Pelangi adalah gadis kecil yang sangat cantik, wajahnya sempurna dengan gurat timur tengah bercampur India, setidaknya itu yang biasa dikatakan para warga didesanya meski sebenarnya iapun tak tahu pasti mengenai asal usul hingga dirinya memiliki wajah seperti itu, Saat bayi ia ditinggalkan begitu saja didepan pintu sebuah panti asuhan, hujan yang reda seakan menyambut kedatangannya, itulah kenapa ia diberi nama Pelangi.
Ia adalah penghuni panti yang paling lama, ia tinggal selama 16 tahun, meski banyak yang ingin mengadopsinya saat kecil namun semua mengurungkan niatnya tatkala mengetahui jika gadis itu mengalami gangguan Jantung serius sejak lahir.
Dan karena sebuah kesalahpahaman, seorang pemuda kaya dengan julukan casanova berusia 24 tahun, memgambil secara paksa mahkota lambang kesucian gadis malang 16 tahun tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Lihat lihat siapa ini?? Oh...calon mrs Daffin Jaxton" Seorang wanita cantik dengan tubuh tinggi karena ia juga seorang model menghampiri Cleo yang tengah minum seorang diri di meja bar, sebuah club malam diJakarta.
Cleo bergeming dengan suara itu ia masih asyik dengan segelas bir yang baru saja diisi oleh bartender.
Wanita yang juga rekan Cleo itu memberi kode agar diberikan minuman yang sama dengan milik Cleo.
"Apa kau frustasi karena baru kehilangan calon Mertua? Atau kau masih galau karena sampai sekarang belum berhasil menggoda Daffin dengan tubuhmu itu?" Laila, nama gadis wanita itu, ia berdecak sambil menggelengkan kepala pelan.
Laila adalah Teman Cleo yang sudah pernah menghabiskan malam yang panas bersama Daffin saat ia dan pria itu masih sama sama berstatus mahasiswa disalah satu perguruan tinggi swasta di Amerika dan Cleo tahu hal itu, ia sudah kenyang dengan cerita betapa casanovanya sang kekasih namun Cleo tak peduli, asal bisa menjadi menantu keluarga Jaxton masa lalu Daffin tidaklah penting.
Hubungan Laila dan Daffin sebenarnya hanya sebatas partner bertukar peluh kala itu , dan sama sekali tidak melibatkan perasaan, sebagai teman Cleo, Laila juga sangat mendukung hubungan Cleo dan Daffin, ia sempat miris mendengar cerita Cleo jika pria itu sama sekali tak ingin disentuh secara intim.
"Apa yang kurang dariku laila??"
Laila menatap Lekat Cleo dari atas hingga bawah, tentunya tak ada yang kurang, Cleo bahkan lebih cantik dari pada dirinya.
"Kau ingin mencoba sesuatu yang baru?" Laila mengedipkan sebelah matanya.
"Apa itu?" Cleo penasaran.
Gadis berambut panjang hingga pinggang itu lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya, sebuah botol yang hanya seukuran dengan jari kelingkingnya yang lentik.
"Ini..." Laila menyerahkan botol tersebut kepada Cleo, dan Kekasih Daffin itu menerimanya dengan penuh tanda tanya.
"Ini lebih kuat dari yang biasa kau gunakan bersama kekasih gelapmu itu" Laila mengedipkan sebelah matanya, ia tahu Cleo tak sepolos itu.
"Maksudmu ini obat perangsang?"
" Heem"
"Daffin akan membunuhku jika tahu aku melakukan ini"
"Kau harus bermain cantik sayang, jangan biarkan Daffin tahu"
"Caranya?"
"Kau fikirkan sendiri, dan ingat jangan memakai pengaman agar benih Jaxton junior bisa tumbuh di rahimmu".
.
.
Satu bulan berlalu sejak kematian Alexander Jaxton, Selama itu pula Daffin dan Melvin sibuk mengurusi semua hal yang berkaitan dengan Hotel, mereka menghabiskan lebih banyak waktu di Negara negara Asean lainnya dimana terdapat beberapa cabang Jaxton Hotel. Sempat terjadi beberapa guncangan di perusahaan karena sampai sekarang kursi CEO masih belum terisi karena belum diadakannya rapat pemegang saham.
"Kapan rapatnya?" Tanya Paula melihat Daffin dan Melvin baru masuk kedalam ruang kerja, ia memang sudah menunggu kedua pemuda itu dengan duduk di sofa.
"Dua hari lagi" Jawab Daffin cuek, ia langsung mengambil sebuah berkas didalam laci meja kerja dan membahasnya bersama Melvin. Tak ada yang perlu ia perlu ia khawatirkan toh 40 persen saham sudah resmi menjadi miliknya, sedangkan Pelangi ia yakin gadis itu akan mengikuti alur permainannya.
"Bagaimana dengan Jalan g kecil itu?" Pertanyaan Paula membuat Daffin dan Melvin melirik bersamaan kearah wanita paru baya Janda dari Alexander Jaxton.
Paula sudah tahu mengenai perjanjian pernikahan Daffin untuk itu ia tidak terlalu memperdulikan keberadaan gadis itu, toH kurang dari setahun lagi ia akan segera angkat kaki dari kehidupan Daffin.
"Ia akan mengikuti rapat besok" Jawab Daffin lalu kembali memeriksa pekerjaannya.
.
.
Melvin menunggu di balik kemudi sambil mengamati cctv Apartemen yang kini ditinggali Pelangi, Ia memang memasang beberapa kamera di ruang tamu, ruang nonton dan dapur atas perintah Daffin untuk memantau kegiatan Istri kontraknya itu tentunya tanpa sepengetahuan gadis itu, untungnya setiap keluar dari kamar Pelangi tak pernah tidak berpakaian Sopan, sehingga Melvin merasa nyaman saat menjalankan tugasnya. Meski sebenarnya ia menikmati melihat aktifitas gadis 19 tahun itu yang lebih banyak diam dirumah dari pada keluyuran, Yah Pelangi hanya keluar dua kali sebulan untuk chek up kesehatan Jantungnya.
"Apa dia ada di Apartemen?" Tanya Daffin yang baru saja masuk kedalam mobil, mereka hendak meninggalkan Mansion utama menuju ke Apartemen Melvin yang berseblahan dengan unit yang kini ditinggali Pelangi.
"Heem" melvin hanya berdehem, ia menzoom layar tabletnya, matanya menyipit mengamati Pelangi yang kini tengah duduk dilantai sambil bersandar pada pada badan kulkas, padahal gadis itu baru saja mengambil buah Apel dari lemari pendingin dan menjatuhkannya begitu saja dilantai.
Pelangi nampak meremat kuat dada sebelah kirinya, selama sebulan terakhir Melvin sudah tiga kali melihat pemandangan serupa. Dengan wajah Pelangi yang nampak seperti menahan rasa sakit.
"Apa ia sakit?" Gumam Melvin.
"Siapa yang sakit? Apa dia?" Daffin segera mengambil Tablet dari genggaman Melvin namun ia hanya melihat video yang memperlihatkan Pelangi tengah menunduk dibawah meja makan dan mencari apel yang barusan ia ambil.
Rasa nyeri didada sebelah kiri Pelangi memang kerap kali datang namun tidak berlangsung lama.
"Gadis aneh"
Daffin membuang tablet Melvin ke Jok Belakang, " Lain kali tidak usah buang buang waktumu untuk melihat rekaman cctv lagi, waktu kita terlalu berharga hanya untuk hal seperti itu" Ucap Daffin dengan wajah datarnya, Entah apakah memang Daffin merasa Melvin membuang waktu ataukah ada hal lainnya, yang jelas ia kerap kali mendapati Melvin menatap lekat rekaman cctv Apartemennya sambil tersenyum tipis, dan Daffin merasa itu tidak seperti Melvin yang ia kenal.
"Mulai besok buka kameranya, berikan ia privasi" lanjut Daffin lagi, padahal diawal ia yang sangat ingin memantau pergerakan Pelangi, karena ia berharap gadis itu adalah seorang Jalan* yang mungkin akan membawa pria lain masuk kedalam apartemennya dan jika hal itu terjadi maka tak perlu menunggu hingga satu tahun bagi Daffin untuk bercerai dan mengambil semua sahamnya. Karena hanya itu salah satu syarat yang dituangkan Alexander kedalam surat wasiatnya, jika Pelangi berbuat kesalahan fatal dalam pernikahannya maka kepemilikan Saham akan beralih kepada Daffin, syarat itu sebenarnya hasil bujukan Paula sebelum Alexander dinyatakan kritis.
Dan lagi hampir setiap hari Melvin melaporkan kegiatan Pelangi yang selama sebulan ini hanya dua kali Pelangi keluar Apartemen, selebihnya gadis itu bahkan hanya melakukan hal hal yang menurutnya membosankan didalam Apartemen.
"Melepasnya? Kau yakin?" Melvin menautkan kedua alisnya tanpa menoleh dan hanya fokus menjalankan kendaraaannya.
"Bukankah tak ada yang aneh didalam Apartemen? sekarang ubah strategi, kirim orang untuk memata matai apa yang ia lakukan diluar rumah" titah Daffin lagi.
"Kau tidak akan menemukan apa apa, aku yakin Pelangi bukan gadis seperti yang ada difikiranmu itu!" timpal Melvin.
Sebenarnya Daffin pun merasa hal yang sama, Wajah Pelangi terlalu polos dan penuh dengan aura gadis baik baik.
Mungkinkah karena hal itu ia merasa nyaman setiap bersentuhan dengannya?
Bahkan saat melihat wajah gadis itu didalam rekaman cctv ia merasa aneh dengan perasaannya sendiri yang terkadang tiba tiba sendu.
Apakah itu karena rasa bersalah karena menjebak gadis itu dengan pernikahan kontrak?
Daffin menggelengkan kepalanya pelan, ia selalu berusaha menstimulasi fikirannya jika Pelangi adalah Jala*g kecil yang berbuat licik agar ayahnya menyerahkan saham 20 persen tersebut.
smoga sehat slaku dn terus success thor
wlau melvin smbunyikan
lari sja rainbow jauh2