Genre: Drama, komedi, persahabatan, action brutal, romance.
Sekumpulan pemuda STM yang sedang dalam tahap pencarian jati diri.
Basis 69, basis yang melegenda di ibu kota tapi sedang tertidur lelap karena kejayaannya perlahan-lahan mulai pupus.
Abimana Pramono pemuda dengan segudang rahasia.
Pemuda berdarah panas dan berhati dingin.
pemuda dengan nyali besar dan tak kenal takut.
Pemuda yang tersenyum saat melihat darah.
Abimana Pramono anggota baru basis 69 yang akan membuat sejarah baru.
Pemuda yang akan membangunkan basis 69 dari tidur lelapnya.
Parang..!
pedang..!
celurit..!
sudah di acungkan ke udara.
tidak ada kata untuk mundur sebelum kejayaan tercipta.
-Original story by Penulis amatir-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penulis amatir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STM TUNAS BANGSA
Bimo dan buluk kembali melanjutkan perjalan mereka menuju sekolah dengan masih mengendari Rojali motor CDI 75 milik si buluk.
"Bim lo mau ikutan MOS apa kagak?". tanya buluk sambil menyalip sebuah truk semen.
"Bukannya wajib itu ya ikutan MOS? Apa boleh gua enggak ikut?". Tanya Bimo bingung.
"Hehe, STM kita berbeda dari STM lainya Bemo". Ucap buluk misterius sambil nyengir kuda.
"Berbeda seperti apa? ada kolam renang dan lapangan golfnya ya?". tebak Bimo.
Senyum nyengir buluk segera menghilang, "Ini sekolah bemo bukan rumah loe!". Celetuk buluk kesal.
"Terus perbedaannya apaan? banyak murid betina ya?". Tebak Bimo lagi.
"Please deh Bim jangan menebak yang mustahil gitu loe itu dan biarkan gua yang kasih tau, tebakan loe ngawur banget!". sela Buluk tidak mau mendengar Bimo yang trus bicara asal.
"Terus perbedaannya apaan?". Bimo sudah tidak mau menebak lagi.
"Loe kan calon anggota basis jadi loe bisa bebas untuk tidak ikut mos di sekolah tapi loe harus wajib ikut Penataran di basis tiga hari kemudian setelah MOS di sekolah kelar, itung-itung mengenal anggota lainnya dan para senior". jelas buluk.
"Kok bisa gitu? bukannya yang ngatur Mos sekolah adalah anggota OSIS dan bukankah basis itu organisasi luar, jika guru tau bukannya akan jadi masalah Luk?". Heran Bimo.
"Hehe, itu karena ketua basis kita juga ketua OSIS Bim jadi para calon anggota baru yang ingin bergabung ke basis di bebas tugaskan dari MOS sekolah".
"Terus kalau guru pada tau gimana? Bukannya ketua loe itu bakalan dapat masalah?".
"Hehe". Buluk tersenyum nyengir lagi sambil tarik gas Rojali, "Tidak akan itu karena selain ketua OSIS, ketua basis kita juga anak kepala sekolah jadi aman saja". dari kata-kata nya buluk sangat membanggakan sang ketua basis.
"Apa semua murid baru wajib ikut basis Luk?". Tanya Bimo kemudian.
"Kagak lah, cuma yang mau saja dan tidak ada paksaan sama sekali, jika dipaksa terus tawuran lecet dikit nangis kan kita juga yang repot".
"Terus kenapa loe paksa gua sialan!". Bimo langsung mengumpat.
"Elo kan kasusnya beda Bim". Ujar buluk halus. "Lagian gua udah terlanjur janji sama ketua basis untuk bawa elo". lanjut buluk.
"Anjing! kenapa gua merasa lu anggap gua sebagai barang Luk?".
"Mana mungkin gua gitu, cuma perasaan loe doang itu". buluk buru-buru menyanggah.
"Apa ketua yang lu sebutin itu tau gua? Kenapa terkesan kenal gua itu orang?". Bimo tidak bisa untuk tidak curiga.
"Kalian tidak saling mengenal kok cuma saat rapat basis, gua tunjukkan video baku hantam loe selama di SMP dan para petinggi basis langsung setuju untuk tarik loe ke dalam basis dan gua yang diberikan tugas mulia itu".
"Kampret! jadi diam-diam loe rekam gua Luk! minta gua babat lu? hapus kagak?!". Bimo langsung marah.
"Tenang Bim tenang, kita lagi naik motor ini dan bisa jatuh kita entar, loe tenang dan biarkan gua jelasin semuanya". Buluk tegang saat ini, dulu dia memang suruh orang untuk diam-diam merekam Bimo.
"Ok cepat bicara! tapi kalau penjelasan lu kagak masuk akal jangan salahkan gua jika Romeo dan Juliet bersilahturahmi dengan punggung loe!". Bimo mengancam.
Sambil mengendalikan Rojali, Buluk menelan ludah kasar.. Tebakannya benar pasti Bimo akan marah jika buluk jujur.
"Gua merekam loe untuk gua jadikan referensi Bim, gaya tarung loe itu unik.. dengan senjata ataupun tangan kosong dan gua ingin meniru itu tapi sayang setelah gua teliti untuk bisa bertarung seperti lu musti pakai otak dan harus lincah dan gesit serta harus gila karena cara bertarung loe terlalu ngawur tapi efektif, jadi gua nyerah". buluk berucap panjang dengan satu tarikan nafas menjelaskan.
"Terus kenapa kagak loe hapus setelah loe kagak bisa niru?". Bimo belum bisa menerima penjelasan buluk.
"Rencana sih akan gua hapus Bim tapi gua merasa loe anak orang kaya pasti akan sulit untuk bertemu loe lagi jadi gua simpan untuk jadi kenang-kenangan tapi..
"Tapi apa? cepat bilang! Kenapa video itu bisa loe tunjukan kepada orang lain!".
"Gua kagak punya pilihan lain Bimo, saat itu gua baru kelas 1 dan baru masuk basis".
"Keadaan basis saat itu tidak sesuai yang gua harapkan, kita sering kalah di Medan tawuran dan para petinggi juga bingung, gua merasa itu sebuah kesempatan dan peluang". Terang buluk.
"Kesempatan dan peluang untuk apa?".
"Saat itu gua belum punya nama seperti sekarang Bim, jadi diam-diam gua tunjukkan video loe ke ketua dan ketua langsung mengadakan rapat, singkat cerita mereka kagum dengan kamu dan minta gua untuk bujuk lu masuk basis setelah lulus SMP, karena itu juga gua mulai mendapat kepercayaan dan jadi tank no 1 di basis, karena ada andil elo secara tidak langsung, terlepas dari gua juga yang jago". Ucapan buluk dia akhiri dengan memuji dirinya sendiri.
Bimo terdiam untuk sesaat, terlepas dari senior saraf ini yang manfaatkan dia, Bimo mencoba untuk mengerti.
Bim? Gimana apa penjelasan gua masuk akal?". Tanya buluk saat bimo di belakang belum bersuara.
"Apa loe juga ember dengan identitas gua?".
"Kagak!". jawab buluk cepat. "soal identitas loe yang itu tidak akan gua ungkapkan kepada orang lain tanpa persetujuan dari elo, gua cuma kasih tau nama Bimo kepada mereka dan bukan Abimana Pramono". Ucap buluk serius.
"Ya udah kalau gitu mau gimana lagi, udah terlanjur juga dan sepertinya gua memang ditakdirkan masuk ke basis sialan loe itu". Ucap Bimo pasrah.
"Serius Bimo loe mau?!". Buluk tidak bisa untuk tidak bahagia mendengar itu.
"Iya gua serius, tapi jangan terlalu ber ekspektasi lebih loe sama gua.. dan gua punya beberapa syarat juga apa ketua loe bisa penuhi?".
"Syarat apaan?".
"Nanti saja gua bicara saat bertemu sama ketua loe itu". ucap Bimo misterius
"Oke sampai sekolah nanti gua akan langsung cari ketua untuk bertemu dengan elo". Buluk segera menarik gas Rojali lebih dalam agar cepat sampai ke sekolah.
Tepat pukul setengah delapan pagi Buluk dan Bimo telah sampai di parkiran motor STM tunas bangsa, parkiran yang sudah penuh sesak dengan kendaraan roda dua.
"Bim, ayo kita cari ketua". Buluk sudah tidak sabar.
"Gua pengen pipis Luk, loe cari sendiri saja dan nanti kabari gua".
"Oke, gua pergi dulu". Tanpa menunggu Buluk langsung berlari pergi.
Bimo sudah mengenal denah STM tunas bangsa dengan baik karena saat pendaftaran masuk dia sempat berkeliling.
Walau STM tunas bangsa tidak punya gedung bertingkat tapi wilayahnya cukup luas dan fasilitasnya cukup lengkap, serta terdapat taman uang besar tempat murid bersantai.
Bimo segera berjalan menuju toilet, ini adalah hari pertama dia secara resmi menjadi siswa STM.
Bimo sangat menantikan teman seperti apa yang bisa dia kenal disini dan dalam hati Bimo berdoa agar menemukan teman yang waras tidak seperti seniornya yang gila.
Permintaan pertama yang mencengangkan bagi orang yang sudah tegang duluan..
ha...ha...