Dea sudah menjadi sekretaris dan simpanan Arden Harwell selama 2 tahun. Disaat Arden akan menikah dengan wanita pilihan keluarga nya Dea memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka.
Membuatnya dan Arden menjadi mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 - Perasaan Bersalah
Tepat jam 5 pagi Dea bangun lebih dulu, dia menggeliat dan merasakan seseorang sedang memeluk pinggangnya.
Dengan perlahan Dea membuka matanya dan melihat ada Arden di sampingnya. tertidur pulas dengan 1 tangan yang melingkar di perutnya.
Dea membuang nafas pelan, Jujur saja Dea paling lemah dengan pria dihadapannya ini. 2 tahun baginya bukanlah waktu yang sebentar dan selama itu pula dia sudah menggantungkan hidupnya pada Arden. Meski pria ini bersikap dingin tapi Ardan selalu menyayanginya, Dea bisa merasakan itu.
Tidak ingin semakin hanyut dengan perasaannya sendiri, akhirnya Dea memutuskan untuk bangun. pelan-pelan dia menyingkirkan tangan Arden dari perutnya, tapi bukannya terlepas Arden malah menarik pinggang dan memeluknya erat.
"Tunggu sebentar lagi," ucap Arden dengan suaranya yang parau, saat mengatakan kalimat itu pun matanya masih terpejam.
"Tidurlah lagi, tapi lepaskan aku," jawab Dea dengan suaranya yang dingin, kedua tangannya pun sedang berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Arden.
Tapi sungguh usaha itu hanya sia-sia karena nyatanya Arden masih mampu memeluknya erat.
"Jangan begini Ar, aku mau bangun."
"Mau kemana? bukankah kamu sudah pengangguran."
"Aku mau cari pekerjaan yang baru!"
Arden tidak menjawab, hanya Dea yang merasa pelukan Arden pada tubuhnya jadi melemah.
Merasakan itu ada sudut hati Dea yang terasa sakit. Mulutnya mungkin bisa mengatakan dia tidak mau sentuhan ini, tapi tubuh dan hatinya berkata lain.
Oh tuhan! kenapa jadi begini.
Bingung harus bagaimana akhirnya Dea menyingkirkan tangan Arden dan segera turun dari atas ranjang. Tanpa banyak kata lagi Dea segera keluar dari dalam kamar itu. Bibirnya mencebik menggerutu membodohi diri sendiri, kenapa sampai bisa dia tertidur di kamar Arden.
Setelah masuk kedalam kamarnya Dea melihat banyak berkas yang berserak di atas karpet, melihat itu membuat dia menyadari satu hal, surat perjanjian.
"Ah bodoh, aku sampai lupa tentang ini. Mandi dulu lah!"
Dea mandi.
Sementara di kamar Arden, pria dengan wajah dingin ini pun ikut bangun juga setelah Dea menutup pintu kamarnya.
Arden duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang entah, tidak menentu, lebih banyak bingung harus bagaimana. Bukan tentang pekerjaan tapi tentang Dea.
saat mendengar dia mengatakan ingin mencari pekerjaan lain ada rasa tidak terima di dalam diri Arden. Dia tidak suka Dea yang ingin hidup mandiri. Dia ingin selamanya Dea hanya bergantung pada dirinya.
Saat itu juga Arden menghubungi sang asisten. Diujung sana Leon langsung menjawab.
"Gagalkan semua rencana Dea untuk mencari pekerjaan baru, buat dia ditolak dimanapun dia melamar pekerjaan."
"Baik Tuan," jawab Leon patuh.
Dan panggilan itu pun terputus.
Setelah memberikan perintah itu pada Leon, Arden cukup bisa bernafas lega.
Jam 7 pagi.
"De!" panggil Arden dari arah dapur, dia ingin sarapan tapi tidak ada apa-apa diatas meja.
Ya! Apa! sahut Dea dari dalam kamarnya, tapi dia tidak keluar. Sudah Dea putuskan mulai sekarang dia tidak akan mengurusi semua kebutuhan Arden. Dia Dia, Arden Arden, titik.
"Sini!"
Tidak mau! yang butuh yang datang!
"Astaga," gumam Arden. Akhirnya dia hanya minum air putih dan segera pergi dari sana. Arden tidak menemui Dea di dalam kamarnya, karen pagi ini dia ada pertemuan penting.
Dan Dea yang menunggu tapi Arden tidak datang-datang pun jadi bingung. Akhirnya dia keluar dan tidak melihat siapapun disana.
Dea menuju dapur dan melihat ada 1 gelas di atas meja.
Melihat itu mendadak Dea jadi bersedih, tiba-tiba perasaan bersalah kembali muncul. Jadi merasa dia yang jahat diantara mereka berdua.
Padahal Dea pun tahu jika pernikahan itu pasti Arden lakukan karena ibu nya, Silvana.
"Aku tidak tahu harus bagaimana? apa aku kabur saja ya?"