Sebagai seorang istri Maysa adalah seorang istri yang pengertian. Dia tidak pernah menuntut pada sang suami karena wanita itu tahu jika sang suami hanya pegawai biasa.
Maysa selalu menerima apa pun yang diberi Rafka—suaminya. Hingga suatu hari dia mengetahui jika sang suami ternyata berbohong mengenai pekerjaannya yang seorang manager. Lebih menyakitkan lagi selama ini Rafka main gila dengan salah seorang temannya di kantor.
Akankah Maysa bertahan dan memperjuangkan suaminya? Atau melepaskan pria itu begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Ingin menikah
"Assalamualaikum," ucap Maysa sambil mengetuk pintu ruangan Bu Nadia.
"Waalaikumsalam, masuk!" Mendengar seruan dari seseorang yang berada di ruang membuat Maysa langsung saja mengikuti arahannya. "Oh, Maysa. Saya kira siapa. Bukannya kamu tadi malam izin tidak masuk?"
"Iya, Bu. Kedatangan saya ke sini, mau izin sama Ibu, mulai hari ini saya akan berhenti bekerja."
"Oh, itu, iya, tidak apa-apa. Saya mengerti, mudah-mudahan rencana kamu bisa terlaksana dengan baik."
"Amin, terima kasih, Bu. Ini semua juga berkat bantuan Ibu."
"Saya hanya perantara saja. Kamu memang sudah memiliki bakat, sayang kalau dibiarkan saja."
"Maaf, Bu. Boleh saya peluk Ibu?"
"Tentu saja, saya senang bisa kenal sama kamu."
Maysa berdiri dari duduknya dan mendekati Bu Nadia. "Terima kasih, Ibu, sudah menerima saya bekerja di sini dan sekarang membantu saya berdiri sendiri."
"Saya yakin kamu bisa karena itulah saat Bu Rina menawarkan pekerjaan untuk kamu, saya langsung menyetujuinya. Kamu wanita hebat, bisa belajar dengan cepat."
Maysa mengangguk lalu mengurai pelukannya. "Baiklah, Bu. Itu saja yang ingin saya katakan. Saya mau pamit karena masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan."
"Iya, kamu pamitan dulu sama teman kamu yang lain."
"Kalau begitu aku temui mereka."
Maysa langsung menuju tempat di mana teman-temannya berada, sementara Bu Nadia menyiapkan gaji terakhir untuk Maysa.
*****
"Apa kamu gila! Masalah kamu dengan Maysa saja belum selesai, kamu sudah berniat menikah dengan Vida. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan istri dan anakmu?" tanya Mama Isyana dengan amarahnya.
Sepulang kerja, Rafka datang ke rumah orangtuanya dan bicara dengan ibunya. Dia mengatakan niatnya untuk menikah dengan Vida. Mereka akan menikah secara siri terlebih dahulu, setelah Maysa setuju, barulah pria itu akan menikah secara resmi. Tentu saja keluarga Rafka tidak ada yang setuju, terutama Mama Ishana.
Baru semalam wanita itu membujuk menantunya agar tidak pergi. Dia bahkan menjanjikan akan membujuk Rafka. Akan tetapi, sekarang putranya kembali berulah. Mia yang masih berada di rumah orangtuanya pun hanya mendengarkan saja.
"Maysa saja tidak memikirkan perasaanku, kenapa aku harus memikirkan perasaannya. Ma, aku juga berhak bahagia," ujar Rafka.
"Maysa seperti itu juga karena ulahmu. Kamu yang sudah mengkhianatinya!" Mama Isyana benar-benar tidak habis pikir dengan putranya. Maysa adalah wanita yang baik, tetapi kenapa Rafka lebih memilih Vida yang jelas-jelas tidak memiliki kelebihan apa pun. Hanya wajahnya saja yang cantik.
Mia mencoba mendekati kakaknya. "Kak coba pikirkan lagi keputusan yang Kakak ambil. Aku memang tidak ada hak untuk mencampuri urusan Kakak, tapi aku juga seorang wanita. Aku tidak akan pernah rela melihat suamiku menikah lagi. Apalagi Kak Maysa, dia wanita baik, tidak seharusnya kakak menyakitinya."
"Kamu yang seharusnya mengerti keadaanku. Aku sudah sangat mapan untuk memiliki dua orang istri."
"Lalu apa yang kemarin Kakak lakukan? Kakak sudah dzolim pada Kak Maysa dan membiarkan dia membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sementara Kakak memakai gaji itu untuk bersenang-senang dengan wanita lain. Apa itu yang dinamakan adil? Belum menikah saja Kakak sudah memperlakukan Kak Maysa seperti itu, bagaimana jika Kakak benar-benar menikah lagi!"
"Itu kemarin, sekarang kakak akan berusaha untuk adil."
Mia menggelengkan kepala. Kakaknya bener-bener keras kepala. Entah guna-guna apa yang sudah Vida berikan pada Rafka. Padahal dulu kakaknya adalah pria yang baik, tetapi sekarang semuanya berubah. Dia sudah tidak bisa membujuk Kakaknya lagi, sepertinya keputusan itu memang sudah bulat. Seberapa besar wanita itu berusaha untuk meyakin kakaknya, itu pasti terasa percuma.
"Aku sudah kehilangan kata-kata. Terserah Kakak mau menikah atau tidak, tapi jangan pernah memaksaku untuk menerima pernikahan itu. Aku tidak akan pernah menganggap wanita itu sebagai kakak ipar. Bagiku hanya Kak Maysa kakak iparku. Terserah Kakak mau menikah kedua, ketiga atau keempat. Aku tidak peduli. "
Mia kembali ke kamarnya. Lebih baik dia pulang daripada harus ikut pusing memikirkan kelakuan kakaknya yang sudah tidak bisa diatur lagi. Wanita itu membereskan barang-barangnya dan mengajak sang suami dan anak-anaknya pulang.
Mama Ishana pun sama halnya dengan Mia. Dia tidak lagi melarang apa yang akan Rafka lakukan. Mungkin lebih baik Maysa berpisah dengan Rafka. Mudah-mudahan menantunya bisa menemukan pria yang bisa bertanggung jawab padanya dan membuat hidup wanita itu bahagia.
Rafka memilih pergi dari rumah orangtuanya. Dia lebih baik tidur di rumahnya sendiri. Pria itu tidak mau ada perdebatan lagi dengan orangtua maupun adiknya. Sedangkan Papa Irfan hanya diam. Dia merasa menjadi seorang ayah yang tidak berguna karena tidak bisa mendidik putranya untuk menjaga istri dan anaknya dengan baik.
"Maafkan Papa ya, Ma. Papa tidak bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anak," ucap Irfan pada sang istri saat hanya tinggal mereka berdua.
"Papa bilang apa? Selama ini Papa sudah bersikap baik. Hanya saja, memang Rafka salah mengambil jalan. Mungkin karena pergaulannya yang sekarang. Kita berdoa saja, apa pun pilihan Rafka, Semoga dia bahagia dan tidak pernah menyesali keputusannya itu."
"Papa juga sebenarnya sudah menganggap Maysa seperti anak sendiri. Dia wanita yang baik. Saat kita sakit, dia orang pertama yang menanyakan keadaan kita, bukan Rafka yang anak kandung kita. Dia juga mengantar kita berobat dan menyediakan apa yang kita butuhkan. Maysa juga tidak pernah melupakan kita saat senang maupun sedih."
"Iya, Pa. Mudah-mudahan saja Maysa masih mau bersilaturahmi dan mengajak Eira ke sini."
Keduanya berbincang sambil mengingat semua kebaikan Maysa. Mereka sangat menyayangkan pilihan Rafka. Apa pun itu, semoga ini memang yang terbaik untuk anak, menantu dan cucunya.
Rafka baru sampai di rumah. Dia duduk di ruang tamu, menghilangkan rasa lelah di tubuhnya. Ponsel yang ada di saku berbunyi. Tampak nama Vida di sana. Segera pria itu mengangkatnya.
"Halo apa kabar, Sayang?" tanya Rafka.
"Baik. Bagaimana tadi? Apa kamu sudah mengatakannya pada orangtuamu?" tanya Vida yang berada di seberang telepon.
"Sudah, tadi aku sudah bicara sama papa dan mama. Ini, aku baru pulang."
"Apa mereka setuju?"
"Kamu tahulah, mereka masih berat dengan Maysa, tapi aku sudah mencoba untuk meyakinkan mama dan papa. Mereka pun setuju," jawab Rafka berbohong.
Dia tidak mungkin mengatakan sejujurnya kalau orangtuanya masih belum setuju. Bisa-bisa Vida akan memutuskan hubungan mereka dan Pria itu tidak mau hal itu sampai terjadi. Rafka sudah benar-benar tergila-gila pada Vida. Apalagi wanita itu pandai bersilat lidah yang semakin membuat dia terpikat.
Di seberang sana, Vida tersenyum. Dia sudah tidak sabar menunggu untuk menikah dengan Rafka. Meskipun hanya secara siri, tapi wanita itu yakin suatu hari nanti, Rafka pasti akan menikahinya secara resmi. Saat ini biarlah seperti ini dulu, sampai Vida benar-benar meluluhkan hati pria itu. Dia akan berusaha menguasai Rafka sepenuhnya. Meskipun statusnya adalah istri siri, tetapi dia tidak ingin kalah dengan Maysa.
"Aku senang mendengarnya."
.
.
.
mknya muka nya familiar
sayang nya sama Eira tulis bgt
entah dia dari keluarga yg penuh tekanan,semua udah dia atur dia dia harus ngikutin semua aturan itu.
dan dia udah punya jodoh sendiri
kadang bingung ya..sama lelaki.
udah punya yg spek bidadari malah nyari yg kyk gelandang.
yah... begitu lah seni nya peselingkuhan.
lu makan aja tu pilihan lu
kadang bingung ya..sama lelaki.
udah punya yg spek bidadari malah nyari yg kyk gelandang.
yah... begitu lah seni nya peselingkuhan.
lu makan aja tu pilihan lu