Xu Yiran, seorang pemuda lumpuh di bumi yang hanya bisa bermimpi menjadi petarung MMA, mendapati hidupnya berakhir tragis dalam sebuah kecelakaan. Namun, takdir membawanya terlahir kembali di dunia brutal di mana kekuatan adalah segalanya. Ia terbangun di tubuh pemuda lain bernama Xu Yiran, satu-satunya yang tersisa dari pembantaian desanya oleh Sekte Seribu Bunga. Dipenuhi dendam dan tekad baja, Xu Yiran memanfaatkan pengetahuan seni bela diri modernnya untuk menciptakan gaya bertarung unik dalam kultivasi. Dengan setiap langkah, ia mendekati balas dendam dan memulai perjalanan menjadi penguasa dunia yang tak tertandingi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Liang
Pagi datang dengan sinar matahari yang perlahan menerangi desa Xianjin. Xu Yiran, dengan pakaian lusuhnya, berdiri di tepi desa. Di belakangnya, hampir seluruh warga desa berkumpul untuk mengantar kepergiannya. Wajah-wajah mereka, meski sederhana, menunjukkan rasa syukur yang mendalam. Anak-anak berkerumun di sekitarnya, beberapa memegang tangan Xu Yiran, enggan melepaskannya.
"Kakak Xu, kau benar-benar akan pergi?" tanya Ling dengan nada penuh haru. Matanya yang besar menatap Xu Yiran dengan penuh harapan. "Bisakah kau tinggal sedikit lebih lama? Aku ingin belajar menjadi kuat sepertimu."
Xu Yiran tersenyum lembut, membungkuk untuk menyamai tinggi anak kecil itu. "Ling, aku harus pergi. Tapi dengarkan aku, jika kau ingin menjadi kuat, mulailah dengan melindungi desa ini. Melindungi orang-orang yang kau cintai adalah kekuatan sejati."
Kata-kata Xu Yiran membuat anak-anak lainnya ikut terdiam, merenungkan ucapan idolanya. Mereka serempak mengangguk dengan wajah penuh tekad. "Kami akan menjadi sekuat Kakak Xu suatu hari nanti!" seru mereka serempak, membuat semua warga desa tersenyum bangga.
Kepala desa, Wu Zhen, melangkah maju dengan sebuah kantong kecil di tangannya. "Xu Yiran," panggilnya dengan suara bijak. "Aku tahu perjalananmu masih panjang, dan mungkin kau tidak memiliki banyak bekal. Ini kantong penyimpanan kelas rendah, bukan benda yang istimewa, tapi cukup untuk menyimpan barang-barangmu. Kami juga menyiapkan beberapa set pakaian sederhana untukmu. Bajumu sekarang sudah terlalu lusuh untuk masuk ke kota besar. Setidaknya dengan ini kau bisa tampil lebih layak."
Wu Zhen menyerahkan kantong itu dengan kedua tangan, tanda penghormatan mendalam. Xu Yiran memandangnya, terkejut dengan kebaikan mereka. Ia mengambil kantong itu dengan hormat, lalu membungkukkan badan dalam-dalam. "Terima kasih atas kebaikan kalian. Aku tidak akan melupakan desa ini. Jika ada waktu, aku pasti akan kembali."
Wu Zhen mengangguk, menepuk bahu Xu Yiran. "Jaga dirimu, anak muda. Kami percaya takdir besar sedang menunggumu."
Xu Yiran mengganti bajunya dengan salah satu pakaian sederhana yang diberikan, lalu menyimpan sisanya dalam kantong penyimpanan. Kini, dengan pakaian baru dan sedikit bekal, ia tampak lebih segar dan siap melanjutkan perjalanan.
Sebelum benar-benar pergi, ia menatap desa Xianjin sekali lagi. "Jaga desa ini baik-baik," katanya kepada semua orang. "Aku berharap saat aku kembali, kalian semua sudah jauh lebih kuat."
Dengan itu, Xu Yiran mulai melangkah pergi. Anak-anak terus melambai, memanggil namanya sampai sosoknya menghilang di kejauhan. Warga desa kembali ke rutinitas mereka, tapi mereka tahu, hari ini bukan sekadar perpisahan. Mereka telah menyaksikan secercah harapan dan kekuatan yang menginspirasi.
Xu Yiran berjalan dengan langkah mantap, meninggalkan desa yang mengingatkannya pada masa lalunya. Namun, hatinya kini dipenuhi tekad baru. Di depan sana, dia tahu petualangan besar menantinya, penuh dengan tantangan dan kemungkinan tak terbatas. Dunia ini masih luas, dan Xu Yiran bertekad untuk menaklukkannya.
Xu Yiran melanjutkan perjalanan dengan langkah mantap. Meski kini dia memiliki kemampuan untuk terbang, dia memilih lebih banyak berlari, merasakan tanah yang kokoh di bawah kakinya. Terbang memang menghemat waktu, tetapi juga menguras energi spiritualnya, terutama setelah menghadapi petir kutukan langit. Dengan kecepatan dan daya tahan tubuhnya yang luar biasa, dia mampu melintasi hutan dengan mudah, melompati batu besar, dan menyusuri jalan setapak tanpa henti.
Saat matahari mulai meninggi, Xu Yiran menemukan sebuah danau kecil yang dikelilingi pepohonan lebat. Airnya jernih, memantulkan sinar matahari seperti kristal. Dia berhenti, melepaskan napas panjang, dan memutuskan untuk membersihkan diri. Pakaian yang dipakainya mulai terasa lengket oleh keringat setelah berlari cukup lama.
Dia melangkah mendekati tepi danau, menatap bayangannya sendiri di permukaan air. Wajahnya yang sebelumnya kusam kini mulai tampak lebih segar berkat beberapa hari terakhir. Bekas luka kecil akibat latihan kerasnya mulai memudar, digantikan dengan kulit yang tampak lebih sehat dan tubuh yang lebih bugar. Dia tersenyum kecil. "Sepertinya perjalanan ini membuatku terlihat lebih hidup," gumamnya.
Xu Yiran melepas pakaiannya yang lusuh dan mencuci wajahnya terlebih dahulu. Dia membiarkan air dingin menyegarkan tubuhnya yang terasa pegal. Dengan hati-hati, dia membasuh seluruh tubuhnya, menikmati sensasi dingin air danau yang sejuk. Setelah selesai membersihkan diri, dia membuka kantong penyimpanan dan mengeluarkan pakaian baru yang diberikan kepala desa. Pakaian itu sederhana—jubah panjang berwarna cokelat muda dengan aksen hijau di tepinya. Namun, kesederhanaan itu justru memberinya penampilan yang lebih bersahaja namun berkarisma.
Setelah mengganti pakaian, Xu Yiran memandangi danau itu sekali lagi. Ia merasakan ketenangan yang sulit ia dapatkan di tempat lain. "Mungkin dunia ini tidak sepenuhnya penuh dengan kekerasan," pikirnya sejenak. Tapi, dia segera mengingat tujuannya dan kembali fokus.
Dia kembali berlari, melintasi jalan berbatu dan mendaki perbukitan kecil. Sepanjang perjalanan, dia bertemu dengan beberapa binatang roh tingkat rendah, tetapi mereka semua segera menghindar begitu merasakan auranya. Bagi mereka, Xu Yiran bukanlah mangsa—dia adalah predator.
Setelah beberapa jam, dia mulai melihat tanda-tanda kehidupan. Jalan tanah mulai berubah menjadi jalur berbatu, dengan roda kereta meninggalkan bekas yang dalam. Tak jauh dari sana, dia melihat gerbang kayu sederhana yang dijaga oleh dua pria bersenjata tombak. Sebuah kota kecil yang dikelilingi pagar kayu tinggi berdiri di hadapannya.
Xu Yiran memperlambat langkahnya dan berhenti sejenak, memperhatikan kota kecil itu. Suara tawa dan obrolan samar-samar terdengar dari dalam. Asap tipis membumbung dari cerobong rumah, membawa aroma masakan sederhana. Dia tersenyum tipis, merasa bahwa ini adalah tempat yang tepat untuk berhenti sejenak dan mengisi kembali energinya sebelum melanjutkan perjalanan ke kota besar.
"Sepertinya aku telah menemukan tempat persinggahan," katanya sambil melangkah menuju gerbang. Dunia yang luas ini penuh dengan kejutan, dan Xu Yiran tahu bahwa setiap kota kecil pun memiliki cerita dan takdir yang mungkin akan menambah perjalanannya.
Xu Yiran melangkah mendekati gerbang kota dengan percaya diri. Penjaga gerbang, dua pria bertubuh kekar dengan baju pelindung sederhana dan tombak di tangan, segera menghentikannya. Salah satu dari mereka, yang tampaknya lebih senior, menyapanya dengan nada formal.
"Selamat datang di Kota Liang! Untuk masuk, kau harus membayar biaya masuk 10 keping koin perak," ujar penjaga itu, sambil mengulurkan tangan.
Xu Yiran terdiam sejenak. Koin perak? Dia tidak punya uang sepeser pun. Perjalanannya selama ini hanya berfokus pada peningkatan kekuatan, dan dia tidak pernah berpikir tentang kebutuhan dasar seperti uang.
"Aku tidak punya uang," jawab Xu Yiran jujur, tapi tetap tenang.
Penjaga satunya langsung mengerutkan dahi. "Kalau begitu, kau tidak bisa masuk. Peraturan tetaplah peraturan."
Xu Yiran tidak ingin membuat masalah di sini, terutama karena kota ini tampaknya menjadi titik penting dalam perjalanannya. Dia mengingat barang-barang yang ada di kantong penyimpanannya dan menemukan dua inti binatang roh tingkat Pemadatan Inti yang dia dapatkan beberapa hari lalu.
"Aku tidak punya koin perak," katanya sambil mengeluarkan dua inti roh yang bersinar lembut, "tapi aku punya ini. Inti binatang roh tingkat Pemadatan Inti. Bagaimana kalau aku menukarnya dengan biaya masuk?"
Kedua penjaga itu saling berpandangan. Mereka tampak terkejut melihat seseorang seperti Xu Yiran, yang tampaknya bukan berasal dari kalangan kaya, membawa barang berharga seperti inti roh. Salah satu dari mereka mengambil inti itu untuk memeriksanya dengan saksama. Setelah beberapa saat, dia mengangguk.
"Ini lebih dari cukup," katanya. "Kami akan menerima ini sebagai pembayaran. Tapi, hati-hati di dalam kota. Jangan sampai kau membuat masalah, terutama kalau kau seorang kultivator."
Xu Yiran mengangguk ringan. "Terima kasih. Aku hanya seorang pengelana yang mencari tempat istirahat."
Penjaga itu mengembalikan salah satu inti roh kepada Xu Yiran sebagai kembalian, menyiratkan bahwa satu inti saja sudah cukup untuk menutupi biayanya. Mereka kemudian membuka gerbang kayu berat itu, membiarkan Xu Yiran melangkah masuk.
Begitu dia melewati gerbang, aroma makanan dari kedai di sepanjang jalan utama langsung menyerangnya. Suara hiruk-pikuk pasar dan keramaian orang-orang menyambutnya, membawa suasana yang berbeda dari keheningan dan kesendirian di hutan.
Xu Yiran menghela napas lega. "Akhirnya, sebuah kota," gumamnya sambil melangkah masuk lebih dalam. Perjalanan ini baru saja membawanya ke babak baru, dan dia tahu, kota kecil ini mungkin menyimpan lebih banyak kejutan daripada yang terlihat di permukaannya.