Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.
Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.
Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.
Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Erlan
Kehadiran sang pewaris utama mengubah suasana di kantor menjadi bergemuruh. Seluruh pegawai yang berjumlah ratusan bahkan ribuan jiwa itu sangat penasaran. Mereka pun mencari profil seorang Yunan Abimanyu. Dari beberapa akun mereka buka. Mengobrak-abrik berbagai aplikasi sosial media demi menemukan jati dirinya. Namun sayang, satupun tidak ada yang menemukannya.
Tidak hanya dari kaum wanita, para pria pun melakukan hal yang sama. ingin tahu tentang Yunan Abimanyu yang sebentar lagi akan menjadi bos di kantor tersebut. Tentu, kedatangannya sangat mencengangkan. Pasalnya, yang mereka tahu Laurent adalah satu-satunya anak dari Erlan, faktanya ada yang lain.
''Ternyata tidak semua anak orang kaya berpenampilan mewah,'' bisik resepsionis yang ikut gemetaran setelah mendapat kabar itu. ''Bahkan dia tidak bermain sosial media seperti anak pejabat lain yang suka pamer kekayaan,'' imbuhnya.
''Iya, apa mungkin dia hanya menguji para pekerja di sini?'' timpal yang lainnya takut.
''Hari ini banyak-banyak berdoa saja semoga dia baik hati dan tidak memecat kita,'' jawabnya pasrah.
Betapa tidak, perlakuannya pada Yunan sangat buruk. Menganggapnya anak jalanan yang tidak pantas masuk ke tempat itu. Sementara nada bicaranya pun ketus seolah-olah pada anak kecil yang nakal. Masih pantaskah yang seperti itu diberikan maaf.
Motor yang tadinya disuruh parkir di pinggir jalan pun langsung dipindah di samping mobil milik Erlan. Menjaganya dengan hati-hati layaknya mobil para staf tinggi perusahaan. Menyusun kalimat untuk meminta maaf pada sang bos.
Suara klakson mobil membuyarkan satpam yang tampak melamun. Pria itu berlari menghampiri mobil yang baru saja masuk dan membukakan pintu.
''Pagi menjelang siang, Non Laurent,'' sapa satpam sambil hormat.
Laurent mengangguk. Matanya langsung menatap motor yang terlihat asing. Bukan mengejek, hanya saja ini pertama kali ia melihatnya di tempat itu.
''Motor siapa, Pak?'' Menunjuk ke arah motor butut milik Yunan.
''Milik tuan Yunan, Non,'' jawab satpam jujur.
''Benarkah kak Yunan di sini?'' tanya Laurent dengan mata berbinar.
Satpam itu mengangguk tanpa suara. Menatap punggung Laurent yang mulai menjauh dan menghilang di balik pintu utama. Menormalkan pikirannya yang beberapa saat kacau.
Erlan mendekati Yunan yang duduk di sofa. Menepuk pelan pundak pria tersebut. Ingin mengajukan beberapa pertanyaan, namun masih ragu mengingat kehidupan Layin yang jauh dari berkecukupan.
''Ada apa Ayah menyuruhku ke sini?" tanya Yunan serius. "Apa yang Ayah katakan tadi tidak serius, 'kan?'' Semakin menyelidik.
''Seriuslah. Ayah tidak pernah main-main dengan ucapan ayah. Kamu yang akan menggantikan ayah bekerja di tempat ini. Tapi dengan beberapa syarat, karena seorang pemimpin harus memiliki keahlian di bidangnya,'' terang Erlan diiringi dengan senyum.
''Kamu lulusan apa?'' tanya Erlan lirih. Takut Yunan tersinggung seandainya hanya lulusan rendahan.
''Informatika, tapi baru S1. Rencananya mau lanjut, sayang uangnya gak cukup karena waktu itu ibu sakit,'' jawab Yunan lugas.
Teringat jelas saat ia memutuskan untuk memendam cita-citanya yang setinggi langit ketika sang ibu butuh uang untuk berobat. Yunan berharap, suatu saat punya uang yang cukup untuk melanjutkannya. Hanya saja, kejadian tak terduga malam itu menjerumuskan menjadi seorang suami. Akhirnya, ia benar-benar pasrah dengan keadaan karena harus memberi nafkah pada Cassandra. Akan tetapi, ia tak menyesal karena mendapatkan wanita yang dicintai, meski waktunya kurang tepat.
''Maafkan ayah,'' ucap Erlan merasa bersalah.
Seharusnya seorang ayah yang bertanggung jawab memenuhi semua kebutuhan istri dan anaknya. Justru mereka harus berjuang seorang diri melawan alur hidup yang begitu sulit.
''Tidak apa-apa, Ayah. Ini bukan salah Ayah. Mungkin takdirku dan ibu memang harus seperti itu.'' Sedikitpun tak menyinggung nama Sastro, satu-satunya dalang dari penderitaannya.
''Sebenarnya Informatika itu bagus untuk mencari pekerjaan di kantor, tapi kenapa kamu menjadi asistennya Cassandra?'' Erlan semakin menyelidik. Ingin mendengar sendiri kisah Yunan dengan istrinya.
Yunan tersenyum tipis. Bukan hanya sekali ia mendapatkan pertanyaan itu. Tapi, beberapa kali dan jawabanya pun hanya satu, karena cinta.
''Aku bekerja dengan Cassandra sejak masih kuliah. Waktu itu dia juga masih kuliah di universitas yang sama. Tapi dengan jurusan berbeda. Gak tahu kenapa, lama-lama aku ingin terus bersamanya. Gak tega melepas dia sendiri bersama asisten baru. Padahal banyak yang nawarin kerja padaku, tapi aku lebih memilih bersama dia dengan bayaran yang sangat kecil.'' Yunan mengisahkan perjalanannya selama bekerja dengan Cassandra.
''Demi kantor ini kamu mau kan, melanjutkan kuliah lagi? Kali ini jurusan MBA. Tenang saja, hanya dua tahun. Karena seorang CEO butuh pengetahuan yang tinggi. Memiliki pikiran yang berkembang. Menguasai tentang bisnis. Tidak hanya sekedar anak dari orang kaya saja. Tapi harus mampu bekerja dengan baik. Maaf, ayah harus lakukan ini demi kebaikan kamu.''
Yunan membisu, mencerna perkataan yang meluncur dari sudut bibir Erlan. Tidak ada yang salah. Hanya saja, terlalu berat meninggalkan Cassandra seorang diri. Tidak mungkin ia kuliah dalam negeri. Itu hanya akan membuat orang tergila-gila padanya karena menjadi anak orang kaya. Sebisa mungkin jauh dari semua orang yang mengenalnya, termasuk keluarga Margareth.
''Pikirkan sekali lagi, Nak. Ayah akan menunggu jawaban darimu.'' Mengusap lengan Yunan dengan pelan.
Kasihan juga, seolah ia memberikan beban lagi padanya. Disaat seperti ini, seharusnya Yunan menikmati kekayaannya, justru akan memberikan tanggung jawab lagi dan itu harus melalui beberapa tahap yang pasti akan sulit.
''Nanti siang ayah mau ke rumah ibu untuk makan siang di sana. Sekalian membicarakan tentang ini,'' imbuhnya lagi.
''Aku ikut,'' sahut suara seorang wanita dari ambang pintu.
Yunan menoleh ke arah sumber suara. Menatap intens gadis cantik yang berjalan ke arahnya. Wajahnya yang mirip dengan Erlan sudah dipastikan itu adiknya yang bernama Laurent. Tanpa ragu mereka langsung berpelukan. Sedikit canggung, meski sedarah namun keduanya dipertemukan sudah saling dewasa.
''Dari kemarin dia pingin ketemu sama kamu, katanya mau ngajakin jalan-jalan,'' canda Erlan mencairkan suasana.
Yunan hanya tersenyum kecil. Meng iyakan ucapan sang ayah.
''Iya. Kak. Sebelum kakak sibuk kuliah aku mau dong diajak jalan-jalan.'' Laurent mencoba untuk akrab meski belum tahu karakter tentang sang kakak.
''Boleh. Masalahnya Cassandra sangat sibuk. Jarang sekali ada waktu senggang. Setiap hari harus mengantarnya bekerja,'' jelas Yunan pada sang adik.
''Apa Cassandra mencintaimu seperti kamu mencintainya, Nak?" Erlan melayangkan pertanyaan yang dari kemarin dipendam. Terdengar lancang karena itu urusan pribadi. Akan tetapi, ia tak tega melihat cinta putranya bertepuk sebelah tangan, pasti sakit.
''Untuk sekarang belum, Ayah. Tapi suatu saat nanti aku yakin dia akan mencintaiku,'' jawab Yunan tidak yakin.
Entah, harapan itu akan menjadi kenyataan atau selamanya hanya angan-angan. Waktu yang bisa menjawab. Yunan pun akan mencoba untuk menerimanya.
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya