabat bagi kami. Anggap saja ini pertemuanmu dengan teman lama," ujar Jane memperingatkan Brianna sekaligus menenangkannya.

"Baik, Mrs."

Keduanya pun melangkah masuk ke dalam sebuah Restoran keluarga yang cukup ternama. Hari ini Jane memang hanya berdua dengan Brianna karena Cleo sedang mengambil masa cutinya.

"Hallo, Mr. Teatons." Jane menyapa ramah pada seorang pria muda yang sudah duduk menunggunya. Pria itu menoleh lalu memberikan senyum terbaiknya.

"Aku pikir yang akan aku temui disini adalah Ayahmu, Fabio," kata Jane pada pria muda itu.

Mendengar ucapan Jane, pria yang dipanggil Fabio itu pun bangkit dari duduknya. "Hallo Mrs. Mattews, Ayahku sedang di Swedia jadi aku yang menggantikannya untuk pertemuan ini," ujarnya.

Keduanya pun tertawa tanpa canggung.

Sementara Brianna yang juga ada disana, jadi mengetahui jika Jane memiliki nama belakang yang tidak asing di ingatan dan di pendengarannya.

Mattews. Ah, nama itu mengingatkan Brianna pada seseorang yang sangat dibencinya.

Akan tetapi, Brianna tak mau ambil pusing. Bukankan ada banyak populasi manusia yang menggunakan nama yang sama?

Jane dan anak dari Mr. Teatons tampak akrab, meski mereka berbeda generasi. Mereka juga sudah melupakan sapaan formal yang tadi sempat membuat keduanya tertawa.

"Ah, iya ... Fabio, kenalkan ini Brianna. Dia adalah sekertaris Aunty."

"Hai, aku Fabio Teatons." Pria itu mengulurkan tangannya pada Brianna yang tersenyum canggung.

"Brianna."

"Kau beruntung menjadi sekretaris Aunty Jane, beliau akan sangat menginspirasi mu," kata Fabio kemudian.

Brianna hanya mengulas senyum canggung kembali, karena ia tak terbiasa untuk langsung bersikap ramah pada orang baru. Entahlah, ia hanya perlu menyesuaikan diri sesaat untuk hal ini.

"Ah, sorry aku terlambat," ucap seseorang yang baru datang dan langsung menempati kursi kosong yang berada tepat didepan Brianna. Tatapan mereka langsung bertemu dan membuat kedua bola mata mereka membulat sempurna seketika itu juga.

"Kau?" kata Pria itu yang nampak terkejut.

"Kau?" ucap Brianna juga.

"Kalian saling mengenal?" tanya Jane pada Brianna dan pria yang baru saja datang.

Brianna menelan salivanya dengan cepat, entah kenapa tenggorokannya terasa tercekat begitu bertemu dengan pria ini. Dia adalah Arthur Mattews, pria yang sering membully-nya saat di Universitas.

"Bri, kau mengenal Arthur?" tanya Jane lagi, yang kini mengarah pada Brianna saja.

"Yah. Dia---"

"Dia salah satu teman satu angkatanku saat di Universitas, Mom," sela Arthur memotong perkataan Brianna yang belum selesai.

Jane manggut-manggut. "Bagus sekali jika kalian saling mengenal," responnya sambil tersenyum sumringah.

Brianna mengepalkan tangannya erat-erat. Padahal tadi dia sudah mencoba untuk tidak mengaitkan nama belakang Jane dengan seseorang yang dikenalnya di masa lalu. Nyatanya mereka memang ada hubungannya dan panggilan Arthur pada Jane mengartikan jika mereka adalah ibu dan anak.

"Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu si breng sek ini lagi? Kenapa dunia begitu sempit? Dan aku justru bekerja sebagai sekretaris ibunya!" protes Brianna dalam hatinya sendiri.

Sementara disana, Arthur mengulas senyum smirk andalannya ke arah Brianna yang juga tengah menyorotnya dengan tatapan penuh kebencian.

...To be continue ......

Jangan lupa dukung karya ini biar bisa dilanjutkan terus, guys🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Yeni Rahmah

Yeni Rahmah

aku mampir thor...seperti biasa,karyamu slalu menarik👍👍👍👍

2023-06-02

3

lihat semua
Episodes
1 1. Kau?
2 2. Masih sama
3 3. Masa Kelam
4 4. Chico
5 5. Sebuah Rahasia
6 6. Flashback
7 7. Bad Dream
8 8. Aturan
9 9. Dia ikut?
10 10. Takut
11 11. Undangan
12 12. Berdansa
13 13. Cemburu?
14 14. Dejavu
15 15. Pengunduran diri
16 16. Kalut
17 17. Meminta bantuan
18 18. Syarat
19 19. Pekerjaan sampingan
20 20. Pria yang sama
21 21. Lakukan denganku!
22 22. Tak bisa lepas darinya
23 23. Menjenguk
24 24. Mirip
25 25. Usul
26 26. Licik
27 27. Tak berhak memilih
28 28. Tiba
29 29. Sebuah foto
30 30. Satu Kosong
31 31. Informasi
32 32. Memberikan pilihan
33 33. Pengecualian
34 34. Dilema
35 35. Tak akan membiarkan
36 36. Mengiba
37 37. Status baru
38 38. Sebuah hadiah
39 39. Kembali dingin
40 40. Cobalah menerima
41 41. Membuka diri
42 42. Thank you, Wife
43 43. Peduli
44 44. Tertawa bersama
45 45. Beri aku kesempatan
46 46. I love her
47 47. Mengakui perasaan
48 48. Pisah Kamar
49 49. Status Ayah
50 50. Pias
51 51. Serius?
52 52. Bertemu langsung
53 53. Ingin Bicara
54 54. To the point
55 55. Mengakui
56 56. Pukulan
57 57. Menyukai
58 58. Daddy
59 59. Paket
60 60. Pria asing
61 61. Mengelabui
62 62. Kita Keluarga
63 63. Memamerkan
64 64. Meringankan beban
65 65. Menggunakan kekuasaan
66 66. Syarat untuk sebuah restu
67 67. Mengikhlaskan
68 68. Tak usah berterima kasih
69 69. Ayah yang sesungguhnya
70 70. Persiapan
71 71. Wedding
72 72.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Kau?
2
2. Masih sama
3
3. Masa Kelam
4
4. Chico
5
5. Sebuah Rahasia
6
6. Flashback
7
7. Bad Dream
8
8. Aturan
9
9. Dia ikut?
10
10. Takut
11
11. Undangan
12
12. Berdansa
13
13. Cemburu?
14
14. Dejavu
15
15. Pengunduran diri
16
16. Kalut
17
17. Meminta bantuan
18
18. Syarat
19
19. Pekerjaan sampingan
20
20. Pria yang sama
21
21. Lakukan denganku!
22
22. Tak bisa lepas darinya
23
23. Menjenguk
24
24. Mirip
25
25. Usul
26
26. Licik
27
27. Tak berhak memilih
28
28. Tiba
29
29. Sebuah foto
30
30. Satu Kosong
31
31. Informasi
32
32. Memberikan pilihan
33
33. Pengecualian
34
34. Dilema
35
35. Tak akan membiarkan
36
36. Mengiba
37
37. Status baru
38
38. Sebuah hadiah
39
39. Kembali dingin
40
40. Cobalah menerima
41
41. Membuka diri
42
42. Thank you, Wife
43
43. Peduli
44
44. Tertawa bersama
45
45. Beri aku kesempatan
46
46. I love her
47
47. Mengakui perasaan
48
48. Pisah Kamar
49
49. Status Ayah
50
50. Pias
51
51. Serius?
52
52. Bertemu langsung
53
53. Ingin Bicara
54
54. To the point
55
55. Mengakui
56
56. Pukulan
57
57. Menyukai
58
58. Daddy
59
59. Paket
60
60. Pria asing
61
61. Mengelabui
62
62. Kita Keluarga
63
63. Memamerkan
64
64. Meringankan beban
65
65. Menggunakan kekuasaan
66
66. Syarat untuk sebuah restu
67
67. Mengikhlaskan
68
68. Tak usah berterima kasih
69
69. Ayah yang sesungguhnya
70
70. Persiapan
71
71. Wedding
72
72.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!