Rahasia Suamiku

Rahasia Suamiku

1. Pekerjaan

Seorang wanita sedang berkutat dengan peralatan dapur, dia sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Namanya Maysa, seorang ibu rumah tangga sekaligus pekerja di sebuah butik ternama di kota ini.

Setelah masakannya matang, dia menyiapkan semuanya di meja makan. Maysa memanggil suami dan anaknya agar segera menikmati sarapannya.

“Sayang, ini gajiku bulan ini,” ucap Rafka sambil menyerahkan uang lima ratus ribu dihadapan Maysa—istrinya.

“Kok, segini, Mas? Ini mana cukup.”

“Kamu cukup-cukupin saja," ucap Rafka tanpa merasa bersalah.

“Mas, kebutuhan kita juga banyak, susu Eira juga sudah habis!” ucap Maysa dengan penekanan. Sudah sering seperti ini dan dia selalu dituntut untuk mengalah. Tidak bolehkah dirinya memberontak?

“May, tolong jangan terlalu menuntutku. Aku pusing dengernya!”

“Kamu pusing? Bagaimana denganku yang mengelola uang lima ratus ribu sebulan? Kamu bisa mikir nggak, sih? Itu cukup untuk dua Minggu saja, aku sudah bersyukur. Bagaimana dua Minggu selanjutnya?”

“Makanya kamu jangan boros. Belajarlah berhemat, aku juga nggak pernah makan malam di rumah, kan? Teman-temanku selalu mentraktirku.”

“Boros? Kamu bilang boros dengan uang lima ratus ribu sebulan? Coba kamu tanya temanmu, berapa mereka memberi istrinya uang belanja hingga cukup satu bulan? Kalau dari mereka ada yang mengatakan lima ratus ribu, katakan pada temanmu, aku akan berguru pada istrinya!”

Rafka yang melihat istrinya kesal pun mencoba membujuknya. Dia tahu Maysa wanita baik, pasti akan mengerti keadaannya. Pria itu memang pandai bersilat lidah hingga membuat sang istri percaya padanya.

“Kemarin mama ngeluh nggak punya uang. papa tidak bekerja seminggu karena sakit. Sebagai seorang anak aku mana tega membuat mama kesusahan, kamu ngerti, kan? Lagian kamu juga sudah bekerja. Bulan depan mudah-mudahan aku bisa ngasih kamu lebih. Kamu tolong ngertiin aku, ya!” bujuk Rafka.

Maysa masih terdiam dengan segala kekesalannya. Dia memang sudah menganggap mertuanya seperti orangtuanya sendiri, tetapi bukan berarti dirinya harus terus mengalah. Wanita itu juga memiliki anak yang masih butuh susu formula dan kebutuhan lainnya.

“May, tolong ngertiin aku. Mudah-mudahan bulan depan aku bisa memberimu lebih, tapi kamu harus sabar, ya?” lanjut pria itu.

Maysa hanya bisa mengangguk dengan terpaksa. Selalu seperti ini. Memang apalagi yang bisa dia perbuat. Suaminya hanya karyawan biasa dengan gaji pas-pasan. Selain itu juga Rafka harus membayar uang cicilan mobil jadi, wanita itu harus menerimanya.

Bisa saja Maysa protes pada sang suami, tetapi wanita itu tidak mau menambah masalah. Apalagi Rafka juga memberikan uang gaji pada ibunya yang memang masih kewajibannya. Namun, dengan uang segitu hanya cukup untuk beli susu dan popok untuk putri kecil mereka. Bagaimana untuk kebutuhan pokok mereka?

“Nanti malam aku lembur, kamu tidur saja duluan. Aku tidak mau melihat kamu sakit,” ucap Rifka setelah menghabiskan sarapannya.

“Iya, Mas. Kalau pekerjaannya sudah selesai, langsung pulang, ya, Mas. Jangan ke mana-mana.”

“Iya, Sayang. Aku berangkat dulu,” pamit Rafka.

Maysa mencium punggung tangan suaminya yang dibalas ciuman di kening wanita itu. Rafka juga berpamitan pada putri kecil mereka yang masih berusia tiga tahun.

Setelah kepergian Rafka, Maysa membereskan semua bekas sarapan pagi dan bersiap untuk pergi bekerja. Mengenai Eira—putri Maysa, biasanya akan dia titipkan di rumah ibunya. Wanita itu bersyukur ibunya mau menjaga Eira jadi dia bisa bekerja untuk menutupi kekurangan uang dapurnya.

Maysa pergi dengan menggunakan motor butut miliknya yang dia beli sebelum menikah. Wanita itu tidak pernah malu memakainya, meski semua teman-temannya semua memakai mobil. Maysa bekerja di sebuah butik ternama dengan gaji yang cukup besar.

“Selamat pagi,” sapa Maysa pada teman-temannya.

“Pagi, Maysa.”

“May, Bu Nadia nyari kamu. Tadi dia bilang kamu disuruh ke sana. Ada sesuatu yang ingin dia katakan,” ucap salah seorang temannya.

“Iya, terima kasih. Aku temui Bu Nadia dulu." Maysa pergi ke ruangan atasannya.

Dia mengetuk pintu beberapa kali, hingga terdengar sahutan dari dalam dan memintanya untuk masuk. Wanita itu tersenyum saat melihat Nadia yang sedang menatapnya.

“Ibu memanggil saya?”

“Iya, duduklah dulu. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan.” Nadia mengambil sebuah kertas dan memberikannya pada Maysa.

“Apa ini, Bu?” tanya Maysa dengan kening mengkerut.

“Ini adalah deskripsi gaun pengantin dari klien kita. Dia ingin gaun seperti yang ada di tulisan itu dan aku mempercayakan padamu untuk mengerjakannya. Kalau kamu berhasil membuat klien kita puas, tentu saja akan ada bonus yang besar untukmu karena klien kita ini termasuk VVIP.”

Memang tawaran yang sangat menggiurkan. Apalagi di tengah kesulitan ekonominya. Maysa berpikir sejenak mengenai tawaran ini dan memutuskan untuk menerimanya.

“Baiklah, Bu. Saya akan mencobanya. Mudah-mudahan saya tidak mengecewakan Anda.”

“Saya yakin dengan kemampuanmu. Kalau tidak, mana mungkin aku memberimu pekerjaan ini,” ujar Bu Nadia membuat Maysa merasa tersanjung.

“Kalau begitu saya pamit dulu, Bu.”

“Kalau kamu butuh ruang privasi, kamu bisa menggunakan ruang sebelah yang kosong.”

“Iya, Bu, terima kasih.”

Maysa pergi meninggalkan ruang atasannya. Dia perlu memikirkan gaun seperti apa yang sesuai dengan deskripsi yang diinginkan kliennya. Setelah membaca beberapa kali, wanita itu mencoba untuk mulai menggambar. Teman-temannya yang mengerti jika Maysa ada pekerjaan penting pun tidak ingin mengganggu.

Wanita itu memang sering diminta Bu Nadia membantu pekerjaannya membuat pesanan penting. Kadang malah memberikan pekerjaan itu pada Maysa sepenuhnya, seperti hari ini. Pekerjaan wanita itu memang sangat memuaskan.

Dari dulu Maysa sangat ingin kuliah jurusan design, tetapi keadaan ekonomi ibunya membuat dia mengurungkan niatnya dan lebih memilih bekerja. Ayahnya sudah meninggal sejak dirinya kecil. Wanita itu juga memiliki adik yang masih sekolah saat itu. Maysa hanya mempelajari semua nya lewat buku yang dia baca. Kadang juga majalah bekas yang diambil dari para pengepul.

Saat jam makan siang, Maysa sudah selesai dengan dua gambar di tangannya. Wanita itu ingin memperlihatkan dulu pada atasannya kira-kira mau yang mana. Sebelum melapor, dia sempat meminta pendapat pada teman-temannya dan mereka bilang keduanya bagus.

“Kamu kembali dulu, saya akan bertanya pada klien kita. Kamu juga belum makan, kan? Makanlah dulu, jangan karena pekerjaan kamu melupakan tubuhmu sendiri,” ucap Bu Nadia.

“Baik, Bu. Saya permisi.”

Setelah kepergian Maysa, Bu Nadia mengamati kedua gambar itu. Bibirnya tertarik ke atas, dia puas dengan hasil kerja Maysa yang tidak pernah mengecewakannya. Kalaupun nanti klien tidak ingin menggunakannya. Gaun ini bisa dibuat untuk dipajang di depan. Dia tidak ingin pekerjaan Maysa sia-sia.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

favorit dulu 👍❤

2023-05-03

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

Neng Gemoy hadir, tooorrr ... 💃💃

2022-12-10

0

Yani

Yani

Mampir ah..gara" sering tulis nama jadi penasaran

2022-11-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pekerjaan
2 2. Memastikan penglihatan
3 3. Terluka
4 4. Luangkan waktu
5 5. Bertanya tentang keseharian
6 6. Balik marah
7 7. Teman kerja
8 8. Mencari tahu
9 9. Kepercayaan yang hilang
10 10. Menggali informasi
11 11. Menginap di rumah Mama
12 12. Tawaran dari Bu Rina
13 13. Gajimu berapa?
14 14. Sama-sama emosi
15 15. Rafka bingung
16 16. Orang tua Rafka
17 17. Aku tidak mau berbagi
18 18. Terbuka
19 19. Mama adalah segalanya
20 20. Ingin bercerai
21 21. Yakin ingin berpisah
22 22. Kebahagiaan Eira
23 23. Ingin menikah
24 24. Membuat kejutan
25 25. Bertemu sahabat lama
26 26. Rafka datang
27 27. Buka hatimu
28 28. Masalah
29 29. Rencana reuni
30 30. Mengunjungi Eira
31 31. Bertemu Bu Ira
32 32. Penjual kain
33 33. Eira masih tanggungjawabmu
34 34. Dio
35 35. Untuk Eira
36 36. Anak Mama
37 37. Datang ke pesta
38 38. Tama
39 39. Rasa
40 40. Bertemu lagi
41 41. Bukan wanita baik
42 42. Semua demi Dio
43 43. Tawaran taaruf
44 44. Dio sakit
45 45. Ingin menjenguk
46 46. Karena Dio
47 47. Tante Maysa
48 48. Setuju
49 49. Ikut kerja
50 50. Menitipkan Dio
51 51. Bertemu Papa
52 52. Permintaan Dio
53 53. Pelan
54 54. Berkunjung ke rumah Maysa
55 55. Makan siang
56 56. Pergi ke sekolah
57 57. Sampai kapan?
58 58. Berbicara berdua
59 59. Berbohong
60 60. Adit
61 61. Lamaran
62 62. Papa dan Mama
63 63. Jangan menyesal
64 64. Menuju halal
65 65. Sah
66 66. Resepsi
67 67. Bersama anak
68 68. Janji yang belum terlaksana
69 69. Keluarga baru
70 70. Ibu
71 71. Mamanya Dio
72 72. Dio tidak suka Oma
73 73. Tuduhan atau kenyataan
74 74. Marahnya Mama Rafiqah
75 75. Pelukan Kakak
76 76. Rasa cinta Adit
77 77. Tidak akan setuju
78 78. Memaafkan
79 79. Istri Adit
80 80. Bertemu Adit
81 81. Mengertilah
82 82. Berita
83 83. Luka Adit
84 84. Beda pendapat
85 85. Pria baik
86 86. Baikan
87 87. Pergi berempat
88 88. Bertemu kembali
89 89. Hatiku milik orang lain
90 90. Penolakan
91 91. Meminta restu
92 92. Usaha
93 93. Liburan yang gagal
94 94. Liburan yang gagal 2
95 95. Masak untuk calon mertua
96 96. Ingin liburan
97 97. Liburan bersama
98 98. Restu Mama Rafiqah
99 99. Akan ada lamaran
100 100. Persiapan lamaran
101 101. Keluarga Adit
102 102. Diterima
103 103. Ikut Maysa
104 104. Kedatangan Rafka
105 105. Ingin meminjam rumah
106 106. Sakit hati
107 107. Aku minta maaf
108 108. Mengambil hati
109 109. Penyesalan Rafka
110 110. Mengingat kebersamaan
111 111. Tama sakit
112 112. Tama Sakit 2
113 113. Obrolan malam
114 114. Pergi memeriksa persiapan pernikahan
115 115. Demamnya turun
116 116. Rencana sekolah anak-anak
117 117. Ikut ke butik
118 118. Kedatangan Bu Nadia
119 119. Kembali
120 120. Ajakan melayat
121 121. Datang
122 122. Perdebatan di tengah duka
123 123. Mengenang Rumah dulu
124 124. Senyum anak-anak
125 125. Persiapan pernikahan
126 126. Untuk pengajian
127 127. Makan kue bersama
128 128. Pengajian
129 129. Papa Dimas sakit
130 130. Tidak bisa dihubungi
131 131. Halal
132 132. Ingin menjenguk mertua
133 133. Undangan
134 134. Pasrah pada keadaan
135 135. Pesta resepsi
136 136. Calon?
137 137. berharap datang
138 138. Pertama
139 139. Sakitnya Papa Dimas
140 140. Uang dan tisu
141 141. ART baru
142 142. Mencari perawat
143 143. Kak Tama
144 144. ART baru 2
145 145. Perawat untuk Papa Dimas
146 146. Rencana kejutan
147 147. Memasang CCTV
148 148. Calon adik
149 149. Terima kasih
Episodes

Updated 149 Episodes

1
1. Pekerjaan
2
2. Memastikan penglihatan
3
3. Terluka
4
4. Luangkan waktu
5
5. Bertanya tentang keseharian
6
6. Balik marah
7
7. Teman kerja
8
8. Mencari tahu
9
9. Kepercayaan yang hilang
10
10. Menggali informasi
11
11. Menginap di rumah Mama
12
12. Tawaran dari Bu Rina
13
13. Gajimu berapa?
14
14. Sama-sama emosi
15
15. Rafka bingung
16
16. Orang tua Rafka
17
17. Aku tidak mau berbagi
18
18. Terbuka
19
19. Mama adalah segalanya
20
20. Ingin bercerai
21
21. Yakin ingin berpisah
22
22. Kebahagiaan Eira
23
23. Ingin menikah
24
24. Membuat kejutan
25
25. Bertemu sahabat lama
26
26. Rafka datang
27
27. Buka hatimu
28
28. Masalah
29
29. Rencana reuni
30
30. Mengunjungi Eira
31
31. Bertemu Bu Ira
32
32. Penjual kain
33
33. Eira masih tanggungjawabmu
34
34. Dio
35
35. Untuk Eira
36
36. Anak Mama
37
37. Datang ke pesta
38
38. Tama
39
39. Rasa
40
40. Bertemu lagi
41
41. Bukan wanita baik
42
42. Semua demi Dio
43
43. Tawaran taaruf
44
44. Dio sakit
45
45. Ingin menjenguk
46
46. Karena Dio
47
47. Tante Maysa
48
48. Setuju
49
49. Ikut kerja
50
50. Menitipkan Dio
51
51. Bertemu Papa
52
52. Permintaan Dio
53
53. Pelan
54
54. Berkunjung ke rumah Maysa
55
55. Makan siang
56
56. Pergi ke sekolah
57
57. Sampai kapan?
58
58. Berbicara berdua
59
59. Berbohong
60
60. Adit
61
61. Lamaran
62
62. Papa dan Mama
63
63. Jangan menyesal
64
64. Menuju halal
65
65. Sah
66
66. Resepsi
67
67. Bersama anak
68
68. Janji yang belum terlaksana
69
69. Keluarga baru
70
70. Ibu
71
71. Mamanya Dio
72
72. Dio tidak suka Oma
73
73. Tuduhan atau kenyataan
74
74. Marahnya Mama Rafiqah
75
75. Pelukan Kakak
76
76. Rasa cinta Adit
77
77. Tidak akan setuju
78
78. Memaafkan
79
79. Istri Adit
80
80. Bertemu Adit
81
81. Mengertilah
82
82. Berita
83
83. Luka Adit
84
84. Beda pendapat
85
85. Pria baik
86
86. Baikan
87
87. Pergi berempat
88
88. Bertemu kembali
89
89. Hatiku milik orang lain
90
90. Penolakan
91
91. Meminta restu
92
92. Usaha
93
93. Liburan yang gagal
94
94. Liburan yang gagal 2
95
95. Masak untuk calon mertua
96
96. Ingin liburan
97
97. Liburan bersama
98
98. Restu Mama Rafiqah
99
99. Akan ada lamaran
100
100. Persiapan lamaran
101
101. Keluarga Adit
102
102. Diterima
103
103. Ikut Maysa
104
104. Kedatangan Rafka
105
105. Ingin meminjam rumah
106
106. Sakit hati
107
107. Aku minta maaf
108
108. Mengambil hati
109
109. Penyesalan Rafka
110
110. Mengingat kebersamaan
111
111. Tama sakit
112
112. Tama Sakit 2
113
113. Obrolan malam
114
114. Pergi memeriksa persiapan pernikahan
115
115. Demamnya turun
116
116. Rencana sekolah anak-anak
117
117. Ikut ke butik
118
118. Kedatangan Bu Nadia
119
119. Kembali
120
120. Ajakan melayat
121
121. Datang
122
122. Perdebatan di tengah duka
123
123. Mengenang Rumah dulu
124
124. Senyum anak-anak
125
125. Persiapan pernikahan
126
126. Untuk pengajian
127
127. Makan kue bersama
128
128. Pengajian
129
129. Papa Dimas sakit
130
130. Tidak bisa dihubungi
131
131. Halal
132
132. Ingin menjenguk mertua
133
133. Undangan
134
134. Pasrah pada keadaan
135
135. Pesta resepsi
136
136. Calon?
137
137. berharap datang
138
138. Pertama
139
139. Sakitnya Papa Dimas
140
140. Uang dan tisu
141
141. ART baru
142
142. Mencari perawat
143
143. Kak Tama
144
144. ART baru 2
145
145. Perawat untuk Papa Dimas
146
146. Rencana kejutan
147
147. Memasang CCTV
148
148. Calon adik
149
149. Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!