NovelToon NovelToon
Menikahi Ayah Anak Asuhku

Menikahi Ayah Anak Asuhku

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Menikah Karena Anak
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: senja_90

"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.

Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.

Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Wanita Itu?

Sesuai dengan perintah sang suami, Queensha menemani Aurora pergi ke museum yang terletak di kawasan Kota Tua, Jakarta. Museum ini beda dari yang lain sebab semua hasil karya tangan para seniman tercipta dalam bentuk 3D. Yups, destinasi wisata kali ini merupakan pilihan Queensha sendiri karena dia ingin mengajak Aurora berselfie bersama, mengabadikan kebersamaan mereka sebelum kontrak pernikahan habis.

Queensha ingin saat bercerai nanti dari Ghani, dia mempunyai kenangan dalam bentuk foto yang bisa dikenang ketika rasa rindu melanda. Walaupun Aurora hanya anak sambungnya, tetapi kasih sayang wanita itu tulus seperti seorang ibu kandung pada anaknya.

"Mama, lihat, ada hantu! Iih, serem!" Aurora menunjukan ekspresi seolah-olah dia sedang ketakutan.

Queensha terkekeh melihat aksi putri sambungnya itu. Sedari tadi Aurora memperagakan berbagai macam ekspresi dari setiap lukisan yang ia temui. Benar-benar menggemaskan dan itu membuat hati Queensha semakin menghangat.

"Ya sudah, kita cari lukisan yang lebih bagus daripada ini. Mama ingin kita berdua berselfie ria selagi Papa enggak ada. Gimana, setuju enggak?" tawar Queensha.

Aurora mengangguk penuh semangat. "Setuju dong. Ayo kita pergi sekarang, Ma!" Jari jemari mungil terulur ke depan, merangkum jemari lentik milik Queensha. Lalu, keduanya melanjutkan kembali langkah kaki yang sempat terhenti.

Suasana museum cukup ramai sebab bertepatan dengan hari libur sekolah sehingga banyak pasang keluarga mengajak putera-putri mereka berlibur, mengunjungi tempat wisata yang ada di kota Jakarta. Tapi beruntungnya Queensha maupun Aurora masih bisa berpose di depan lukisan yang menurut mereka menarik, unik dan bagus.

"Mas, bisa minta tolong fotoin saya dan anak saya di sana?" pinta Queensha pada salah satu penjaga museum.

Sebetulnya pihak museum menyediakan jasa fotografer handal untuk memotret para pengunjung yang ingin mengabadikan kebersamaan mereka dan keluarga menggunakan kamera bagus dengan kualitas nomor satu. Akan tetapi, Queensha tak ingin menggunakan jasa tersebut karena berpikir untuk apa menghabiskan uang hanya untuk kepuasan semata. Apalagi ia mempunyai kamera ponsel kualitas bagus sehingga merasa percuma jika harus membayar lebih untuk sesuatu yang menurutnya tidak penting.

Hidup prihatin sedari kecil membuat Queensha lebih menghargai uang jadi ia tak mau menghambur-hamburkannya karena tahu mencari uang itu sulit. Ia bahkan harus berpindah dari meja satu ke meja yang lain untuk mengantarkan makanan. Belum lagi omelan, sindiran pedas yang keluar dari mulut Puji terkadang membuat mood Queensha berantakan.

Penjaga museum tersenyum ramah. "Bisa, Bu. Mari, saya bantu Ibu dan putrinya berpose."

Queensha berjalan sedikit berlari mendekati Aurora. Lalu, mereka duduk di sebuah perahu kecil dengan background laut lepas dan di samping kanan kirinya terdapat dua buah burung flamingo saling berhadapan sehingga bagian depan mereka seakan menyerupai bentuk hati. Kedua perempuan itu tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi putih dan rapi saat juru foto memberi kode bahwa dia akan segera membidik di hitungan ketiga.

Hampir semua lukisan yang dipajang di sana telah Queensha dan Aurora jadikan spot berfoto. Tubuh terasa lelah karena bergerak ke sana kemari, tapi mereka cukup puas atas hasil yang didapat.

"Mama, lapar." Aurora merengek saat merasakan perutnya terasa lapar. Gadis itu memang tidak terbiasa dengan keadaan perut kosong sebab Ghan selalu menyediakan dua bungkus biskuit di tas untuk disantap si kecil apabila perut si pemilik mata bulat terasa lapar.

Queensha memasukan telepon genggam miliknya ke dalam tas, kemudian membenarkan rambut si kecil yang sedikit berantakan. "Ya udah, kita cari restoran terdekat. Habis itu mampir sebentar ke mall, membelikan boba untuk Papa. Baru setelah itu kita ke rumah sakit."

Inilah rencana yang telah Queensha susun bersama si kecil. Walaupun hati terasa berat karena harus menemui Ghani di rumah sakit, tetapi ia mencoba ikhlas asalkan putri tercinta bahagia.

Mendengar perkataan Queensha, Aurora bersorak kegirangan. Yeah, bukankah itu sangat menyenangkan dapat bertemu seseorang yang kita cintai?

"Oke, Mama. Let's go! Aku udah enggak sabar ingin ketemu Papa."

***

"Mang Aceng, saya dan Rora mau masuk ke dalam dan seperti akan lama. Kalau Mang Aceng mau pulang duluan, enggak apa-apa, biar nanti saya pulang pesan taxi online saja."

"Saya menunggu saja di sini, Mbak. Lagi pula, kalau pulang mau ngapain? Daripada bengong lebih baik tunggu di sini saja. Ya siapa tahu Mbak Queensha cuma sebentar di sini jadi saya bisa langsung mengantarkan Mbak Queensha dan Neng Rora pulang ke rumah," tolak pria setengah baya yang duduk di balik kemudi.

"Baiklah. Kalau gitu saya dan Rora masuk dulu ke dalam. Mari, Pak." Tangan kanan Queensha menggandeng tangan Aurora, berjalan masuk ke gedung pencakar langit yang ada di depan sana. Keduanya berjalan bersisian sambil terkikik geli saat membicarakan hal seru yang telah mereka lalui bersama.

Saat kaki jenjang menapaki lantai lobi rumah sakit, Queensha dibuat kebingungan sebab ini kali pertama menemui Ghani di tempat kerjanya. Wanita itu bingung karena lupa menanyakan di lantai berapa sang suami bekerja.

Duh, kok aku bodoh sekali sih sampai enggak tahu suamiku sendiri kerja di lantai berapa. Apa aku harus tanya ke bagian resepsionis, ya? Tapi ... gimana kalau mereka tanya aku ini siapanya Pak Ghani? Kalau bilang istrinya .... Queensha menggelengkan kepala, mengenyahkan isi kepalanya saat ini. Bisa berabe urusannya kalau mereka tahu aku adalah istrinya Pak Ghani. Kalau enggak tanya, gimana aku tahu ruangan Papanya Aurora di lantai berapa.

Queensha terus bermonolog hingga tanpa menyadari jika sesosok pria paruh baya yang penampilannya masih terlihat gagah berani berdiri di sebelahnya.

"Kakek!"

Suara Aurora menyentak kesadaran Queensha. Berdehem dua kali guna mencoba menyingkirkan rasa gugup setiap kali bertemu dengan ayah mertuanya.

"Loh, Rora kok ada di sini? Bukannya tadi pagi bilang mau jalan-jalan ke museum?" Rayyan mengangkat tubuh mungil itu ke udara kemudian mendekapnya ke dada.

"Rora mau ketemu Papa, Kek. Mau kasih kejutan pada Papa," jawab Aurora polos. Wajahnya yang imut semakin terlihat menggemaskan di mata Rayyan.

"Kejutan apa, nih? Kok Kakek enggak dikasih kejutan juga sama Rora."

Aurora terkekeh pelan. "Rahasia dong. Hanya Rora dan Mama saja yang tahu." Padahal sebetulnya Rayyan sudah tahu kalau Aurora hendak memberikan boba, minuman kesukaan Ghani. Terlihat jelas jika isi paper bag itu adalah boba, minuman yang terbuat dari tepung tapioka dengan tambahan teh dan susu. Logo serta merk dagang terpampang jelas di sana.

Rayyan mengerucutkan bibir ke depan seperti saat Aurora sedang merajuk. "Iih, kok main rahasia-rahasiaan segala sih. Kan Kakek jadi penasaran." Aurora hanya menyeringai mendengarnya.

"Saya perhatikan sedari tadi kamu terdiam, apa ada hal yang membuatmu bingung?" Kali ini Rayyan bertanya pada Queensha, menantu kedua di keluarga Wijaya Kusuma.

Queensha memelintir ujung blus yang ia kenakan. Aura dingin terpancar jelas dari sosok pria di sebelahnya. Bulu kudu wanita itu meremang setiap kali berhadapan dengan Rayyan.

"Ehm ... s-sebenarnya, saya enggak tahu di mana ruangan Pak Ghani berada, Pak. Saya ... belum sempat bertanya padanya," jawab Queensha tergagap.

Terdengar helaan napas kasar bersumber dari Rayyan. "Dia ada di lantai tiga. Keluar dari lift, belok kanan kemudian lurus sedikit. Itu adalah bangsal Boungenville."

Setelah mengucap terima kasih dan berpamitan pada Rayyan, Queensha dan Aurora melanjutkan kembali langkah kaki mereka. Menyusuri lorong kecil yang tampak begitu ramai. Sepanjang jalan, Aurora berceloteh membicarakan apa saja yang ingin diucapkan oleh bibirnya itu.

Namun, langkah kaki itu harus terhenti saat sosok pria yang menjadi tujuan mereka datang ke sini sedang berdiri bersama dua orang dokter dan tiga orang perawat. Satu dokter di antaranya adalah seorang wanita tengah berdiri membelakangi Queensha dan Aurora.

"Papa?" panggil Aurora sambil menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

Mendengar suara yang begitu familiar di telinga, Ghani menoleh ke sumber suara. Bola mata pria itu terbelalak dengan rahang terbuka lebar saat mendapati istri dan anaknya berdiri di depan sana. Pun begitu dengan tiga orang perawat dan dua orang dokter di sebelah Ghani.

Akan tetapi, reaksi mereka tak berlangsung lama setelah tahu siapakah gerangan yang memanggil Ghani barusan. Namun, mereka kembali dibuat bingung akan kehadiran wanita asing yang tengah menggandeng tangan Aurora. Penampilan Queensha yang terlihat sangat sederhana semakin membuat mereka bertanya-tanya.

Salah satu dari dokter berjas putih bertanya, "Dokter Ghani, siapa wanita itu?" tanyanya penasaran. Wajar jika wanita itu bertanya begitu sebab saat Ghani menikah, baik dia serta yang lain tak diundang dalam ijab kabul pernikahan sang calon direktur rumah sakit.

Ghani memperhatikan Queensha serta rekan sejawatnya itu. Tampak keraguan terlihat jelas di raut wajah pria itu.

"Ehm ... d-dia ... dia adalah ...."

...***...

1
Imas deemashayoe Deemashayoe
Luar biasa
aca
dasar otak udang bodoohh ampe tulang queen apaan kasih nama aja si tolol
Gina Savitri
Ngeri liat kelakuan ghani, takut queensha kena baby blues habis melahirkan langsung kena mental 😑
Gina Savitri
Waduh resepsi di hotel bisa sampai 9 jam, biasanya mentok 4jam udah capek banget berdiri soalnya
Gina Savitri
Harusnya Raffa, Rifky dan Rasya namanya 😅
Gina Savitri
Aturan jodohin aja fifi sama rama, kasian blm dapet jodoh sendirian kan tuh rama 😁
Gina Savitri
Kasian lita jadi korban kejahatan kedua orang tuanya 😏
Gina Savitri
Zavier kan masih single harusnya dia yg balik ke rumah jagain orang tuanya klo emang ghani mau hidup mandiri
Gina Savitri
Waduh leon calon jodohnya lulu nih, baru kenal udah ribut plus dapet ciuman 😂
Gina Savitri
Lah tadi masuk bersama kedua anaknya, knp skrng anaknya di titipin 🤔
Gina Savitri
Coba klo rama akhirnya jadi jodoh shakeela 😁 seru pasti habis di hatam kakaknya dapet adiknya
😂😂😂
Gina Savitri
Tinggal menjelaskan sama aurora klo mereka orang tua kandungnya
Gina Savitri
Pas queensha curiga aurora mirip muka sama alerginya, saya udah menduga klo mia dalangnya yg nuker dan jual anaknya queensha
Gina Savitri
Kayanya mungkin rora tertukar waktu melahirkan 🤔
Gina Savitri
Bukannya lulu dateng ya pas nikahan ghani-queensha, masa gak inget mukanya
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔
Gina Savitri
Hehehe..leon bnr tuh cassandra, jangan sombong..kali aja setelah ini kedua orang tua lo meninggal terus lo jatuh miskin karna cuma tau menghambur2kan duit ortu
Gina Savitri
Jahat temannya ghani, pasti dikasih obat perangsang yg suruh clarissa biar bisa tidur sama ghani
Gina Savitri
Cowok patriarki, cuma mau di dengar tapi nggak mau mendengar penjelasan orang lain 😏
Gina Savitri
Apa jangan2 aurora anak ghani dan queensha hasil hubungan di luar nikah ? kali aja dulu anaknya di kasih ke panti sama mama tiri nya
Gina Savitri
Turunan papa rayyan jadi si raja tega ghani 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!